Ilmuwan Temukan Bumi Semakin Panas
reporter
Selasa, 15 November 2022 / 8:03 am
INGGRIS, TELISIK.ID - Baru-baru ini ilmuwan menemukan emisi global karbon dioksida (CO2) belum berkurang, bahkan pemanasan bumi hingga 1,5 derajat celcius (2,7 derajat fahrenheit) di atas tingkat pra-industri.
Mengutip Livescience.com, pada sebuah laporan baru yang ditulis oleh tim internasional yang terdiri lebih dari 100 ilmuwan pada 10 November 2022 lalu, jika suhu global rata-rata melewati batas dalam satu dekade.
Pierre Friedlingstein, Ketua Pemodelan Matematika Sistem Iklim di University of Exeter di Inggris dan penulis utama laporan tersebut mengatakan, emisi CO2 yang menyebabkan planet menjadi hangat tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan.
"Tindakan selama beberapa tahun terakhir tidak cukup untuk membalikkan lintasan emisi global, masih banyak yang harus dilakukan," ujar Friedlingstein.
Laporan Anggaran Karbon Global di jurnal Earth System Science memperkirakan CO2 atmosfer pada 417,2 bagian per juta (ppm) — 51 persen di atas tingkat pra-industri — dan emisi global sebesar 40,6 miliar ton (36,8 miliar metrik ton). Semua angka dalam laporan adalah proyeksi, karena data tidak dapat menjelaskan bulan-bulan terakhir tahun 2022.
Baca Juga: 5 Fakta Ledakan di Turki, Pelakunya Diduga Wanita
Mengutip Dw.com, ilmuwan berpendapat bahwa tidak semua negara dapat dianggap sama rata bertanggung jawab, dan bahwa kekuatan ekonomi dan kekayaan suatu negara harus diperhitungkan.
Negara-negara berpenghasilan tinggi dengan emisi tinggi, seperti Qatar, mengeluarkan lebih banyak CO2 per kapita daripada negara-negara seperti Jerman dan Prancis, meskipun mereka berada dalam kelompok pendapatan yang sama.
Negara-negara di Asia mengalami pertumbuhan populasi yang sangat besar selama beberapa dekade terakhir, dan makin banyak populasi akan mengarah pada konsumsi sumber daya yang lebih besar.
Baca Juga: Bintang Film Porno Ini Sekarang Jadi Anggota DPRD, Alasannya Bikin Kaget
Merujuk korelasi antara kekuatan ekonomi dan emisi CO2, tidak mengherankan jika sektor industri bertanggung jawab atas sumbangan terbesar (35 persen) dari keseluruhan emisi gas rumah kaca (GRK) — termasuk metana dan dinitrogen oksida — yang dilepaskan ke atmosfer.
Emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil telah meningkat sejak awal periode industrialisasi. Namun, di saat manusia memproduksi karbon dioksida dengan tingkat yang lebih tinggi, bumi menyerapnya lewat "penyerap karbon" alami, seperti hutan dan lautan.
Akan tetapi ketika umat manusia mulai memproduksi CO2 dan gas rumah kaca lainnya lebih banyak daripada yang dapat diserap oleh ekosistem planet secara alami, makin banyak emisi tersebut terperangkap di atmosfer. (C)
Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS