Cerita Anak Kos Jalani Ramadan di Tengah Wabah COVID-19
Reporter
Minggu, 17 Mei 2020 / 3:01 pm
KENDARI, TELISK.ID - Suara teriakan Ibu dan pintu yang digedor-gedor saat sahur menjadi hal kecil yang dirindukan Andi Zahra (20) di saat bulan suci Ramadan sekarang ini.
Andi Zahra yang saat ini kuliah di Universitas Sulawesi Halu Oleo, Fakultas Ekonomi, tidak bisa mudik karena larangan dari pemerintah. Ia terpaksa menghabiskan waktunya pada Ramadan kali ini sendirian di kamar kos di Kendari, mungkin juga sampai perayaan Idul Fitri mendatang.
"Tidak jauh sebenarnya antara Kendari dengan kampung saya Bulukumba, Sulawesi Selatan, tapi khawatir COVID-19 ini, jadi diminta tidak pulang," kata dia saat berbincang dengan Telisk.id, Sabtu malam (16/05/2020).
Diakui Zahra, selama menunaikan ibadah puasa di perantauan, sebagai anak kos dia harus mencari sendiri makanan untuk sahur pada dini hari. Tapi, Ramadan kali ini berbeda, karena imbauan Pemerintah Kota Kendari untuk tetap di rumah saja.
Baca juga: Permandian Gua Maobu, Destinasi Wisata Favorit di Buton Tengah
Zahra bercerita, suatu waktu pada awal Ramadan, dia keluar dini hari guna membeli makanan untuk sahur. Kala itu dia berniat membeli makanan di Sari Laut tak jauh dari kosnya. Namun rupanya tutup.
"Di sekitar sini sebenarnya ada beberapa Sari Laut, ternyata pas sahur tidak buka, ada yang pulkam juga kayaknya," kata dia.
Akhirnya, karena perut lapar dan bayangan puasa di siang hari, ia kembali ke kos dan mengambil sepeda motor untuk mencari warung makan yang masih buka.
Setelah 15 menit berkeliling memacu kuda besi, ia mendapati satu Sari Laut yang buka. Di warung tersebut sudah dipenuhi orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengannya.
"Ada warung yang buka, cukup ramai antri, waktu itu saya tunggu saja, malas mutar cari lagi," ujar Zahra.
Baca juga: Sembuh, Tiga Pasien COVID-19 Diserahkan ke Keluarga
Setelah menunggu beberapa waktu, ia pulang ke kos dengan menenteng sebungkus nasi dengan lauk ikan bandeng untuk santap sahur.
Belajar dari kejadian tersebut, selanjutnya Zahra mempersiapkan makanan untuk santap sahur pada malam harinya.
Sempat terlintas keinginannya untuk memanfaatkan jasa ojek online saat sahur, namun tak jadi demi penghematan.
Ia belakangan memanfaatkan pemanas dan penghangat nasi (rice cooker) yang dimilikinya. Tak hanya untuk memasak nasi, Zahra memanfaatkannya juga untuk mengolah lauk pauk pendamping nasi.
"Lebih sering masak mi (instan), telur, makan pakai nasi. Tapi juga pernah beli lauknya setelah buka puasa, terus makannya pas sahur," kata dia
Baca juga: 18 Orang Positif COVID-19 di Buteng Jalani Karantina di Rumah
Tidak hanya berbeda kebiasaan dan menu saat sahur saja, sebagai anak kos yang jauh dari orang tua, kesiangan saat sahur pun pernah dirasakannya.
Ia masih ingat, saat itu sahur untuk puasa Ramadan hari keenam. Pada hari-hari sebelumnya, sambil menunggu waktu sahur, Zahra kerap begadang sembari menonton. Namun pada 6 Ramadan itu, sekitar pukul setengah 1 dini hari, ia tertidur sebelum sempat menyantap makanan untuk sahur.
Apesnya saat terbangun, Zahra melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.30 Wita. Sudah dua jam lebih dari waktu imsak.
"Saya sempat dengar suara teman kasi bangun dari luar kamar, tapi mata berat. Untungnya hari itu aktivitas tidak terlalu berat," ucap dia sembari tersenyum.
Reporter: Dul
Editor: Rani