Lama Tak Beroperasi, Pabrik Kakao Kolaka Utara Seharga Rp 6 Miliar Rusak Parah hingga Fasilitas Raib Digasak Maling
Reporter Kolaka Utara
Jumat, 30 Mei 2025 / 1:11 pm
Mesin pengolahan biji kakao hasil permentasi skala industri (bisnis) untuk hasilkan produk olahan kakao setengah jadi. Foto: arsip Muh. Risal H/Telisik.
KOLAKA UTARA, TELISIK.ID - Fasilitas pengolahan kakao skala industri milik Pemerintah Daerah (Pemda) Kolaka Utara yang terletak di lokasi kakao center, Desa Ponggiha, Kecamatan Lasusua kondisinya sangat memprihatinkan.
Beberapa fasilitas pendukung hingga mesin produksi seharga Rp 6 miliar yang didatangkan langsung dari Kabupaten Jember, Jawa Timur rusak parah. Sarana dan prasarananya pun dipreteli maling.
Tidak hanya itu, lokasi pabrik tempat penyimpanan mesin raksasa yang digadang-gadang mampu memproduksi olahan kakao setengah jadi hingga 10 ton per hari ini dipenuhi semak belukar.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Kolaka Utara, Kamal Mustafa mengungkapkan, jika pihaknya tengah berupaya melakukan pembenahan. Sebulan terakhir, mereka berjibaku melakukan bersih-bersih membuang rumput liar yang menggerogoti pusat pengolahan kakao.
"Sejak sebulan terakhir, kami lakukan kerja bakti membersihkan area pabrik karena rumputnya itu sudah panjang-panjang. Alat-alat di sana itu sudah banyak yang rusak parah, bahkan ada hilang dicuri," terang kadis yang baru saja dilantik itu, Jumat (30/5/2025).
Bukan hanya bagian dari alat produksi yang dipreteli maling, sejumlah kabel kelistrikan pada sarana itu digasak maling dengan cara dipotong-potong dan mengambil isi dalam (tima) kabel.
Pencuri leluasa menjalankan aksinya dikarenakan lokasi tempat fasilitas pabrik sepi dan tanpa penjagaan.
Baca Juga: Booming Kakao di Kolaka Utara Dibarengi Harga Bibit yang Meroket
"Kami sudah melaporkan pencurian ini ke pihak kepolisian, namun hingga kini belum ada perkembangan terkait pelaku," ujarnya.
Diketahui, Pemkab Kolaka Utara melalui Dinas Perkebunan dan Peternakan sebelumnya telah melakukan pengadaan mesin produksi baru menggantikan unit sebelumnya. Hal itu dilakukan 2023 silam melalui anggaran APBD sebesar Rp 6 miliar.
Jika mesin sebelumnya hanya mampu memproduksi 100 kilogram bahan baku per hari, alat terbaru diklaim mampu tembus 10 ton per hari dan bisa menghasilkan olahan dalam bentuk nips, bubuk dan lemak atau minyak kakao. (C)
Penulis: Muh. Risal H
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS