Trump Mau Tutup Langit Venezuela, Negara Amerika Latin Ramai Sentil Washington Lampaui Batas
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Selasa, 02 Desember 2025
0 dilihat
Orang-orang berjalan melewati sebuah mural di Caracas, Venezuela, pada 5 November 2025. Foto: Xinhua/Marcos Salgado
" Pernyataan Donald Trump tentang rencana penutupan wilayah udara Venezuela memicu gelombang kecaman dari berbagai negara Amerika Latin yang menilai langkah itu mengancam stabilitas kawasan "

CARACAS, TELISIK.ID - Pernyataan Donald Trump tentang rencana penutupan wilayah udara Venezuela memicu gelombang kecaman dari berbagai negara Amerika Latin yang menilai langkah itu mengancam stabilitas kawasan.
Ketegangan hubungan Washington–Caracas memasuki babak baru setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan pernyataan melalui media sosial pada Sabtu, 29 November 2025, bahwa wilayah udara di atas dan sekitar Venezuela perlu dipertimbangkan untuk ditutup secara keseluruhan.
Ungkapan tersebut sontak menimbulkan reaksi keras dari sejumlah negara kawasan yang menilai langkah itu membahayakan keamanan penerbangan dan merusak stabilitas regional.
Trump menuliskan bahwa kebijakan itu perlu dipikirkan usai Washington meningkatkan pengerahan militer di Laut Karibia dengan alasan memberantas penyelundupan narkoba. Sehari setelahnya, Trump mengonfirmasi telah melakukan komunikasi telepon dengan Presiden Venezuela, namun tidak memberikan rincian isi pembicaraan.
Baca Juga: Retakan Misterius Paksa Pesawat Antariksa Shenzhou-20 Pulang Tanpa Awak, Ada Apa di Orbit China?
Ketidakterbukaan tersebut ikut memperluas spekulasi mengenai eskalasi langkah AS di wilayah tersebut.
Pemerintah Venezuela langsung merespons. Presiden Nicolas Maduro mengirim surat kepada Sekretaris Jenderal OPEC Haitham Al Ghais, memperingatkan bahwa peningkatan aktivitas militer AS di Karibia berpotensi mengguncang stabilitas pasar energi global.
Pemerintah Venezuela menegaskan bahwa tindakan Washington merupakan upaya untuk “melakukan perubahan rezim” dan mengendalikan sumber daya minyak negara tersebut.
Di sisi lain, Presiden Majelis Nasional Venezuela Jorge Rodriguez menyatakan melalui stasiun televisi pemerintah bahwa mereka akan membentuk komisi khusus untuk menyelidiki serangan militer AS terhadap kapal yang disebut sebagai pengangkut narkoba di wilayah Karibia dan Samudra Pasifik timur.
"Kami perlu memastikan semua kejadian ini ditangani dalam kerangka legalitas," ujarnya, seperti dikutip dari Xinhua, Selasa (2/12/2025).
Reaksi keras juga datang dari pemerintah Kolombia. Kementerian Luar Negeri negara tersebut menyatakan bahwa langkah AS justru menciptakan “ketegangan yang tidak perlu”. Presiden Kolombia Gustavo Petro turut mendesak Washington agar “kembali menghormati tatanan hukum internasional”. Ia menekankan bahwa rakyat Venezuela memiliki hak penuh menentukan pemerintahan mereka.
Baca Juga: Rakyat BRICS Mulai Ambil Peran Baru dalam Kerja Sama Global di Brasil
Dari Kuba, Menteri Luar Negeri Bruno Rodriguez menyoroti adanya gangguan elektromagnetik yang menurutnya disebabkan aktivitas AS di Karibia. “Ini merupakan bagian dari eskalasi agresi militer dan perang psikologis,” ujarnya, seraya menilai langkah tersebut membahayakan stabilitas kawasan.
Sejumlah organisasi politik di Republik Dominika juga mengecam AS karena menjadikan Karibia sebagai lokasi eksperimen militer yang mengancam keselamatan penerbangan. Pernyataan serupa datang dari Iran melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri Esmaeil Baghaei yang menilai tindakan Washington sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap norma internasional”.
Sejak awal September, AS tercatat telah melancarkan lebih dari 20 serangan terhadap kapal yang diduga terkait penyelundupan narkoba, menyebabkan lebih dari 80 korban jiwa.
Pengerahan USS Gerald R. Ford pada pertengahan November menambah sorotan terhadap langkah Washington yang dinilai meningkatkan risiko ketegangan baru di kawasan Amerika Latin. (Xinhua)
Penulis: Ahmad Jaelani
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS