Kadis Dikbud Sulawesi Tenggara Minta Semua Kepala Sekolah Belajar dan Kawal Guru Sebelum Direward
Reporter
Selasa, 16 September 2025 / 8:40 am
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tenggara, Aris Badara, saat diwawancarai. Foto: Erni Yanti/Telisik.
KENDARI, TELISIK.ID - Di tengah berbagai tantangan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sulawesi Tenggara mengambil langkah pelatihan mendalam yang menargetkan jantung sistem pendidikan kepala sekolah.
Melalui program pelatihan kepala sekolah yang dilaksanakan, pemerintah provinsi ingin mengubah pola lama kepala sekolah bukan hanya administrator, tapi harus menjadi motor penggerak transformasi pembelajaran.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadis Dikbud) Sultra, Aris Badara mengatakan, pelatihan ini bukan ditujukan untuk sekolah-sekolah yang sudah mapan atau rutin mendapat Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Kinerja.
"Program ini menyasar sekolah-sekolah yang selama ini senyap dari sorotan anggaran. Sekolah yang terpencil, yang tidak mendapat BOS Kinerja, kini diberi ruang untuk bertumbuh," ujarnya, Selasa (16/9/2025).
Ia juga menyampaikan, akan adanya alokasi dana hingga Rp 10 miliar per sekolah untuk revitalisasi fisik sekolah.
Baca Juga: Sidang Dugaan Pemalsuan Ijazah Anggota DPRD Kendari
“Ini soal infrastruktur, tapi dampaknya lebih luas. Sekolah yang dulunya tidak layak, tahun depan bisa menjadi pusat pembelajaran yang bermartabat,” ujarnya.
Ia menyebut, beberapa wilayah penerima bahkan berada di pulau-pulau kecil dan pelosok daratan yang selama ini sulit dijangkau APBD.
Lebih lanjut, rencana program penghargaan Amazing Start Recognition 2025 akan menjadi ruang apresiasi bagi guru-guru yang bekerja dalam senyap, namun berdampak besar.
Baca Juga: Seorang Pria di Kendari Dikeroyok Sekelompok Pemuda hingga Tersungkur Tak Berdaya
“Kita ingin mulai menghargai guru yang tak sekadar hadir, tapi mengabdi,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu peserta, Kepala SMA Negeri 2 Kendari, Nur Aida mengatakan, pelatihan ini membongkar pola pikir lama untuk menjadi penggerak guru-guru disekolah masing-masing.
“Dulu kita bicara di balik meja. Sekarang, kita harus ada di lapangan. Kita harus tahu bagaimana guru mengajar, bagaimana siswa belajar, dan bagaimana sekolah bermakna,” terangnya. (B)
Penulis: Erni Yanti
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS