Tren Berbau Seks Bebas Body Count Viral di Tiktok

Adinda Septia Putri, telisik indonesia
Kamis, 02 Februari 2023
0 dilihat
Tren Berbau Seks Bebas Body Count Viral di Tiktok
Tren bernama body count baru-baru ini viral di TikTok, tren tersebut menggambarkan berapa banyak orang yang sudah ditiduri para pengguna Tiktok. Foto: Health.detik.com

" Sebuah tren yang sedang viral, body count ramai diperbincangkan dunia maya. Berbau budaya seks bebas, istilah tersebut diartikan untuk menggambarkan siapa saja orang yang pernah ditiduri "

KENDARI, TELISIK.ID - Sebuah tren yang sedang viral, body count ramai diperbincangkan dunia maya. Berbau budaya seks bebas, istilah tersebut diartikan untuk menggambarkan siapa saja orang yang pernah ditiduri.

Dilansir dari Cnnindonesia.com, secara harfiah, istilah ini memiliki arti jumlah tubuh. Istilah ini sebenarnya lebih sering digunakan untuk mengungkap jumlah korban jiwa dari sebuah peristiwa tertentu seperti kecelakaan, bencana alam atau perang.

Namun rupanya, istilah 'body count' yang sedang ramai dan digunakan di media sosial berubah maknanya menjadi bahasa gaul yang lebih terkesan negatif.

Baca Juga: Bunda Corla Kembali ke Jerman Jadi Pelayan McD Usai Ngartis di Indonesia, Respon Farhat Abas Mengejutkan

Istilah ini dipakai para pengguna TikTok untuk menanyakan berapa jumlah orang yang sudah berhubungan badan dengan pengguna lainnya. Tren ini awalnya dimulai pada tahun 2020 silam dari salah satu pengguna TikTok yang mewawancara orang-orang tak dikenal di jalan untuk menanyakan jumlah orang yang pernah berhubungan seks dengan mereka atau body count.

Hal ini kemudian mulai masuk ke dalam For You Page (FYP) pengguna TikTok lain. Konten itu pun cukup mengundang banyak respons negatif sebab telah menginvasi ranah pribadi seseorang, apalagi yang tidak dikenal sama sekali.

Kendati demikian, istilah gaul 'body count' ini memang sudah cukup lama terkenal di luar Indonesia sebelum trending di TikTok hingga viral. Penggunaan istilah ini pasalnya sempat mengundang kritik. Umumnya, pertanyaan soal hubungan seksual dianggap privasi dan tidak seharusnya ditanyakan oleh orang asing.

Hanya saja, ada beberapa pengguna TikTok yang tidak menganggap hal ini menjadi masalah. Mereka justru menganggapnya sebagai candaan. Menurut dosen senior sekaligus penulis spesialis dalam gender dan seksualitas Lauren Rosewarne, keingintahuan seputar 'body count' pada seseorang timbul dari keinginan mereka untuk membandingkan kemampuan dirinya dengan orang lain.

"Pada dasarnya, manusia memiliki rasa penasaran terhadap manusia lain. Kami tertarik dengan kehidupan pribadi mereka dan rahasia tergelap mereka," kata Rosewarne, melansir ABC.

Dikutip dari Health.detik.com, multi sexual partners atau kebiasaan bergonta-ganti pasangan seksual menjadi salah satu faktor utama meningkatnya risiko infeksi penyakit menular seksual.

Ketika seseorang memiliki lebih dari satu pasangan seksual dalam periode tertentu, maka dapat meningkatkan kemungkinan terpapar Sexually Transmitted Infections (STI) atau infeksi menular seksual dan HIV.

"Risiko terkena penyakit kelamin, lagi banyak sekarang penyakit kelamin, terutama HIV-AIDS, meskipun menggunakan kondom pun karena kondom ada pori-pori kondom, jadi hanya bisa melindungi 44 sampai 76 persen saja," ujar dr Boyke Dian Nugraha, seorang pakar seks.

Baca Juga: 3 Penyebab Pengangguran Sulit Dapat Kerja

Prof Dr dr Yudi M Hidayat, SpOG, Subsp,Onk, D.MAS, MKes, Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) menyoroti salah satu risiko penyakit yang dapat ditimbulkan dari tren ini, yaitu kanker serviks. Seperti yang diketahui, penyakit kanker serviks disebabkan oleh virus human papillomavirus (HPV). Dr Yudi menekankan bahwa HPV tidak hanya berisiko mengancam wanita, tetapi juga pria.

"Yang single-partner aja punya risiko apalagi yang multi-partner. Jadi kalau berbicara orang sombong dan pamer dengan multi-partnernya, risiko HPV-nya lebih tinggi dia," jelas dr Yudi.

Selain penyakit menular seksual, infeksi HPV juga dapat memicu sejumlah perkembangan penyakit lainnya, seperti kanker mulut, kanker anus, kanker penis, hingga kanker prostat.

Di luar risiko kesehatan secara fisik, kebiasaan ini juga dapat berpengaruh secara psikologis. Wanita dengan tiga atau lebih pasangan seksual melaporkan adanya penurunan gairah seksual, dibandingkan dengan wanita yang hanya memiliki satu pasangan seksual dalam periode tertentu. (C)

Penulis: Adinda Septia Putri

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga