Merajut Asa di Tengah Pandemi
Reporter
Kamis, 27 Mei 2021 / 1:36 pm
KENDARI,TELISIK.ID - Siang yang cukup terik dimanfaatkan Ino untuk beristirahat setelah lelah berkeliling menjajakan jualannya di sejumlah tempat di Kota Kendari. Ino memarkirkan motornya di pinggir jalan sambil menunggu orang yang hendak membeli tape ubi yang ia jual.
Warga Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan ini baru empat bulan terakhir beralih menjadi penjual tape keliling. Sebelumnya ayah dua anak ini bekerja sebagai kuli bangunan, namun karena pendapatan yang tidak menentu ditambah aktivitas pendirian bangunan yang berhenti akibat COVID-19, sehingga Ino banting stir menjadi penjual tape keliling.
"Kalau jadi buruh bangunan gajiannya kadang-kadang tidak pasti, kalau jual tapi sudah pasti ada pendapatan setiap hari meskipun kecil," ucapnya sambil tertawa kecil.
Setiap harinya Ino menjajakan jualannya sebanyak 70 bungkus, dimana setiap tiga bungkus dijual Rp 10 ribu. Jika jualannya laris dia bisa membawa uang sekira Rp 200 ribu, namun adakalanya dia hanya bisa membawa pulang uang puluhan, bahkan belasan ribu.
Seperti itulah salah satu gambaran masyarakat di masa pandemi. Berbagai upaya terus dilakukan untuk memperoleh pendapatan dan bertahan hidup.
Meskipun pandemi COVID-19 memberikan dampak yang luas, menyebabkan hampir semua lini terkena imbasnya, namun secercah harapan masih tetap ada.
Di Kota Kendari misalnya, di tengah berbagai dampak yang ditimbulkan pandemi COVID-19, pertumbuhan ekonomi masih tetap positif.
Dari sisi Pendapatan Asli Daerah, Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Kendari tahun 2020 berhasil mengumpulkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 130 miliar. Angka ini lebih besar dari target pendapatan tahun 2020 sebesar Rp 120 miliar
Baca Juga: Polda Sultra Bekali Wartawan Meliput Aman di Tengah Unjuk Rasa
Kepala Bapenda Kota Kendari Sri Yusnita menjelaskan, pendapatan ini terdiri dari pajak, retribusi, penyertaan modal dan penerimaan lain-lain.
Meskipun melebihi target, namun angka ini lebih kecil dari PAD tahun 2019 sebesar Rp 133 miliar atau selisih sekira Rp 3 miliar.
“Ini diakibatkan adanya penurunan pendapatan yang signifikan pada sektor pajak dan retribusi. Khusus untuk pendapatan pajak daerah, perolehan capaian tahun 2020 adalah Rp 116,7 miliar berkurang dibanding perolehan pajak tahun 2019 yaitu sebesar Rp 119,6 miliar atau selisih kurang sebesar Rp 2,87 miliar,” jelasnya belum lama ini.
Sedangkan target pajak daerah sesuai perubahan anggaran 2020 adalah Rp 107,9 miliar dan realisasi pajak daerah tahun 2020 sebesar Rp 116,7 miliar.
Dia menambahkan, target pendapatan diperubahan anggaran 2020 adalah estimasi pendapatan di masa pandemi COVID-19.
“Alhamdulilah capaian perolehan/realisasi kita lebih daripada estimasi/target tersebut. Namun pandemi ini tetap berdampak pada pendapatan kita, karena perolehan pendapatan tahun 2020 ini menurun dibanding capaian perolehan tahun 2019,” tambahnya.
Nita sapaan Sri Yusnita menuturkan, penurunan pendapatan disebabkan pandemi COVID-19. Usaha yang paling terdampak akibat pandemi ini adalah usaha hiburan, disusul hotel dan restoran. Penurunan omzet pendapatan mereka berkisar 50 persen sampai 70 persen.
Berkurangnya jumlah pengunjung dan tutupnya beberapa tempat usaha seperti hotel, hiburan, restoran, rumah makan dan warung maupun tempat usaha lainnya baik tutup sementara maupun tutup permanen, turut berdampak pada pendapatan parkir dan air bawah tanah.
Baca Juga: Ini Jadwal KM Sabuk Nusantara 78 Juni 2021
Meskipun beberapa sektor sangat terdampak, namun tiga jenis pajak justru mengalami peningkatan capaian walaupun dalam kondisi pandemi, yaitu Pajak Penerangan Jalan (PPJ) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Nilainya melampaui target dan juga melampaui perolehan tahun 2019. Kemudian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), walaupun capaian perolehannya hanya 98,10 persen dari target pendapatan Rp 17 miliar namun capaian 2020 lebih tinggi dibanding tahun 2019.
Masa pandemi COVID-19 masih berlangsung, namun perlahan perekonomian mulai bergerak, meskipun lambat.
Di tengah banyaknya usaha yang tutup sebuah depo bangunan di Kota Kendari justru membuka cabangnya yang ketiga.
Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir mengatakan, ini bisa menjadi inspirasi bagi para pengusaha di Kota Kendari untuk bangkit di tengah pandemi COVID-19.
Sulkarnain juga mengapresiasi langkah berani pemilik usaha ini yang mau berinvestasi cukup besar di situasi pandemi ini.
Kata wali kota, ini membuktikan bahwa di Kota Kendari sangat kondusif secara ekonomi.
“Tidak mungkin beliau membuka cabang ini kalau bukan dengan perhitungan yang matang,” ujarnya.
Lanjutnya, Pemerintah Kota Kendari selalu memberikan dukungan kepada seluruh kalangan yang punya niat sama untuk membangun Kota Kendari. Apalagi pertumbuhan ekonomi Kota Kendari di masa COVID-19 ini, menurut laporan Bank Indonesia (BI) sudah mulai tumbuh di saat ekonomi daerah lain turun.
Baca Juga: Jelang Kendari Triatlon, DLHK Percantik Taman Rute yang Dilalui Atlet
Sejumlah usaha kuliner juga tumbuh, salah satunya dibukanya restoran cepat saji saat bulan Ramadan serta sejumlah usaha lain juga menunjukkan geliat ekonomi.
Meskipun ekonomi kota Kendari mulai bangkit, namun presiden mengingatkan pada seluruh kepala daerah di Indonesia tetap memerhatikan kasus COVID- 19 di daerahnya masing-masing.
15 provinsi terlihat trend peningkatan kasus COVID-19. Di antaranya Aceh, Sumatera Utara, Jambi, DKI Jakarta, Banten, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku dan Nusa Tenggara Barat.
Presiden juga mengingatkan daerah yang persentase keterisian tempat tidur (BOR) di rumah sakit di atas 50 persen untuk berhati-hati, dan harus berupaya menurunkan angka itu sebab angka nasional sudah berada di angka 29 persen.
"Target kita harus di bawah 50 persen. Ada yang masih di atas 50 karena BOR nasional kita di posisi yang baik, yaitu 29 persen, tapi ada beberapa provinsi yang di atas 29 persen, ada yang masih di atas 50 persen, ini tolong semua gubernur, bupati, wali kota, tahu angka-angka ini. Tiga provinsi hati-hati, Sumut BOR-nya 58 persen, Kepri BOR-nya 53 persen, Riau BOR-nya 52 persen," ungkap presiden.
Pada kesempatan itu, presiden meminta para kepala daerah yang masih berada pada zona merah dan oranye untuk menutup tempat wisata, sedangkan yang berwarna kuning dan hijau boleh membuka objek wisata namun Satgas harus berada di lokasi itu untuk memastikan penerapan protokol kesehatan.
Baca Juga: Ini Calon Ketua KNPI Sultra yang Sudah Mengambil Formulir di Panitia Musda XV
Sedangkan dari sisi ekonomi, presiden menargetkan peningkatan pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen di tahun 2021. Target ini ditetapkan, melihat 10 daerah menunjukkan trend pertumbuhan positif.
"Masuk 2021 di kuartal pertama berarti Januari, Februari, Maret, sudah ada perbaikan tapi kita masih di angka minus 0,74," ungkap presiden.
"Target kita kuartal kedua kurang lebih harus di atas tujuh persen, tapi indikasi ke arah sana ada, tergantung kerja keras kita bersama," tegas presiden.
Indikator lain pergerakan ekonomi lanjut presiden, juga terlihat pada peredaran uang kartal selama lebaran Idul Fitri 1442 Hijriah sebanyak Rp 154,5 triliun, atau terjadi peningkatan sebesar 41,5 persen dibanding tahun 2020.
Dari 10 daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi positif di kuartal pertama tahun 2021, Provinsi Papua berada pada peringkat pertama dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 14,28 persen, Bangka Belitung, 13,45 persen, Sulawesi Tengah sebesar 6,26 persen, Jogjakarta sebesar 6,14 persen dan Sulawesi Tenggara sebesar 0,06 persen.
Presiden berharap semua provinsi terus bekerja, sehingga kuartal kedua tahun 2021, terjadi pertumbuhan ekonomi positif di semua provinsi. (A)
Reporter: Sumarlin
Editor: Haerani Hambali