Rotasi Bumi Bergerak Lebih Cepat pada Juli-Agustus 2025, Ini Kata Ilmuwan

Merdiyanto

Content Creator

Minggu, 06 Juli 2025  /  10:36 am

Rotasi bumi akan bergerak lebih cepat pada Juli-Agustus 2025. Foto: Repro Getty Images.

JAKARTA, TELISIK.ID – Fenomena astronomi menarik diprediksi terjadi pada Juli hingga Agustus 2025. Para ilmuwan dari International Earth Rotation and Reference Systems Service (IERS) dan United States Naval Observatory memprediksi bahwa rotasi Bumi akan bergerak lebih cepat pada periode tersebut, menyebabkan hari-hari menjadi lebih pendek dari biasanya.

Meski perubahan ini hanya dalam hitungan milidetik, fenomena ini menjadi sorotan karena bertentangan dengan tren perlambatan rotasi Bumi yang biasanya terjadi.

Menurut data IERS, tiga hari terpendek dalam setahun diperkirakan terjadi pada:

- Rabu, 9 Juli 2025: Hari lebih pendek 1,30 milidetik.

- Selasa, 22 Juli 2025: Hari lebih pendek 1,38 milidetik.

- Selasa, 5 Agustus 2025: Hari lebih pendek 1,50 milidetik dari durasi normal 86.400 detik.

Penyebab Percepatan Rotasi Bumi

Leonid Zotov, pakar rotasi Bumi dari Universitas Negeri Moskow, menyatakan bahwa penyebab pasti percepatan rotasi ini masih menjadi misteri.

“Tidak ada yang menduga hal ini. Penyebab percepatan ini tidak bisa dijelaskan,” ujar Zotov dilansir dari idntimes.com, Minggu (6/7/2025).

Baca Juga: Bumi Terancam Dihantam Asteroid Bennu, Ilmuwan Simulasi Dampaknya

Para ilmuwan menduga fenomena ini berkaitan dengan dinamika di inti dalam Bumi, karena model atmosfer dan lautan tidak mampu menjelaskan percepatan tersebut secara penuh.

Faktor lain yang memengaruhi kecepatan rotasi Bumi adalah posisi Bulan. Pada Juli dan Agustus 2025, Bulan diperkirakan berada pada jarak maksimum dari ekuator Bumi, yang dapat mengurangi hambatan gravitasi dan mempercepat rotasi Bumi.

Selain itu, peristiwa geofisika seperti gempa bumi juga berperan. Sebagai contoh, gempa berkekuatan 9,0 di Jepang pada Maret 2011 menggeser sumbu Bumi sekitar 17 cm, mempercepat rotasi Bumi hingga 1,8 mikrodetik.

Dampak Percepatan Rotasi

Meskipun perubahan durasi hari hanya dalam milidetik dan tidak terasa dalam kehidupan sehari-hari, fenomena ini memiliki implikasi penting bagi sistem yang bergantung pada ketepatan waktu, seperti navigasi satelit, GPS, komunikasi global, dan jaringan finansial internasional.

Judah Levine, fisikawan dari National Institute of Standards and Technology, menyebutkan bahwa tren percepatan ini mengejutkan karena bertentangan dengan asumsi bahwa rotasi Bumi akan terus melambat, yang biasanya membutuhkan penambahan detik kabisat.

Namun, sejak 2016, tidak ada detik kabisat yang diperlukan, dan IERS telah mengonfirmasi tidak akan ada penambahan detik kabisat pada Juni 2025 dilansir dari cnbcindonesia.com, Minggu (6/7/2025).

Tren Percepatan Sejak 2020

Fenomena percepatan rotasi Bumi bukanlah hal baru. Sejak 2020, para ilmuwan mencatat adanya tren hari-hari terpendek. Pada 2020, tercatat 28 hari terpendek sejak pengukuran modern dimulai pada 1960.

Rekor ini terus terpecahkan, dengan hari terpendek pada 5 Juli 2024, yang berdurasi 1,66 milidetik lebih pendek dari hari biasa.

Baca Juga: Waktu di Bulan Lebih Cepat Dibandingkan Bumi, Ini Dampaknya

Prediksi untuk 2025 menunjukkan bahwa hari-hari pada Juli dan Agustus mungkin mendekati rekor ini, meskipun belum dipastikan akan melampauinya.

Para ilmuwan menegaskan bahwa percepatan ini tidak menandakan perubahan besar dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, rotasi Bumi cenderung melambat akibat gaya pasang surut Bulan, yang menyebabkan hari bertambah panjang secara bertahap.

Bahkan, diperkirakan dalam 200 juta tahun, satu hari di Bumi bisa berdurasi 25 jam. Namun, percepatan saat ini menunjukkan dinamika kompleks planet kita yang masih perlu diteliti lebih lanjut.

Fenomena ini menjadi pengingat bahwa Bumi adalah sistem dinamis yang terus berubah. Meskipun perubahan kecil ini tidak berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari, pemantauan ketat oleh IERS dan lembaga terkait tetap penting untuk menjaga akurasi sistem waktu global.

Para ilmuwan akan terus meneliti penyebab pasti percepatan ini untuk memahami lebih dalam dinamika geofisika Bumi. (C)

Penulis: Merdiyanto

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS