APBN Tekor Rp 104 Triliun, Sri Mulyani Tarik Utang Baru Rp 250 Triliun

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Kamis, 10 April 2025
0 dilihat
APBN Tekor Rp 104 Triliun, Sri Mulyani Tarik Utang Baru Rp 250 Triliun
Sri Mulyani tarik utang baru Rp 250 triliun untuk tutup defisit. Foto: Repro Antara.

" Di tengah tekanan fiskal yang terus meningkat, pemerintah melalui Kementerian Keuangan menempuh langkah strategis dengan menarik utang baru senilai Rp 250 triliun hanya dalam tiga bulan pertama tahun ini "

JAKARTA, TELISIK.ID - Di tengah tekanan fiskal yang terus meningkat, pemerintah melalui Kementerian Keuangan menempuh langkah strategis dengan menarik utang baru senilai Rp 250 triliun hanya dalam tiga bulan pertama tahun ini.

Langkah ini menjadi bagian dari upaya menambal defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 yang telah menyentuh angka Rp 104,2 triliun per akhir Maret.

Kementerian Keuangan mencatat bahwa hingga akhir Maret 2025, realisasi defisit APBN telah mencapai Rp 104,2 triliun atau setara 0,45 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka ini merupakan 16,9 persen dari total target defisit tahun 2025 yang sebesar Rp 616,2 triliun atau 2,53 persen dari PDB.

Untuk menutup defisit tersebut, pemerintah telah melakukan penarikan utang baru senilai Rp 250 triliun. Jumlah ini setara 40,6 persen dari total target defisit anggaran tahun ini. Kementerian Keuangan menyatakan bahwa realisasi pembiayaan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai Rp 85,6 triliun.

Baca Juga: Pendaftaran CPNS 2025, Cek Formasi Lulusan SMA/SMK Gaji Tertinggi Rp 10 Juta

“Kita akan tetap menjaga APBN dan terutama utang dan juga defisit kita secara tetap prudent, transparan, hati-hati,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Menara Mandiri, Jakarta, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (10/4/2025).

Pembiayaan anggaran sebesar Rp 250 triliun tersebut mencakup penarikan utang senilai Rp 270,4 triliun yang dikurangi dengan pembiayaan non-utang sebesar Rp 20,4 triliun. Dengan demikian, komposisi pembiayaan masih didominasi oleh utang yang diterbitkan pemerintah.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, realisasi pembiayaan utang hingga 31 Maret 2025 telah mencapai 34,8 persen dari total target pembiayaan utang dalam APBN 2025 yang sebesar Rp 775,9 triliun.

Sementara itu, pembiayaan non-utang baru terealisasi sebesar Rp 12,8 triliun dari target minus Rp 159,7 triliun.

Salah satu komponen utama dalam pembiayaan utang adalah penerbitan Surat Berharga Negara (SBN). Pemerintah telah menerbitkan SBN secara neto senilai Rp 282,6 triliun atau 44 persen dari target APBN 2025 sebesar Rp 642,6 triliun.

Sedangkan dari sisi pinjaman, tercatat realisasi negatif sebesar Rp 12,3 triliun atau minus 9,2 persen dari target Rp 133,3 triliun.

Angka penerbitan SBN yang mencapai Rp 282,6 triliun pada triwulan pertama 2025 juga mengalami lonjakan signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai Rp 104 triliun.

Sebaliknya, realisasi pinjaman justru lebih rendah dari capaian tahun lalu yang tercatat Rp 1,6 triliun.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa strategi penarikan utang besar di awal tahun atau front loading dilakukan untuk merespons potensi gejolak global.

Salah satu faktor eksternal yang menjadi perhatian pemerintah adalah kebijakan perdagangan Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump yang kembali menerapkan tarif tinggi pada produk dari berbagai negara.

Baca Juga: Inpres Prabowo, 80 Ribu Koperasi Merah Putih Didanai APBD-APBN, Ini Skema Lengkapnya

“Kita melakukan front loading bukan karena kita enggak punya duit, karena kita memang strategi dari issuance kita untuk mengantisipasi ketidakpastian yang pasti akan membuat kenaikan,” kata Sri Mulyani menjelaskan strategi tersebut.

Meski tekanan terhadap APBN terus meningkat, pemerintah tetap mengedepankan kehati-hatian dalam pengelolaan anggaran negara. Penarikan utang yang cukup agresif di awal tahun ini disebut sebagai langkah antisipatif untuk memastikan kestabilan fiskal di tengah kondisi pasar global yang dinamis dan penuh ketidakpastian.

Dengan realisasi defisit dan pembiayaan yang telah tercatat hingga Maret, pemerintah masih memiliki ruang untuk mengelola sisa target pembiayaan dalam sembilan bulan ke depan. Sri Mulyani menegaskan bahwa langkah-langkah yang diambil telah melalui perhitungan matang dan tetap berada dalam koridor pengelolaan fiskal yang sehat.

Sebagai catatan, total target pembiayaan anggaran pada APBN 2025 sebesar Rp 616,2 triliun mengalami peningkatan dari target tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 522,8 triliun. Peningkatan target ini sejalan dengan kebijakan belanja yang dirancang untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional serta menjaga daya beli masyarakat. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

TAG:
Baca Juga