Sumber Energi Smelter di Sulawesi Berubah dari Batu Bara Beralih ke Gas

Ahmad Jaelani

Reporter

Rabu, 07 Agustus 2024  /  11:42 am

Dengan adanya transformasi sumber energi dari batu bara ke gas, diharapkan proses smelting di Sulawesi dapat menjadi lebih efisien dan ramah lingkungan. Foto: Repro oss.co.id

KENDARI, TELISIK.ID - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan rencana ambisius untuk mengubah sumber energi dari batu bara menjadi gas demi memenuhi kebutuhan listrik bagi fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) di Sulawesi.

Langkah ini diharapkan dapat mendukung program pengurangan emisi karbon serta menyediakan energi yang lebih bersih dan efisien untuk industri smelter yang sangat bergantung pada pasokan listrik yang besar.

Rencana ini akan melibatkan penarikan pipa gas dari Selat Makassar menuju Palu, Sulawesi Tengah. Di Palu, pemerintah akan membangun pembangkit listrik tenaga gas (PLTGU) yang baru, yang kemudian akan mengalirkan energi melalui jaringan transmisi ke berbagai smelter di Sulawesi, seperti dilansir dari katadata.co.id, Rabu (7/8/2024).

Gas untuk pembangkit ini akan dialokasikan dari berakhirnya kontrak gas bumi Donggi Senoro pada tahun 2027, dengan kapasitas sebesar 337 MMSCFD. Gas tersebut akan dimanfaatkan untuk membangun PLTGU Wellhead baru dengan kapasitas mencapai 1.800 MW.

Baca Juga: 5 Warisan Jokowi Bidang Ekonomi Sebelum Serahkan Tahta ke Prabowo

Selain itu, pasokan gas juga akan diperoleh dari potensi gas bumi melalui gas pipa dari Lapangan ENI Muara Bakau di Selat Makassar sebesar 500 MMSCFD. Gas ini akan dimanfaatkan untuk membangun PLTGU baru di Palu dengan kapasitas 2.650 MW.

Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan suplai energi bersih ke berbagai smelter di Sulawesi, termasuk klaster Huadi di Sulawesi Selatan, Pomala-Ceria (Poci), dan Konawe-Morowali di Sulawesi Tenggara.

Pemerintah menyatakan bahwa harga gas untuk kedua PLTGU tersebut akan mengikuti Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) sekitar 6 US$/MMBTU dan biaya transmisi sebesar 3,88 cUS$/kWh. Dengan harga listrik sekitar 11 cUS$/kWh, biaya ini dianggap cukup kompetitif untuk mendukung industri smelter.

Pemerintah juga mencatat bahwa investasi senilai US$ 14 miliar dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Sulawesi hingga tahun 2030, dengan rincian US$ 10,7 miliar untuk pembangkit, US$ 2,3 miliar untuk transmisi, dan US$ 1 miliar untuk gardu induk.

Kebutuhan listrik terbesar di Sulawesi adalah untuk industri smelter, yang diperkirakan mencapai 11.139 MW hingga tahun 2030. Saat ini, kebutuhan energi untuk smelter mencapai 20 gigawatt (GW) dan sebagian besar dipenuhi melalui Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Pemerintah berkomitmen untuk mengupayakan penyediaan energi bersih sebagai bagian dari transisi energi yang berkelanjutan. Smelter adalah industri yang membutuhkan energi besar, dan di Sulawesi, sebuah area smelter seluas 4.500 hektare memerlukan energi listrik hampir mencapai 7 GW.

Smelter merupakan fasilitas yang sangat penting dalam industri pertambangan, karena berfungsi untuk mengolah dan memurnikan bijih logam sehingga mencapai standar yang tinggi. Berdasarkan definisi dari Cambridge Dictionary, smelter adalah mesin atau pabrik tempat logam dilebur, bersumber dari kumparan.com.

Baca Juga: 1883 Bal Pakaian Bekas Sitaan Kemendag Dibagikan Gratis untuk Produksi Bensin

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), smelter adalah pabrik pengolahan dan pemurnian bijih logam. Smelter nikel, misalnya, adalah tempat pemurnian dan peleburan bijih untuk menghasilkan nikel berkualitas tinggi.

Proses smelting melibatkan peleburan bijih yang mengandung logam ke dalam tanur bersama dengan bahan bakar dan fluks, yang merupakan zat kimia pembersih. Logam cair yang dihasilkan dari proses ini akan menetes ke bawah menjadi gumpalan logam panas yang disebut "bloom".

Bloom ini kemudian dicabut dengan penjepit saat bijih dipanaskan di dalam tungku. Selain logam murni, proses smelting juga menghasilkan produk sampingan yang disebut terak, yang merupakan ampas dari ekstraksi bijih logam.

Jenis logam yang umumnya memerlukan proses peleburan dengan smelter termasuk nikel, emas, besi, perak, tembaga, dan bauksit. Dengan adanya transformasi sumber energi dari batu bara ke gas, diharapkan proses smelting di Sulawesi dapat menjadi lebih efisien dan ramah lingkungan. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS