Begini Nilai Tukar Rupiah ke Dolar AS September Hari Ini

Ahmad Jaelani

Reporter

Jumat, 20 September 2024  /  10:50 am

Petugas Bank Indonesia menata tumpukan uang kertas rupiah, saat melakukan persiapan pengisian ATM. Foto: Repro Antara

JAKARTA, TELISIK.ID - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menjadi perhatian utama pasar keuangan pada Jumat (20/9/2024). Hari ini, rupiah diproyeksi masih memiliki ruang untuk menguat seiring dengan perkembangan positif dari kebijakan moneter global dan domestik.

Para pelaku pasar optimis bahwa sentimen di pasar uang akan mendorong rupiah menuju level yang lebih stabil. Kinerja positif ini tentunya menjadi harapan bagi ekonomi Indonesia yang sedang menghadapi berbagai tantangan di tengah ketidakpastian global.

Mengutip m.bisnis.com, pada hari sebelumnya, Kamis (19/9/2024), rupiah berhasil mencatatkan kenaikan sebesar 96 poin atau 0,63  persen yang menempatkannya pada level Rp 15.239 per dolar AS.

Penguatan rupiah ini sejalan dengan mata uang utama lainnya di kawasan Asia yang mayoritas juga mengalami peningkatan terhadap dolar AS. Mata uang seperti yuan China dan ringgit Malaysia juga mengalami penguatan, masing-masing sebesar 0,15 persen dan 0,24 persen.

Di antara faktor yang mendukung penguatan ini, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyoroti peran dari keputusan Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat yang memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps). Saat ini, suku bunga The Fed berada di kisaran 4,75 persen hingga 5 persen.

“Penurunan suku bunga ini memberikan ruang bagi rupiah untuk terus menguat,” kata Ibrahim.

Baca Juga: RUU APBN 2025 Ditarget Rp 3.621 Triliun dengan Defisit Rp 616 Triliun Disahkan, Nilai Tukar Rupiah Masih Loyo

Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga turut memangkas dulu  bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 6 persen, yang dinilai sebagai langkah antisipatif dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Ibrahim memprediksi bahwa nilai tukar rupiah akan bergerak fluktuatif pada hari ini, namun dengan potensi penguatan lebih lanjut.

"Kami perkirakan rupiah akan bergerak pada kisaran Rp 15.150 hingga Rp15.250 per dolar AS hingga penutupan pasar," ujarnya.

Sentimen positif ini juga didukung oleh keyakinan bahwa inflasi global, terutama di Amerika Serikat, akan terus menyusut menuju target tahunan sebesar 2 persen.

Kondisi ini diyakini akan terus memberikan dukungan bagi penguatan mata uang di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Di dalam negeri, kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia (BI) juga dinilai sangat berani dan taktis. Pada rapat Dewan Gubernur BI bulan September 2024, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya dari 6,25 persen menjadi 6 persen.

Penurunan ini dilakukan sebagai respons terhadap berbagai indikator ekonomi yang menunjukkan adanya perlambatan. Data terbaru menunjukkan Indonesia mengalami deflasi selama empat bulan berturut-turut.

Selain itu, angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur juga berada di bawah batas normal 50 selama dua bulan terakhir, yang mencerminkan melemahnya aktivitas industri.

Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah-Dolar Anjlok hingga Rp 16.300 Priode Juni, Angka Persis Jaman Covid-19

Ibrahim menambahkan bahwa jika ekspektasi inflasi di Indonesia terus menurun menuju target sebesar 2,5 persen masih ada ruang bagi BI untuk melakukan pemangkasan suku bunga lebih lanjut.

"Jika kursu rupiah tetap stabil, BI berpotensi menurunkan suku bunga acuannya hingga 50-75 bps ke level 5,25% - 5,50% sebagai stimulus untuk mendorong perekonomian," jelasnya.

Selain itu, penurunan suku bunga The Fed juga memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi Amerika Serikat, terutama terkait pasar tenaga kerja. Tingkat pengangguran yang meningkat di AS dapat memengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi negara tersebut dalam beberapa bulan ke depan.

Meskipun suku bunga yang lebih rendah biasanya menjadi katalis positif bagi aktivitas ekonomi, pemangkasan suku bunga yang agresif ini dinilai dapat memunculkan risiko perlambatan lebih lanjut. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS