Dayyuts, Suami Tak Punya Rasa Cemburu pada Istri dan Anaknya

Muhammad Israjab

Reporter

Jumat, 27 November 2020  /  10:11 am

Ad Dayyuts adalah lelaki yang tidak punya rasa cemburu” (Majmu’ Al Fatawa, 32/141). Foto: Repro google.com

KENDARI, TELISIK.ID - Bagaimanakah tipe suami yang tidak punya rasa cemburu atau dayyuts? Mari simak penjelasan berikut ini yang telah dirangkum Telisik.id.

Suami semacam ini adalah suami yang tercela sebagaimana disebutkan dalam hadits yaitu hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma dengan sanad marfu’ sampai pada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dimana beliau bersabda, yang artinya:

“Ada tiga orang yang Allah haramkan masuk surga yaitu: pecandu khamar, orang yang durhaka pada orang tua, dan orang yang tidak memiliki sifat cemburu yang menyetujui perkara keji pada keluarganya.” (HR. Ahmad 2: 69. Hadits ini shahih dilihat dari jalur lain).

Maksud ad dayyuts sebagaimana disebutkan dalam Al Mu’jam Al Wasith adalah para lelaki yang menjadi pemimpin untuk keluarganya dan ia tidak punya rasa cemburu dan tidak punya rasa malu.

Berikut ini ciri-ciri lelaki dayyuts:

1.Membiarkan istri, anak dan anggota keluarga perempuannya tidak menutup aurat.

Menutup aurat adalah wajib. Aurat wanita menurut jumhur ulama adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. Persis sama dengan yang wajib ditutup saat salat.

Termasuk aurat adalah rambut. Maka menutup rambut dengan kerudung, jilbab atau apapun namanya adalah wajib bagi muslimah.

Jika ada laki-laki yang membiarkan istriya tidak berjilbab, tidak menutup aurat, maka ia termasuk dayyuts.

Baca juga: Doa Atasi Ejakulasi Dini

2. Menyuruh istri, anak dan anggota keluarga perempuannya membuka aurat

Membiarkan istri membuka aurat adalah perbuatan diyatsah. Laki-laki yang menyuruh istrinya melepas jilbab, berarti ia semakin dekat dengan dayyuts.

Tingkatan yang lebih parah, jika laki-laki menyuruh istrinya memakai pakaian yang memperlihatkan lebih banyak auratnya hingga semakin memancing syahwat laki-laki lain.

3. Membiarkan istri, anak dan anggota keluarga perempuannya pamer aurat di internet dan media sosial.

Ketika seorang perempuan membuka auratnya dan dipamerkan di internet atau media sosial, maka seluruh dunia bisa menikmatinya.

Maka laki-laki yang membiarkan istrinya berbuat demikian, maka dia termasuk laki-laki dayyuts. Tidakkah ia cemburu jika aurat istri atau anaknya dipelototi jutaan orang?

4. Membiarkan istri, anak dan anggota keluarga perempuannya ikhtilat

Membiarkan istri, anak dan anggota keluarga perempuan bergaul dengan bebas antara laki-laki dan perempuan termasuk laki-laki dayyuts.

Dalam pergaulan yang tidak memperhatikan Batasan-batasan mahram dan bukan mahram lebih mendekatkan diri pada zina.

Baca juga: Begini Proses Khitbah yang Syari Menuju Pernikahan

5. Membiarkan istri, anak dan anggota keluarga perempuannya bekerja di tempat yang penuh maksiat

Karena motif ekonomi, suami menyuruh istri atau anak perempuannya untuk berprofesi yang membuatnya membuka aurat, berkhalwat dan memnacing syahwat.

6. Membiarkan istrinya (mendekati) zina

Membiarkan istri, anak atau anggota keluarga perempuannya bebas bergaul dengan laki-laki lain.

Membiarkan mereka bergaul bebas di media sosial atau pergi ke tempat-tempat maksiat dan sebagainya yang kemudian menjadi sarana dan ‘jalan’ bagi istrinya berbuat zina. Suami membiarkan dan tidak mau mengingatkan istri atau anaknya.

Padahal Allah berfirman, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka” (QS an-Nisaa’: 34).

Maka seorang kepala keluarga akan dimintai pertanggungjawabannya kelak.

Maka sangat mengherankan apabila tidak ada perasaan risih saat anggota keluarga bermaksiat.

Rasulullah SAW bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Pemimpin negara adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin bagi anggota keluarga suaminya serta anak-anaknya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya.” (HR Bukhari dan Muslim). (C)

Reporter: Muhammad Israjab

Editor: Haerani Hambali

TOPICS