4 Tempat Wisata Misterius di Pulau Binongko Wakatobi yang Wajib Dikunjungi
Reporter
Rabu, 01 September 2021 / 10:54 am
WAKATOBI, TELISIK.ID - Tahukah kamu jika Desa Haka yang terletak di Kecamatan Togo Binongko, Kabupaten Wakatobi, ternyata menyimpan begitu banyak misteri.
Berikut 4 tempat wisata misterius di Desa Haka, Pulau Binongko, Wakatobi yang berhasil dirangkum oleh Telisik.Id.
1. Desa Mati “Taman Batu”
Tempat wisata misterius pertama berasal dari sebuah tempat yang terdiri dari karang berwarna hitam terhampar dari bibir pantai hingga ke puncak bukit. Warga setempat menyebut tempat ini sebagai Taman Batu.
Di puncak bukit inilah dahulu terdapat sebuah desa bernama Desa Taduna. Desa ini dikelilingi oleh benteng yang terbuat dari batu karang untuk melindungi desa. Namun, pada suatu hari desa ini medadak ditinggalkan oleh penduduknya dan akhirnya menjadi desa mati.
Ada dua versi cerita mengenai apa penyebab ditinggalkannya desa tersebut.
“Yang pertama, karena adanya wabah penyakit yang menyerang desa sehingga banyak menyebabkan kematian. Versi kedua menyatakan karena masyarakat setempat tidak tahan akan kekejaman pemerintah Belanda yang memaksa mereka untuk membangun jalan dengan cara kekerasan,” ujar Kepala Desa Haka, Haeruddin, Selasa (31/8/2021).
“Desa itu kini tidak lagi memiliki penghuni. Yang ada hanyalah bekas kuburan, bekas masjid, bekas rumah adat, dan bekas benteng, yang dijadikan sebagai salah satu objek wisata di Desa Haka,” tambahnya.
2. Danau Kamento
Tempat wisata misterius selanjutnya tidak jauh dari taman batu terdapat Danau Kamento yang ditumbuhi dengan rimbunnya taman bakau. Sekilas danau ini tampak seperti danau lainnya yang ada di Indonesia. Namun, siapa sangka jika danau ini menyimpan sebuat teror menakutkan bagi warga masyarakat sekitar.
“Danau Kemento yang menurut masyarakat setempat merupakan tempat buaya putih sering menampakkan diri,” kata pemandu wisata Binongko, Joko (31).
Konon menurut cerita, dulu ada sepasang suami istri yang hidup di Desa Taduna. Suatu hari sang suami pergi merantau ke Maluku. Dan ketika pulang ia menemui istrinya tengah mengandung. Melihat istrinya yang tiba-tiba mengandung, sang suami pun merasa curiga jikalau anak yang dikandung oleh istrinya bukan darah dagingnya.
Maka, di hadapan sang suami, sang istri bersumpah jika anak yang ia kandung adalah darah daging suaminya, maka anak tersebut akan selamat. Namun, jika anak tersebut bukan anak dari suaminya, maka sang anak akan dimakan oleh buaya.
Lahirlah anak tersebut. Ketika ia beranjak dewasa dan hendak pergi memasang bubu di danau dekat Desa Taduna tersebut, sang anak pun tiba-tiba diterkam oleh buaya putih yang menghuni danau. Kabar diterkamnya si anak tadi membuat masyarakat Desa Taduna heboh.
Masyarakat lalu membuat sesajian agar sebagian dari anggota badan anak tersebut dipulangkan untuk dikubur. Dan buaya putih itu lalu datang dengan membawa potongan anggota badan sang anak untuk diserahkan kepada ibunya.
“Sejak saat itu sampai dengan hari ini tidak pernah ada lagi korban di danau tersebut. Kini danau itu masih sering dikunjungi oleh masyarakat dan juga wisatawan. Dan buaya putih tersebut masih sering menampakkan diri namun tidak menganggu sembarang orang,” kata Kepala Desa Haka.
3. Mercusuar Sangia
Mercusuar Sangia dibangun sekitar tahun 1994. Kini mercusuar ini tidak berfungsi lagi.
Meski terbilang baru, bangunan ini terlihat rapuh dan mengalami kerusakan di beberapa titik termasuk tangga yang terputus. Hampir tak ada warga yang terlihat melintas di daerah ini.
Menurut penuturan warga di tempat ini, dilarang menggunakan bahasa Kesultanan Buton dan juga pakaian berwarna merah.
Jika pantangan dilanggar maka orang tersebut dipercaya akan mendapat celaka. Konon ketika Pulau Binongko ditaklukan oleh pasukan Kesultanan Buton, sebagian masyarakat Binongko merasa tidak rela dan itulah awalnya munculnya pantangan tersebut.
Baca Juga: Pesona Desa Wisata Sombano di Wakatobi yang Raih Juara Trisakti Tourism Award 2021
Baca Juga: Pantai Gubari di Buteng Punya Pesona Keindahan Alam yang Patut Anda Kunjungi
4. Kampung Misterius Bernama Kampung Wakampida dan Kampung Lapungga
Masyarakat Binongko juga percaya jika pada zaman dahulu di atas gunung karang yang terdapat di pulau ini, pernah hidup masyarakat yang terdiri dari 2 perkampungan yaitu kampung Watampida dan kampung Lapungga.
Hingga kini masyarakat percaya kedua desa tersebut menghilang secara misterius. Anehnya dari penuturan beberapa warga yang didapatkan secara turun temurun, konon dahulu warga dari kedua kampung ini masih sering turun ke desa sekitar dan berinteraksi dengan masyarkat umum dengan cara barter.
Hanya saja mereka tidak banyak berbicara dan memiliki ciri khusus di antaranya adalah tidak memiliki lengkungan di atas bibir dan memiliki perbedaan pada telinga dari manusia pada umumnya.
“Awalnya ketika berkunjung ke 4 tempat wisata misterius tersebut tampak terkesan horor. Mungkin karena adanya cerita-cerita mistis yang melatarbelakanginya. Namun, setelah berkunjung beberapa kali dan terbiasa dengan suasana di sana, kesan horor itu pun hilang dengan sendirinya," ungkap Joko, pemandu wisata di Pulau Binongko. (A)
Reporter: Nina Nurrahmah
Editor: Haerani Hambali