Masyarakat Pertanyakan Keberadaan Batang Jati yang Tiba-Tiba Hilang
Reporter Muna Barat
Selasa, 06 Februari 2024 / 11:12 am
MUNA BARAT, TELISIK.ID - Penebangan jati di Kolotiri area permandian Matakidi, Kecamatan Barangka, dipertanyakan oleh masyarakat. Pasalnya, keberadaan jati dengan sertifikasi benih itu menghilang dari area penebangan.
Berdasarkan pengakuan warga yang berkunjung ke lokasi penebangan pohon, batang jati yang telah rebah itu tidak berada lagi di tempatnya, sehingga menimbulkan pertanyaan bagi warga setempat. Pasalnya menurut Kepala DLH Muna Barat, penebangan pohon itu bertujuan untuk keselamatan masyarakat.
Salah satu warga setempat yang tak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa penebangan pohon di area permandian Matakidi itu dilakukan pada 31 Januari 2024 lalu dan selama beberapa hari batang pohon jati itu masih berada di area tersebut.
Namun, jelang pagi tepatnya 5 Februari 2024, batang pohon jati itu tidak ada lagi di lokasi penebangan. Dan lebih membingungkan warga karena hanya batang pohon jati yang berukuran besar dan telah bernomor 1 dan 3 yang menghilang, sementara batang pohon yang berukuran sedang masih berada di lokasi tersebut, serta pohon lainnya seperti trembesi juga masih berada di lokasi penebangan.
Sehingga warga setempat menduga ada oknum yang mencoba bermain di balik motif penebangan pohon jati tersebut.
Baca Juga: Ditpolair Polda Sulawesi Tenggara Gagalkan Pengangkutan Kayu Ilegal di Perairan Buton Utara
"Ini kan aneh karena hanya jati ukuran besar yang hilang, tapi trembesi masih utuh di depan gerbang permandian Matakidi," ungkapnya.
Selanjutnya, salah satu konten kreator bertema lingkungan, Asma, mengaku saat sore di hari yang sama tepatnya 31 Januari 2024 lalu, ia mengunjungi tempat wisata alam Matakidi untuk rekreasi. Ia melihat langsung pohon jati sudah direbahkan dengan jumlah lima pohon jati dan satu pohon trembesi.
Kemudian, ia mengaku tidak sengaja bertemu dengan salah satu petugas kehutanan bernama La Ode Pombara. Asma menilai bahwa pohon yang direbahkan di jalan bagian sisi kanan yang memiliki sertifikasi benih nomor satu dan tiga, jauh dari jalan dan postur jati lurus tak menjulang ke jalan atau menyerempet kabel listrik.
Sehingga menurutnya, pohon jati itu tidak membahayakan masyarakat. Karena itu, dia mempertanyakan motif dari penebangan pohon jati yang posturnya tegak lurus, padahal pohon itu memiliki sertifikasi benih dan tak lain merupakan sumber daya mata air.
"Pohon jati ini mestinya dijaga bersama bukan untuk ditebang, mengingat pohon ini adalah sumber daya mata air dan memiliki sertifikasi benih," ujar Asma, Selasa (6/2/2024).
Sementara itu, Kepala DLH Muna Barat, La Edi mengaku akan melacak keberadaan batang jati tersebut dan untuk penebangan pohon jati, ia mengakui pihaknya hanya menebang tiga pohon dan ditebangnya pohon tersebut untuk keselamatan masyarakat.
Baca Juga: Ketua DPC PKB Muna Lapor Dugaan Pencurian Kayu ke Polisi
"Nanti saya kroscek kembali, karena anggota laporkan ke saya hanya menebang tiga pohon," ujarnya.
Ia mengaku tidak mengetahui batang jati yang mendadak hilang itu, karena sepengetahuannya setelah ditebang, batang jati itu diletakkan di lokasi penebangan dan pihaknya tidak berniat menggunakannya untuk hal lain, sehingga ia akan menelusuri keberadaan batang jati tersebut.
"Yang jelasnya Pemda tidak tahu menahu kayu itu diangkut kemana," pungkasnya. (A)
Penulis: Putri Wulandari
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS