Mengenal Modus Penipuan Online Berkedok Cinta
Reporter
Selasa, 11 Oktober 2022 / 7:01 pm
JAKARTA, TELISIK.ID - Apakah anda salah satu dari pengguna aplikasi kencan? Jika ya, maka sebaiknya anda perlu lebih berhati-hati dalam menggunakan aplikasi kencan manapun.
Pasalnya, baru-baru ini muncul sebuah modus penipuan dengan memanfaatkan asmara yang disebut sebagai “Pig Butchering Scam.”
Pig Butchering sendiri merupakan salah satu skema penipuan dengan mekanisme manipulasi sosial yang sedang marak di dunia investasi aset uang kripto (cryptocurrency).
Mengutip dari Tempo.co - The Business of Business, istilah pig butchering scam awalnya berasal dari bahasa China, shzhpán, karena memang skema penipuan ini berasal dari sana.
Penipu yang mayoritas laki-laki ini awalnya akan membangun hubungan romantis selama berbulan-bulan atau berminggu-minggu dengan korban melalui platform kencan online, seperti Tinder, Grindr, dan Bumble hingga melalui sosial media.
Baca Juga: 4 Cara Melatih Skill Leadership untuk Meraih Sukses
Seperti namanya, penipuan ini ibaratnya menggemukkan babi terlebih dahulu sebelum memotongnya. Dimana pelaku akan menghujani korban dengan pesan cinta dan kasih sayang untuk ‘menggemukkan mereka’ secara emosional, yang mirip dengan menggemukkan babi sebelum membujuk para korban untuk berinvestasi di perusahaan crypto palsu yang secara metaforis akan membantai korban.
Tidak seperti penipuan berkedok asmara secara tradisional, kebanyakan korban adalah orang-orang berusia 20-an dan 30-an yang memiliki pendidikan layak. Hampir 90 persen dari mereka memegang gelar sarjana atau lebih tinggi.
Dikutip dari Kompas.com, Akhir bulan Agustus, tepatnya tanggal 20 tahun 2022, menjadi hari yang tak terlupakan oleh seorang perempuan asal Pengalengan, Jawa Barat. Sebut saja “AA” (35).
Di hari itu, AA ingat betul ada seorang pria yang mengaku berasal dari Korea Selatan yang mengiriminya direct message Instagram (DM IG).
"Ada orang nge-DM Instagram aku. Dia mengajak kenalan. Dia komentar di salah satu foto di IG aku. Dia nanya fotonya di mana. Dia juga minta rekomendasi tempat-tempat yang ada di Indonesia untuk didatangi saat dia ke Indonesia," kata AA membuka kisahnya.
Ia pun menanggapi ajakan kenalan seorang pria yang mengaku berasal dari Korea Selatan itu dengan terbuka. Tak terbersit di benak AA bahwa percakapannya dengan orang asing di DM Instagram itu akan membawanya melalui masa-masa suram dalam hidupnya.
Sebab, hanya dalam waktu kurang dari satu bulan sejak perkenalan pertama, hidup AA berubah 180 derajat.
Pada September 2022, AA banyak terkoyak dan kehilangan. Terkoyak karena menderita secara psikis sampai terpikir ingin bunuh diri. Kondisinya diperparah, karena AA juga kehilangan aset secara finansial hingga mencapai Rp 550 juta.
"Sekarang sudah jauh lebih baik dibandingkan kemarin lah. Cuman tetap belum 100 persen bener gitu mentalnya. Kalo keinget (kejadiaannya) masih gimana gitu," kata AA dengan suara bergetar.
Untuk diketahui, ada beberapa cara penipu biasanya melancarkan aksinya yakni sebagai berikut:
1. Membuat identitas palsu
Seorang penipu biasa mengawalinya dengan membuat pesona online palsu, yang biasanya disertai dengan foto yang menarik dan gaya hidup yang glamor.
2. Mencari korban
Setelah mereka membangun citra yang palsu, penipu mulai mengirim pesan ke orang-orang di aplikasi kencan atau jejaring sosial. Selain itu, mereka mungkin menggunakan WhatsApp atau layanan pesan yang lain yang akan berpura-pura menghubungi nomor yang salah.
3. Mendapatkan kepercayaan
Langkah selanjutnya adalah memulai percakapan dengan calon korban untuk mendapatkan kepercayaan mereka. Para penipu akan mengarang detail tentang kehidupan mereka sendiri yang membuat mereka tampak mirip dengan calon korbannya. Dengan cara ini, penipu akan dengan mudah membujuk korbannya karena kesamaan latar belakang.
4. Beralih ke investasi
Tak lama setelah itu, penipu akan beralih ke diskusi tentang investasi. Mereka akan mencoba meyakinkan target mereka untuk membuka akun di broker online mereka. Tanpa sepengetahuan korbannya, broker tersebut palsu dan uang yang mereka setorkan akan langsung masuk ke rekening penipu.
Baca Juga: Simak Cara Benar Bikin Surat Lamaran Kerja dan Contohnya
5. Meyakinkan korbannya
Para penipu seringkali menghilangkan keraguan korbannya dengan membiarkan target untuk menarik uang sekali atau dua kali agar mendapatkan kepercayaan korbannya.
6. Memanipulasi untuk berinvestasi
Saat mendapatkan kepercayaan korbannya, penipu kemudian akan mengeksploitasi kerentanan emosional dan finansial korbannya untuk memanipulasi mereka agar menyetor lebih banyak dana dengan iming-iming investasi tersebut bebas resiko.
7. ‘Memotong’ korban
Setelah target mencapai batas dan enggan menyetor lebih banyak dana, para penipu akan menghentikan semua percakapan dan menghilang begitu saja dari korbannya. (C)
Penulis: Nurdian Pratiwi
Editor: Kardin