Sudah Dipesan Indonesia, Pakar Vaksin China Bongkar 73 Efek Samping Sinopharm

Muhammad Israjab

Reporter

Kamis, 07 Januari 2021  /  10:41 am

Pakar Vaksin China bongkar 73 efek samping vaksin Sinopharm, akun medsosnya langsung dihapus. Layar tangkap postingan pakar vaksin China Tao Lina. Foto: Repro Tribunnews.com

JAKARTA, TELISIK.ID - Salah satu dari tujuh vaksin yang dipesan Pemerintah Indonesia ternyata diduga memiliki efek samping.

Ahli vaksin yang berbasis di Shanghai, Tao Lina (43), baru-baru ini mengunggah versi digital dari instruksi manual vaksin Sinopharm ke akun Weibo-nya, seperti dilansir surat kabar Ming Pao Hong Kong.

Tao Lina menyatakan bahwa setelah dia membaca manual, "Saya menarik napas panjang yang dingin, dan menghitung kondisi yang tercantum di kolom 'reaksi merugikan'," ujarnya.

Tao Lina menemukan bahwa ada 73 efek samping yang merugikan lokal/sistemik setelah menerima suntikan vaksin.

Pakar vaksin menemukan bahwa selain rasa sakit di tempat suntikan dan sakit kepala, ada efek samping parah yang terdaftar yang "lebih mungkin terjadi," seperti tekanan darah tinggi, kehilangan penglihatan, kehilangan rasa, terlambat haid, dan kencing inkontinensia.

Baca juga: Pendukung Trump Tewas saat Menyerbu Capitol Hill, Suasana Makin Mencekam

Tao Lina menulis bahwa 73 reaksi merugikan terhadap vaksin yang terdaftar di manual membuatnya menjadi apa yang dia gambarkan sebagai "vaksin paling tidak aman di dunia."

Tao Lina menulis bahwa tidak ada inactivated vaccine (memanfaatkan virus Corona COVID-19 yang sudah dilemahkan) yang memiliki lebih banyak jenis reaksi merugikan daripada produk ini.

Tao Lina juga menegaskan bahwa jumlah reaksi merugikan ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya.

Tao Lina menyatakan bahwa dokter lain dengan bercanda menggambarkan manual itu sebagai satu pelepasan tanggung jawab panjang.

Sebab selama efek sampingnya tercantum di manual, penerima tidak berhak atas kompensasi jika terjadi.

Tao Lina memperingatkan bahwa perusahaan akan kebal terhadap tuntutan hukum dari orang-orang yang mencari kompensasi karena menderita efek samping vaksin.

Karenanya, Tao Lina menyarankan pemerintah provinsi menanggung kompensasi jika penerima vaksin mengalami efek samping yang sangat merugikan.

Setelah postingannya viral, akun Weibo Tao Lina langsung dihapus oleh pihak berwenang.

Halamannya sekarang menyatakan "konten ini tidak dapat dilihat karena melanggar peraturan."

Baca juga: Penghina Lagu Indonesia Raya, Ternyata WN Indonesia

Tao Lina telah bekerja di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Shanghai (SCDC) sejak Agustus 2000 dan bertanggung jawab atas manajemen vaksin.

Pada akhir Desember tahun lalu, Beijing Business Today mewawancarainya tentang masalah terkait vaksin COVID-19.

Sebelumnya, Vaksin Sinopharm juga sudah dipesan Indonesia bersama Vaksin Sinovac.

Vaksin Sinopharm adalah vaksin pertama yang disetujui pihak regulator China.

Uji klinis fase tiga menunjukkan ektivitas vaksin Sinopharm mencapai 79,34%.

Beijing Biological Products Institute Co, yang merupakan subsider dari perusahaan Sinopharm, menyatakan pada Rabu (30/12/2020) bahwa vaksin Sinopharm aman dan orang yang mendapat dua dosis bakal memproduksi antibodi dalam taraf tinggi.

Dalam keterangan kepada para wartawan pada Kamis (31/12/2020), Deputi Komisioner Lembaga Produk Medis Nasional, Chen Sifei, mengatakan pihaknya telah memberikan izin secara bersyarat pada vaksin Sinopharm.

Izin dalam kategori itu membantu obat darurat digunakan secara massal ketika uji klinis belum memenuhi standar, namun terindikasi berfungsi ampuh.

"Keuntungan yang diketahui dari vaksin baru virus corona Sinopharm lebih besar dari risiko yang diketahui dan yang berpotensi menjadi risiko," kata Chen sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

Pemberian izin ini juga memberikan wewenang kepada pemerintah untuk "memperluas vaksinasi kepada kelompok berisiko tinggi, mereka yang rentan mengalami infeksi virus yang parah dan para lansia," ujar Zeng Yixin, Wakil Menteri Komisi Kesehatan Nasional.

China menghadapi tantangan untuk menyediakan vaksin bagi populasinya yang mencapai lebih dari 1,3 miliar jiwa.

"Secara umum, kami harus memvaksinasi 60% sampai 70% untuk menciptakan perlindungan universal," tambah Zeng.

China menargetkan 50 juta warganya sudah menjalani vaksinasi sebelum Imlek 2021 yang jatuh 12 Februari 2021. (C)

Reporter: Muhammad Israjab

Editor: Haerani Hambali