Heboh Hasil Uji Lab Biodiesel B50 Segera Masuk SPBU Bikin Mesin Cepat Korosi, Begini Penjelasannya

Ahmad Jaelani

Reporter

Kamis, 13 November 2025  /  1:12 pm

Hasil uji laboratorium biodiesel B50 memicu kekhawatiran publik karena berpotensi mempercepat korosi mesin. Foto: Repro Antara.

JAKARTA, TELISIK.ID - Kabar mengenai hasil uji laboratorium bahan bakar biodiesel B50 yang disebut berpotensi menimbulkan korosi pada mesin kendaraan membuat masyarakat penasaran. Penggunaan bahan bakar ini memang sedang dikaji pemerintah sebelum nantinya resmi dipasarkan di SPBU seluruh Indonesia.

Peneliti independen sektor energi, Akhmad Hanan, menjelaskan bahwa biodiesel dengan kadar campuran Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang tinggi seperti B50 memiliki efek pembersih yang lebih kuat. Namun, efek ini justru dapat melarutkan endapan di tangki bahan bakar yang berpotensi menyumbat filter.

“Secara umum, penggunaan biodiesel dengan kadar campuran lebih tinggi seperti B50 memang memiliki potensi dampak terhadap sistem mesin, terutama pada komponen yang bersentuhan langsung dengan bahan bakar,” kata Akhmad saat dihubung awak media, Kamis (13/11/2025), seperti dikutip dari Blomberg.

Ia menambahkan bahwa efek samping seperti korosi ringan pada logam, serta pelapukan pada material karet dan seal mesin, merupakan konsekuensi teknis yang bisa diantisipasi melalui peningkatan standar mutu biodiesel maupun penyesuaian desain mesin. “Sehingga penggantian filter lebih sering menjadi konsekuensi yang wajar,” ujarnya.

Terkait performa mesin, Akhmad menjelaskan bahwa penggunaan B50 tidak selalu berdampak negatif. Kandungan cetane yang lebih tinggi pada B50 justru dapat membantu proses pembakaran menjadi lebih sempurna, asalkan kualitas bahan bakar dan penyimpanannya terjaga.

Baca Juga: 10 Pahlawan Nasional Resmi Dikukuhkan, Tunjangan Keluarga Rp 50 Juta Setahun hingga Pelayanan Medis

Namun, ia mengingatkan bahwa kesiapan infrastruktur penyimpanan dan distribusi menjadi faktor penting. Menurutnya, kestabilan oksidasi serta penanganan bahan bakar di lapangan perlu diperhatikan agar tidak mengganggu efisiensi dan daya tahan mesin.

Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, membenarkan bahwa hasil awal uji coba biodiesel B50 menunjukkan umur filter kendaraan lebih pendek dan daya mesin sedikit menurun dibandingkan B40.

“Umur filter dari penggunaan B50 memang cenderung lebih pendek. Misalnya umur filter tiga bulan menjadi dua bulan. Ada perbedaan sekitar 10%—20% performa dari filter tersebut,” jelas Eniya dalam rapat bersama Komisi XII DPR, Selasa (11/11/2025) malam.

Ia menambahkan bahwa daya yang dihasilkan mesin juga lebih rendah sekitar 10%—20% dibandingkan dengan penggunaan B40. Meski begitu, uji coba masih berlangsung dan hasil akhir akan menjadi acuan sebelum implementasi nasional.

Baca Juga: ESDM Stop Izin Smelter Nikel Baru, Aktivitas Penambang 2026 Direm

Uji laboratorium dilakukan oleh Lemigas bersama Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM yang mencakup pengujian karakteristik bahan bakar, chassis dynamometer, filter clogging, serta uji stabilitas penyimpanan.

Eniya menjelaskan bahwa tahap awal uji coba juga melibatkan campuran bahan bakar solar dengan berbagai komposisi minyak kelapa sawit. Menurutnya, solar dengan kadar sulfur rendah lebih ideal digunakan dalam campuran tersebut.

Kementerian ESDM memperkirakan bahwa penerapan mandatori B50 pada tahun 2026 akan membutuhkan tambahan produksi FAME sekitar 4 juta kiloliter, dengan total kebutuhan biodiesel mencapai 19 hingga 20 juta kiloliter. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS