Berani Uji Nyali? Ini 4 Tempat Wisata Keramat di Wakatobi
Reporter Wakatobi
Senin, 06 September 2021 / 10:27 am
WAKATOBI, TELISIK.ID - Bagi traveler yang ingin adu nyali dengan mengunjungi destinasi wisata horor, Wakatobi bisa menjadi pilihan.
Salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggara (Sultra) ini memiliki sederet tempat bersejarah dengan beragam cerita mistis, sehingga membuat nuansa menjadi menyeramkan.
Wakatobi dengan topografi yang didominasi pesisir pantai dan perbukitan, sebenarnya punya pemandangan alam yang indah.
Namun tidak hanya keindahannya saja yang menarik untuk ditelusuri, Wakatobi juga memiliki beberapa tempat yang menurut sebagian masyarakat dikeramatkan, sehingga cocok untuk uji nyali.
1. Mitos Menggunakan Baju Merah di Benteng Tindoi
Benteng Tindoi merupakan benteng sebagai obyek wisata budaya yang dibangun sebelum masuknya peradaban Islam di Pulau Wangi-Wangi. Menariknya lagi, benteng ini terletak di paling puncak dari sebuah pulau.
Tindoi sendiri berasal dari tiga kata tandai (tanda) tondai (ikatan tondai atau ikatan dari dua nama ini) tindoi (tempat paling tinggi atau gundukan tanah paling tinggi).
Benteng Tindoi memiliki sejumlah mitos setempat yang terbilang mistis. Menurut dari ceritanya, benteng tersebut dikeramatkan karena merupakan tempat mustajab yang dipakai sebagian orang berdoa.
Di sana dipercayai sinyal Tuhan terasa dekat secara spritual, sehingga oleh sebagian orang sebagai tempat keramat.
Juru Bicara Benteng Tindoi, Laode Manimuhdar mengatakan, banyak hal-hal yang menjadikan benteng ini keramat. Dimana suatu ketika adanya pelaksanaan jalur jalan yang awalnya dibuat 3 meter, namun setelah kembali diukur keesokan harinya berubah menjadi 1,5 meter.
"Ada lagi cerita pembuat gapura benteng ini, yang meninggal sebelum diselesaikan pembuatannya. Karena inilah yang menjadikan orang sedikit agak takut ketika masuk di sana, sehingga harus memakai aturan-aturan khusus sesuai dengan tata cara termaksud jangan pakai baju merah," katanya.
Selain itu, ia menambahkan, suatu ketika ada seoarang peneliti yang sempat datang untuk meneliti batu di benteng tersebut. Konon ada satu batu yang dinyakini bahwa batu itu dulunya sebagai tempat orang memuja meminta Tuhan dan duduk di batu tersebut.
Namun pada saat dirinya pergi meneliti, dia tidak dapat menemukan tempat itu bahkan tersesat salama 2 jam.
"Dahulu ada pengunjung yang tidak menyadari ternyata pada hari itu dirinya memakai baju merah, dia lari dengan sekencang-kencangnya ketika ia mendapatkan orang tuanya baru dia berhenti hampir dia mati. Setelah dia sadar dan ditanya kenapa lari, ia berkata bahwa dia lari karena dikejar manusia satu kampung dan mau dibunuh,” tambahnya.
Adapun sejarah baju merah, itu dinyakini sebagai pantangan berkunjung ke benteng tersebut. Dimana pada jaman dahulu, orang pertama yang mendirikan benteng tersebut menyampaikan kepada para penjaganya untuk memerintahkan siapapun yang memakai baju merah diperintahkan untuk ditebas. Karena dulu baju merah merupakan simbol orang tobelo yang akan mencari mereka.
“Sampai hari ini benteng tersebut dikeramatkan dan jadi peninjauan dari orang-orang yang paham kegaiban. Di sana tempat yang mustajab untuk berdoa, tetapi di sisi budaya bahwa di sana tempat berdoa dan kuburannya orang-orang yang punya keilmuan tingkat tinggi dan itu dibuktikan hal-hal yang aneh sehingga dikeramatkan,” pungkasnya.
2. Mitos Kuda putih di Sangia Watumeleu
Sangia Watumeleu terletak di Desa Langge, Kecamatan Kaledupa Selatan. Dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua sekitar 8 Km dari Ambeua. Kawasan ini memiliki luas sekitar 20 x 30 meter.
Di sekitar tempat ini, terdapat sebuah makam tua di atas batu karang. Keunikan tempat ini adalah banyaknya masyarakat yang menjadikan sebagai salah satu kunjungan di Pulau Kaledupa
Mitos yang berkembang di tenggah masyarakat setempat yaitu tentang potongan tubuh manusia yang didapatkan di tempat ini, sehingga sampai sekarang masyarakat menganggap tempat tersebut sebagai tempat keramat.
“Walaupun siang hari ketika berkunjung ke tempat ini tetaplah menyeramkan,l. Ada yang mengatakan penunggu di tempat ini adalah penampakan kuda putih serta ada yang mengatakan melihat sosok jin bertubuh besar dan tinggi,” kata Azlan salah satu warga setempat Minggu (5/9/2021).
Tidak jauh dari tempat tersebut, ada sebuah rumah kecil berkelambu yang menambah kesan mistis. Konon katanya, jika kelambunya rusak maka di sekitar perkampungan itu akan diserang oleh nyamuk.
3. Sesajen di Gua Liang Kuri-Kuri
Gua Liang Kuri-Kuri terletak di Desa Wisata Kulati, Kecamatan Tomia Timur. Tempat ini merupakan gua yang menghadap laut lepas yang banyak ditumbuhi oleh lumut berwarna kuning.
Menurut masyarakat sekitar, dahulu saat para nelayan sedang melaut mereka selalu melihat warna kuning muncul dari mulut gua.
Di dalam gua tersebut, terdapat sebuah meriam yang menghadap ke Pulau Binongko, serta sejarah masih menjadi misteri.
Tempat wisata Gua Liang Kuri-Kuri ini dikeramatkan oleh masyarakat setempat, sehingga bila ada yang melewati mulut gua para nelayan selalu berhati-hati dan sering membuang sirih pinang atau rokok.
“Tempat itu membuat seseorang patuh terhadap adat serta tidak menyeleweng dengan agama. Di sana juga ada tempat pemali yang dipercanya bahwa tidak boleh untuk memancing ikan di area tersebut. Mitos yang melekat di tempat tersebut terdapat penunggu berupa gurita laut yang besar dan hiu hiu buas,” ujar La Asiru, salah seorang warga setempat.
Ketika para wisatawan berkunjung ke area Goa Liang-Liang Kuri, mereka harus memberikan bagian berupa barang yang menjadi bawaan untuk sekiranya diletakkan di tempat tersebut.
Jjma terjadi musibah dari masalah yang terus menerus di perkampungan itu, dipercaya bahwa berarti ada masalah di tempat tersebut.
Baca Juga: 4 Tempat Wisata Misterius di Pulau Binongko Wakatobi yang Wajib Dikunjungi
Baca Juga: Mengenal Liya Togo, Satu-Satunya Desa Wisata di Wakatobi yang Masuk 100 Besar ADWI 2021
4. Desa yang Hilang di Taman Batu Tanduna
Taman Batu Pulau Binongko, di tempat ini dulunya adalah sebuah desa, namun kemudian penduduknya menghilang atau meninggalkan desa tanpa sebab.
Beberapa diantaranya mengungsi karena merasa tempat tersebut tidak aman. Sedangkan dugaan lain menyebutkan bahwa kepergian penduduk desa akibat wabah penyakit.
“Taman batu ini sangat populer dikalangan masyarakat tentang misterinya bahkan stasiun Trans TV pernah membuat dokumentasi dalam program On The Spot tentang misteri menghilangnya penduduk desa dalam satu malam,” ungkap Herman selaku masyarakat Binongko.
Konon katanya, penduduk di sekitar kelurahan tersebut tidak boleh bemakai baju berwarna merah pada hari Jum'at di sekitar taman batu tersebut.
Bilamana orang yang akan memakai baju warna merah pada hari Jumat, maka akan bertemu dengan warga desa yang hilang tersebut.
“Pernah ada cerita tentang pedagang kain asal Bugis yang secara gaib kainnya dibeli oleh penduduk yang misterius. Menurut pengakuannya, di sekitar taman batu tersebut ada sebuah desa yang menyerupai perkotaan dan menyerbu dagangannya. Dirinya menceritakan kepada warga desa sebelah yaitu desa Haka tentang kejadian tersebut. Namun tentu saja penduduk desa merasa heran dan tercengang karena desa yang dikatakan oleh pedagang tersebut merupakan desa yang telah mati,” tutupnya. (A)
Reporter: Boy Candra Ferniawan
Editor: Fitrah Nugraha