Mengenal Tari Linda, Tari Tradisional Masyarakat Muna
Wa Ode Ria Ika Hasana, telisik indonesia
Rabu, 12 Juli 2023
0 dilihat
Tari Linda, menjadi salah satu bagian dalam upacara kari'a, ritual khusus masyarakat Muna untuk anak perempuan yang menjelang dewasa. Foto: Ist.
" Tari Linda dari Kabupaten Muna, kerap diperagakan pada saat acara-acara besar seperti acara kari'a atau pingitan maupun penyambutan tamu "
KENDARI, TELISIK.ID - Sulawesi Tenggara memiliki beragam budaya dan kearifan lokal di setiap daerahnya. Salah satunya Tari Linda dari Kabupaten Muna. Tari Linda berasal dari bahasa Muna yang berarti menari sambil berkeliling, karena para penari yang mengenakan sayap indah akan berkeliling.
Tarian ini kerap diperagakan pada saat acara-acara besar seperti acara kari'a atau pingitan maupun penyambutan tamu. Tari Linda merupakan tarian tradisional masyarakat Muna yang dalam kepercayaan masyarakat Muna merupakan bentuk latihan-latihan para kalambe Muna atau gadis Muna dalam hal pengendalian diri.
Di sisi lainnya, pertunjukan Tari Linda dalam pandangan masyarakat Muna, sebagai proses pembersian diri. Dilansir dari pariwisataindonesia.id, tari ini diciptakan pada abad ke-16 oleh Wa Ode Wakelu, permaisuri Raja La Ode Ngkadiri (Raja Muna ke-12). Tari ini lalu mulai dipentaskan sejak abad ke-16, tepatnya pada masa pemerintahan La Ode Husein (Raja Muna ke-16).
“Salah satu gerakan lemah lembut dalam Tari Linda disebut berasal dari gerakan menari bidadari. Konon, asal muasal Tari Linda berasal dari legenda yang mirip dengan kisah Jaka Tarub,” tulisnya.
Baca Juga: Intip Pesona Kearifan Lokal di Desa Wisata Kahianga, Wakatobi
Selain untuk hiburan, Tari Linda ini menjadi salah satu bagian dalam upacara kari'a, ritual khusus masyarakat Muna untuk anak perempuan yang menjelang dewasa. Upacara yang berupa pingitan ini merupakan ritual wajib anak perempuan sebelum mereka menikah. Tarian ini biasanya dibawakan oleh enam hingga delapan orang penari perempuan dan para penari mengenakan pakaian adat suku Muna.
Menurut salah satu imam masjid di Desa Lakarinta, La Ntolori, Tari Linda wajib ditampilkan dalam upacara kari'a karena masyarakat lokal mensakralkan tari tersebut sebagai syarat pensucian diri seorang anak perempuan yang menjelang dewasa. Di samping itu, keberadaan Tari Linda dalam upacara adat kari'a merupakan bentuk perayaan kemenangan.
Baca Juga: Balanga Nuua, Kerajinan Tanah Liat Masyarakat Katobengke Kota Baubau
“Harus kita menari, makanya sebelum kita dipingit kita belajar dan diajarkan oleh salah seorang guru Tari Linda. Guru Tari Linda sudah ditunjuk oleh orang tua yang punya acara pingitan. karena wajib menari sebagai penutup dari proses pingitan itu sendiri,” ujar Sari Sinta, seorang wanita yang sudah di-kari'a dan pernah menari di acara kari'a, pada Telisik.id.
Menurutnya, Tari Linda harus selalu dilestarikan sebagai ciri khas masyarakat Muna. Dan bagi wanita-wanita suku Muna harusnya bisa belajar tarian ini agar tidak punah dan terus ada di dalam masyarakat, bukan hanya untuk lomba-lomba tapi juga untuk mempertahankan apa yang sudah ada di masyarakat kita sejak dahulu. (A)
Penulis: Wa Ode Ria Ika Hasana
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS