Ventilator Karya Peneliti UGM Diapresiasi Gubernur Sri Sultan Hamengkubuwono X
Affan Safani Adham, telisik indonesia
Rabu, 08 Juli 2020
0 dilihat
Sri Sultan HB X berharap produk riset itu jangan hanya selesai jadi prototipe, lalu disimpan sebagai pajangan semata. Foto: Ist.
" Sedikitnya jumlah pasien COVID-19 di DIY disebabkan karena saya menganjurkan agar pendatang atau warga yang mudik untuk mengikuti proses karantina selama 14 hari. Selanjutnya, selama proses karantina, pemerintah memberikan suplemen seperti vitamin B kompleks, zinc dan madu. "
YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Produk ventilator karya peneliti UGM Yogyakarta mendapat apresiasi dari Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X.
"Produk alat kesehatan karya anak bangsa perlu didorong untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor," kata Sri Sultan HB X, yang mengakui kebiasaan birokrasi pemerintahan dan industri di Indonesia lebih mementingkan impor produk luar daripada memberikan kesempatan produk lokal untuk bisa bersaing.
Produk dalam negeri, dikatakan Sri Sultan HB X, sangat penting untuk didorong agar bisa mandiri. "Biarpun ada kemampuan tanpa diberi kesempatan, tentu akan sulit," kata Sri Sultan HB X.
Menurutnya, jika tidak diberi ruang, bagaimana kita bisa maju jika hanya mengandalkan impor yang maunya agar lebih gampang?
Di depan Rektor UGM Yogyakarta bersama tim peneliti ventilator, Selasa (7/7/2020), di kompleks Pemprov DIY Kepatihan, Yogyakarta, Sri Sultan HB X berharap produk riset itu jangan hanya selesai jadi prototipe, lalu disimpan sebagai pajangan semata.
"Namun, bisa digunakan untuk memberi manfaat bagi masyarakat," katanya.
Meski ventilator yang dibuat tim UGM Yogyakarta dalam proses uji alat dan uji klinis, Sri Sultan HB X berharap ventilator tersebut bisa diperkenalkan ke publik untuk digunakan di beberapa rumah sakit.
Pada kesempatan itu, Gubernur DIY menawarkan skema kerja sama agar harga ventilator buatan dalam negeri tidak mahal dan membebankan pihak rumah sakit.
"Yang namanya rumah sakit dalam keadaan darurat COVID-19 mestinya ventilator itu penting untuk memberikan ruang pada pasien pada penyakit tertentu yang memerlukan itu. Namun, jika berbicara harga ini menjadi dilematis," paparnya.
Saat ini, diterangkan Sri Sultan HB X, sudah ada 12 ventilator di beberapa rumah sakit di DIY. "Namun, selama masa pandemi hanya ada dua ventilator yang digunakan untuk merawat pasien COVID-19," terangnya.
Sedikitnya alat ventilator yang dipakai tersebut, menurut Sri Sultan HB X, disebabkan pasien COVID-19 di DIY jumlahnya sedikit dan sebagain besar mengalami gejala ringan.
"Sedikitnya jumlah pasien COVID-19 di DIY disebabkan karena saya menganjurkan agar pendatang atau warga yang mudik untuk mengikuti proses karantina selama 14 hari. Selanjutnya, selama proses karantina, pemerintah memberikan suplemen seperti vitamin B kompleks, zinc dan madu," katanya.
Baca juga: Aksi Humanis Istri KSAD, Sering Curi Perhatian Masyarakat
Selain itu, pihak RT dan RW juga mengawasi proses karantina tersebut. "Kuncinya kasih vitamin dan kontrol di desa," paparnya.
Meski ventilator dipergunakan untuk pasien kritis, namun Sri Sultan HB X berkeyakinan, alat ini masih sangat diperlukan sepanjang pandemi COVID-19 masih berlangsung.
"Saya berharap apabila uji klinis dan izin edar alat tersebut sudah dikeluarkan, kita akan mempertimbangkan untuk memanfaatkan alat tersebut di beberapa rumah sakit di DIY dengan model kemitraan dengan pihak ketiga," katanya.
Dikatakan Rektor UGM, Prof Ir Panut Mulyono, M.Eng, D.Eng, kali ini UGM Yogyakarta memperkenalkan alat tersebut kepada Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai hasil pengembangan tim peneliti yang bekerja sama dengan mitra industri lokal DIY.
Sri Sultan HB X menawarkan, pendanaan ke depan tidak hanya untuk ventilator. Namun karya lainnya bisa dikembangkan karena sekitar 95 persen produk alat kesehatan di Indonesia masih impor.
Ada dua jenis ventilator yang dikembangkan oleh tim UGM Yogyakarta, yakni ventilator yang dapat digunakan di intensive care unit (ICU) dan ventilator non ICU. Keduanya tengah dalam tahap uji coba produk di Surabaya dan uji klinis di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
Ventilator ICU yang dibuat UGM itu merupakan satu-satunya yang pertama dibuat di Indonesia.
Selain membuat ventilator karya anak bangsa sendiri, produk dari UGM ini didukung oleh kesiapan tim teknis untuk merawat alat tersebut agar bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama. Harapannya, pihak rumah sakit tidak harus menggantikan dengan yang baru apabila alat tersebut rusak.
Ditambahkan Dr. Adhika Widyaparaga, ST, M.Biomed.E, salah satu anggota tim pengembang ventilator, uji klinis untuk alat tersebut akan selesai hingga akhir bulan Juli 2020.
Sehingga awal Agustus 2020 sudah bisa digunakan. Tapi, untuk non ICU sudah diproduksi 10 unit. Sedangkan yang lainnya sudah disiapkan komponen untuk 60 unit.
Reporter: Affan Safani Adham
Editor: Haerani Hambali