Perlu Diketahui, Ternyata Ini Perbedaan Healing dengan Liburan

Nurdian Pratiwi

Reporter

Kamis, 21 Juli 2022  /  11:00 am

Mungkin sebagian orang mengira bahwa healing dan liburan memiliki arti yang sama. Namun, sebenarnya dua kata tersebut berbeda. Foto: Repro Okezone.com

KENDARI, TELISIK.ID - Tak sedikit anak muda zaman sekarang yang menyebut healing sebagai liburan. Seperti celetukan ‘mau healing’ ketika hendak pergi liburan pun sudah sering kita dengar. Padahal kedua kata tersebut sebenarnya memiliki arti yang berbeda.

Healing sendiri merupakan kata yang merujuk pada proses penyembuhan dari luka, permasalahan atau stres yang sedang dihadapi seseorang.

Adapun untuk liburan menurut KBBI punya arti masa libur atau vakansi, kata libur sendiri bisa diterjemahkan sebagai bebas dari bekerja atau masuk sekolah. 

Mengutip dari Kompas.com, menurut psikolog Hayinah Ipmawati, M.Psi, healing dan liburan itu punya tujuan yang berbeda.

“Jadi sebenarnya healing adalah sebuah usaha pengembangan keutuhan diri, baik secara fisik maupun mental,” kata Hayinah, Rabu (20/7/2022).

Tanda-tanda seseorang butuh healing adalah saat merasa kepala penuh dengan berbagai macam pikiran, merasa masalah menumpuk, dan merasa diri tak utuh lagi. 

Ketika seseorang tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari secara maksimal, saat itulah healing dibutuhkan.

“Yang perlu ditekankan dalam proses healing adalah adanya proses penyembuhan diri,” terang Hayinah.

Sementara itu, liburan adalah salah satu contoh dari healing, yang mana juga menjadi momen seseorang menyembuhkan dirinya. Namun, tak semua kegiatan liburan bisa disebut healing, terutama jika tidak ada proses penyembuhan diri. 

Baca Juga: Mau Ganti Background Zoom Meeting di HP dan Laptop? Simak Caranya

“Jadi tujuan dan inti dari healing itu penyembuhan diri, kalau memang liburan bisa jadi sarana untuk menyembuhkan diri baru bisa disebut healing,” jelasnya.

“Namun sekarang banyak juga muncul excuse (dalih) liburan, atau shopping (berbelanja) dengan boros, yang ditutupi dengan kedok healing. Padahal (healing) bukan seperti itu,” sambungnya. 

Sementara itu, Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Galang Lufityanto juga mengakui bahwa konsep healing sering dimaknai dengan liburan atau staycation.

"Healing itu proses membuat psikologis kita jadi sehat lagi atau proses menyembuhkan, mengobati diri secara psikologis," kata Galang dikutip dari Liputan6.com.

"Cari dulu masalahnya apa, baru healing. Misalnya karena ada masalah dengan rekan kerja atau atasan maka healing dengan liburan atau staycation jadi tidak cocok. Ini malah seperti melarikan diri," Galang menuturkan.

Galang menyebutkan, liburan dapat dijadikan salah satu upaya untuk healing bila persoalan yang dihadapi memang sesuai. Misalnya, persoalan yang dihadapi adalah pekerjaan yang padat.

Sehingga tidak memiliki waktu untuk beristirahat. Dalam kondisi tersebutlah, liburan dapat menjadi cara yang pas untuk mengurangi kelelahan akibat bekerja.

Dengan begitu, konsep healing yang diusung bisa lebih tepat sasaran sesuai dengan masalahnya. Namun apabila masalah yang dihadapi justru berbeda atau mungkin lebih dalam, maka konsep healing dengan berlibur belum tentu tepat sasaran.

Galang juga mengungkapkan bahwa healing dapat dilakukan dengan melakukan hobi yang Anda minati atau sukai. Hal tersebut pun menjadi hal sederhana tanpa merogoh kocek yang besar.

Baca Juga: Warga Indonesia Peringkat Teratas Paling Malas Jalan Kaki Sedunia

"Bisa dilakukan dengan membuat proyek-proyek kecil di rumah. Misalnya mengerjakan hobi seperti merancang, memasak, menjahit, dan lainnya," kata Galang.

Lewat aktivitas ringan tersebut, Anda dianggap dapat menghasilkan sesuatu dengan cepat, yang mana nantinya bisa menimbulkan perasaan bahagia karena mampu mencapai tujuan.

Tak hanya itu, Galang juga menyebutkan soal mindfulness. Teknik tersebut dapat membantu Anda untuk fokus memahami diri sendiri dengan apa yang dirasakan dan dialami.

"Mindfulness ini adalah salah satu teknik healing yang cukup efektif. Contohnya bisa dengan relaksasi seperti meditasi maupun mengatur pernapasan," ujar Galang. (C)

Penulis: Nurdian Pratiwi

Editor: Haerani Hambali