Betonisasi Puncak Kahiyanga Wakatobi Dinilai Rusak Lingkungan dan Kurangi Minat Wisatawan

Wiwik Prihastiwi, telisik indonesia
Kamis, 13 Juli 2023
0 dilihat
Betonisasi Puncak Kahiyanga Wakatobi Dinilai Rusak Lingkungan dan Kurangi Minat Wisatawan
Puncak Kahiyanga Tomia, Kabupaten Wakatobi, dinilai tidak lagi menjadi tempat wisata melainkan tempat piknik bagi masyarakat lokal. Foto: buddyku.com

" Hadirnya intervensi pemerintah di tempat wisata puncak Kahiyanga di pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi bukan malah meningkatkan minat kunjung wisatawan, tapi malah dinilai sebaliknya "

WAKATOBI, TELISIK.ID - Hadirnya intervensi pemerintah di tempat wisata puncak Kahiyanga di pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi bukan malah meningkatkan minat kunjung wisatawan, tapi malah dinilai sebaliknya.

Istilah “betonisasi” untuk menggambarkan bangunan dan lingkungannya yang (biasanya) menggunakan material beton untuk struktur dan permukaannya.

Selaku pemerhati pariwisata, Darwis mengungkapkan, ketika pemerintah hadir melakukan intervensi di tempat wisata, ada 4 hal yang menjadi pertimbangannya. Di antaranya, bagaimana pertimbangan lingkungan, mempertimbangkan kearifan sosial budaya, dampak ekonomi dan bagaimana keterlibatan masyarakat.

Apa yang telah dilakukan oleh pemerintah, Darwis menilai, pemerintah agak lemah terhadap pertimbangan terkait pasar. Sehingga hadirnya intervensi melalui berbagai fasilitas yang ada, justru tidak meningkatkan minat kunjung wisatawan ke puncak Kahiyanga.

Baca Juga: Pantai Labobo, Tawarkan Keindahan Alam Berhawa Sejuk

"Yang kami lihat hari ini, puncak Kahiyanga Tomia tidak lagi menjadi tempat wisata melainkan hanya menjadi tempat piknik bagi masyarakat lokal. Datang piknik dengan membawa berbagai bekal dan pulang meninggalkan sampah," ujarnya melalui sambungan telepon, Kamis (13/7/2023).

Darwis mengungkapkan, wisatawan tidak suka dengan berbagai intervensi yang berlebihan. Apa yang dibangun oleh pemerintah tidak ada dampak ekonomi dan malah merusak lingkungan di sana. Di puncak Kahiyanga Tomia, dulunya terdapat kima raksasa dan memperlihatkan pesona savana yang justru betul-betul lebih alami.

"Apa yang dihadirkan pemerintah di sana justru merusak nilai-nilai yang ada dan tidak menarik minat kunjung wisatawan," lanjutnya.

Darwis melanjutkan, puncak Kahiyanga menjadi item wajib yang dimasukan dalam itinerary untuk dikunjungi di pulau Tomia. Namun sekarang tidak lagi karena ketertarikan pasar sudah tidak ada.

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wakatobi, Nadar menuturkan, dilihat dari konteks kunjungan wisatawan. Jika ada pengelola di puncak Kahiyanga dan bisa mengembangkan tempat wisata dengan baik. Seperti aktivitasnya yang bisa diperkaya, itu akan mendorong minat kunjungan.

"Kalau sudah bisa berfungsi dengan baik dan sudah ada pengelolanya, itu bisa dioptimalkan fungsinya," ujarnya.

Nadar melanjutkan, setelah dibangun oleh PUPR, kemudian Disparekraf melengkapi fasilitasnya seperti kuliner, cinderamata kemudian toilet dan fasilitas lainnya. Hal itu sebagai upaya agar di puncak Kahiyanga terdapat aktivitas.

Sementara menurut pemerhati pariwisata lainnya, Windra Aini. Betonisasi pada tempat wisata jika sebagai upaya dalam memaksimalkan aktivitas wisata dan memiliki dampak bagi peningkatan wisatawan. Maka hal itu tidak menjadi masalah.

Baca Juga: Mengenal Tari Linda, Tari Tradisional Masyarakat Muna

Namun yang perlu diperhatikan, yaitu apakah yang dibangun tersebut malah merusak lingkungan. Jika demikian, berdasarkan konsep sustainable tourism hal tersebut tidak boleh.

Windra Aini menjelaskan, jika dikaitkan dengan desa wisata maka pembangunan fasilitas wisata harus ramah lingkungan. Penggunaan dari bahan-bahan yang ramah lingkungan lebih disarankan, seperti kayu, bambu dan lainnya.

"Itu akan terlihat lebih natural juga. Ada banyak contoh pengembangan fasilitas wisata di pedesaan mengusung konsep nature atau alam," ujarnya. (A)

Penulis: Wiwik Prihastiwi

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga