Kisah Mualaf Pahlawan Pierre Tendean Berawal dari Cinta pada Calon Istri
reporter
Jumat, 29 September 2023 / 1:21 pm
KENDARI, TELISIK.ID - Kapten Pierre Tendean merupakan salah satu pahlawan yang gugur dalam peristiwa berdarah 30 September 1963. Tragedi ini diperingati setiap tahunnya, kisah hidupnya pun banyak bermunculan, termasuk tentang ia yang merupakan seorang mualaf.
Dilansir dari Okezone.com, Pierre Tendean diketahui berpindah agama mengikuti sang kekasih, Rukmini Chaimin yang beragama Islam.
Dilansir dari beragam sumber, Pierre Tendean mengenal Rukmini atau akrab disapa Mimin setelah dikenalkan oleh kedua temannya, yakni Satrijo Wibowo dan Setijono Hadi. Rukmini rupanya mampu menarik perhatian Pierre, sehingga setelah perkenalan itu Pierre sering mengunjungi rumah keluarga Chaimin yang berada tak jauh dari asramanya agar dapat mengenal Rukmini lebih dalam lagi.
Sosok Pierre ternyata membuat Rukmini juga terpikat. Tetapi ia meragukan kelanjutan hubungannya dengan Pierre sebab mereka memiliki keyakinan yang berbeda. Meskipun demikian, hubungan mereka tetap berjalan.
Setelahnya pada pertengahan tahun 1963, Pierre harus meninggalkan Medan dan bertolak ke Bogor untuk melanjutkan pendidikannya di intelijen. Ia kemudian ditarik ke Jakarta untuk menjadi ajudan dari Jenderal AH Nasution. Mau tak mau, ia dan Rukmini harus menjalani hubungan jarak jauh.
Dari pada ke Semarang, Pierre lebih sering mengunjungi Medan untuk bertemu Rukmini pada setiap masa cutinya. Salah satu contohnya adalah pada saat perayaan ulang tahun Rukmini yang ke-17.
Baca Juga: Intip Profil dan Perjalanan Robert Bauer jadi Mualaf
Ia menyempatkan hadir bersama rekan-rekannya, Satrijo dan Setijono. Selain itu, Pierre juga sering menghadiri acara keluarga besar Chaimin. Makin lama hubungan mereka kian beranjak serius. Meskipun terhalang oleh jarak, keduanya tetap berhubungan intens melalui surat menyurat.
Tetapi rupanya hubungan mereka sempat terhambat oleh restu dari orang tua Tendean. Hal ini disebabkan oleh perbedaan keyakinan dari Pierre Tendean dan Rukmini.
Sebetulnya Pierre Tendean telah menyanggupi syarat dari Rukmini yang hanya ingin melanjutkan hubungan dengan pria muslim.
Dikutip dari Kupang.tribunnews.com, untuk syarat ini Pierre telah memutuskan menuruti karena ia sangat mencintai gadis sederhana ini dan tak mau berpisah dengannya. Namun awal-awal ayah ibu Pierre justru meragukan Pierre dapat membiasakan diri dengan keseharian keluarga Mimin yang agamis.
Lampu hijau dirasakan Pierre awal Juli 1965 saat melihat adiknya Roos yang akan menikah dengan seorang muslim direlakan ayah mereka pindah agama.
Sejak itu Pierre selalu membahas peresmian pernikahannya dengan Mimin yang direncanakannya di satu hari bulan Desember 1965, terutama dengan Ibu Sunarti Nasution. Ia bahkan sudah menyampaikan ke ayah AL Tendean kemantapannya ikut keyakinan Mimin.
Bahkan di sore terakhir hidupnya, sebelum ia diculik dan dihabisi dengan keji oleh Gerombolan G30S, ia terus saja semangat membahas rencananya itu dengan adik iparnya, Jusuf Razak. Pertemuan terakhir Pierre dan Mimin terjadi pada 31 Juli 1965 saat Pierre mendampingi Pak Nas tugas ke Medan.
Baca Juga: Kisah Mualaf Eks Bos Gangster Australia Vince Focarelli, Dideportasi Karena Alasan Agama
Pierre masih menerima telegram terakhir dari Mimin pada 30 September 1965 malam. Tujuh tahun berselang, Mimin menemukan jodohnya kembali tahun 1972, dengan seorang karyawan bank swasta.
Mereka dikaruniai 3 anak dan 5 cucu. Suami Mimin wafat tahun 2014 dan anak perempuan satu-satunya juga telah mendahului. Sebelum wafat, Mimin tinggal di Bekasi bersama 3 cucunya.
Rukmini jatuh sakit cukup berat sejak akhir Maret 2019 sebelum akhirnya wafat tahun 2019. (C)
Penulis: Adinda Septia Putri
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS