Beli Token Listrik Rp 20 Ribu atau Rp 50 Ribu Daya 900 VA Lebih Hemat Mana? Segini Perbandingannya
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Kamis, 04 Desember 2025
0 dilihat
Perbedaan nominal pembelian token listrik berdampak langsung pada jumlah kWh yang diterima pelanggan daya 900 VA. Foto: Repro Tribunnews.
" Pembelian token listrik bagi pelanggan PLN prabayar tersedia dalam berbagai nominal "

KENDARI, TELISIK.ID - Pilihan nominal pembelian token listrik kerap dianggap sepele, namun bagi pelanggan daya 900 VA, selisih Rp 20 ribu dan Rp 50 ribu berdampak langsung pada jumlah energi diperoleh.
Pembelian token listrik bagi pelanggan PLN prabayar tersedia dalam berbagai nominal, mulai dari Rp 20.000, Rp 50.000, Rp 100.000 hingga Rp 1.000.000. Setiap pembelian akan dikonversi dari rupiah menjadi satuan energi listrik kilowatt hour atau kWh sesuai tarif dasar listrik yang berlaku.
Bagi pelanggan rumah tangga dengan daya 900 VA, dua nominal yang paling sering digunakan adalah Rp 20.000 dan Rp 50.000 karena dianggap lebih mudah disesuaikan dengan kebutuhan harian.
Melansir dari Kompas, Kamis (4/12/2025), untuk mengetahui perbedaan hasil energi yang diterima dari kedua pilihan tersebut, pelanggan perlu memahami terlebih dahulu struktur tarif listrik daya 900 VA. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral membagi kelompok pelanggan 900 VA menjadi dua kategori, yakni pelanggan subsidi dan pelanggan non-subsidi.
Perbedaan kategori ini menentukan besar kecilnya tarif per kWh yang dibebankan kepada pelanggan setiap kali melakukan pengisian token.
Pada Desember 2025, tarif listrik untuk pelanggan rumah tangga daya 900 VA subsidi ditetapkan sebesar Rp 605 per kWh. Sementara itu, tarif untuk pelanggan daya 900 VA non-subsidi berada di angka Rp 1.352 per kWh.
Di luar tarif dasar tersebut, setiap transaksi pembelian token listrik juga dikenakan Pajak Barang dan Jasa Tertentu sebesar 10 persen dari nilai pembelian. Selain itu, terdapat biaya administrasi yang nilainya bergantung pada penyedia layanan pembayaran, seperti minimarket, mobile banking, atau aplikasi dompet digital.
Berdasarkan data konversi yang dihimpun dari berbagai sumber, pembelian token listrik nominal Rp 20.000 dan Rp 50.000 menghasilkan jumlah kWh yang berbeda untuk pelanggan subsidi maupun non-subsidi.
Untuk pelanggan 900 VA subsidi, pembelian Rp 20.000 setelah dipotong PBJT sebesar Rp 2.000 dan biaya administrasi sekitar Rp 1.750 menghasilkan energi sekitar 26,86 kWh. Sementara itu, pembelian Rp 50.000 dengan potongan PBJT Rp 5.000 dan biaya admin yang sama menghasilkan sekitar 71,49 kWh.
Baca Juga: Penyesuaian Tarif Listrik Desember 2025, Berikut Rincian Lengkap Semua Golongan
Adapun untuk pelanggan 900 VA non-subsidi, dengan tarif Rp 1.352 per kWh, pembelian token Rp 20.000 akan menghasilkan kWh yang lebih kecil karena dasar tarifnya lebih tinggi. Pada pembelian Rp 50.000 non-subsidi, setelah dikurangi PBJT sebesar Rp 5.000 dan biaya administrasi sekitar Rp 1.750, pelanggan memperoleh sekitar 31,99 kWh.
Jumlah ini dapat sedikit berbeda bergantung pada lokasi serta layanan pembayaran yang digunakan.
Untuk memberikan gambaran yang lebih terperinci, berikut perbandingan pembelian token listrik daya 900 VA berdasarkan nominal dan kategori pelanggan. Data ini disusun dari simulasi perhitungan tarif resmi yang berlaku pada Desember 2025.
Perbandingan token listrik daya 900 VA:
1. 900 VA subsidi, token Rp 20.000:
Tarif Rp 605 per kWh, potongan PBJT Rp 2.000, biaya admin sekitar Rp 1.750, energi diterima sekitar 26,86 kWh.
2. 900 VA subsidi, token Rp 50.000:
Tarif Rp 605 per kWh, potongan PBJT Rp 5.000, biaya admin sekitar Rp 1.750, energi diterima sekitar 71,49 kWh.
3. 900 VA non-subsidi, token Rp 20.000:
Tarif Rp 1.352 per kWh, potongan PBJT Rp 2.000, biaya admin sekitar Rp 1.750, energi diterima lebih kecil dibanding pelanggan subsidi.
4. 900 VA non-subsidi, token Rp 50.000:
Tarif Rp 1.352 per kWh, potongan PBJT Rp 5.000, biaya admin sekitar Rp 1.750, energi diterima sekitar 31,99 kWh.
Dari hasil simulasi tersebut terlihat bahwa terdapat perbedaan nilai kWh yang cukup signifikan antara pembelian token Rp 20.000 dan Rp 50.000, terutama pada kelompok pelanggan subsidi.
Salah satu faktor yang memengaruhi perbedaan ini adalah biaya administrasi yang bersifat tetap dalam setiap transaksi, terlepas dari besar kecilnya nominal yang dibeli. Semakin kecil nilai token, semakin besar pengaruh biaya administrasi terhadap jumlah kWh yang diterima.
Sebagai ilustrasi, pada pelanggan subsidi, pembelian token Rp 20.000 menghasilkan sekitar 1,34 kWh untuk setiap Rp 1.000 yang dibelanjakan.
Sementara itu, pembelian Rp 50.000 menghasilkan sekitar 1,43 kWh untuk setiap Rp 1.000. Selisih ini menunjukkan bahwa secara matematis, pembelian token dengan nominal lebih besar memberikan efisiensi yang lebih baik dalam hal perolehan energi.
Selain biaya administrasi, potongan pajak sebesar 10 persen juga turut memengaruhi hasil akhir konversi token. Meskipun nilai pajak meningkat seiring naiknya nominal pembelian, proporsinya tetap sama.
Baca Juga: Penetapan Tarif Listrik Semua Golongan Awal November hingga Akhir 2025, Berikut Rinciannya
Namun karena biaya admin tidak ikut naik secara signifikan, pembelian dalam jumlah lebih besar tetap memberikan keuntungan dari sisi kWh yang diterima pelanggan.
Dengan demikian, berdasarkan perhitungan yang berlaku untuk Desember 2025, dapat disimpulkan bahwa pembelian token listrik Rp 50.000 cenderung lebih hemat dibandingkan Rp 20.000, baik untuk pelanggan 900 VA subsidi maupun non-subsidi.
Perbedaan ini terutama dipengaruhi oleh beban biaya tetap yang lebih terasa pada pembelian nominal kecil.
Informasi ini dapat menjadi acuan bagi pelanggan rumah tangga dalam menentukan strategi pengisian token agar pemakaian listrik lebih efisien secara biaya. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS