BKKBN Dorong Praktik Baik Pengasuhan 1.000 HPK Guna Capai Desa Bebas Stunting

Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Rabu, 19 April 2023
0 dilihat
BKKBN Dorong Praktik Baik Pengasuhan 1.000 HPK Guna Capai Desa Bebas Stunting
Ketua BKKBN pusat, Hasto Wardoyo dan Ketua BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara Asmar, beserta jajaran pimpinan, dosen dan mahasiswa Politeknik Kesehatan Kendari saat sosialisasi pencegahan stunting. Foto: Dok. Telisik

" Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) terus melakukan berbagai upaya untuk menyukseskan program percepatan penurunan stunting, salah satunya dengan mendorong peningkatan praktik baik dan pengasuhan pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) di tingkat desa atau kelurahan "

JAKARTA, TELISIK.ID - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) terus melakukan berbagai upaya untuk menyukseskan program percepatan penurunan stunting, salah satunya dengan mendorong peningkatan praktik baik dan pengasuhan pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) di tingkat desa atau kelurahan.

Untuk menyukseskan program peningkatan praktik baik dan pengasuhan pada 1.000 HPK tersebut, BKKBN menyelenggarakan webinar desa bebas stunting (De'Best) pada Rabu (12/4/2023).

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo dalam pembukaan webinar menyampaikan apresiasi terhadap penyelenggaraan De'Best 1.000 HPK dan kepada desa/kelurahan yang telah berhasil mengakselerasi penurunan stunting.

Baca Juga: BKKBN Sulawesi Tenggara Evaluasi Pencapaian Percepatan Penurunan Stunting

"Perlu kita sampaikan bahwa telah ada peraturan presiden untuk percepatan penurunan stunting maka berapa jumlah desa yang bebas stunting itu menjadi indikator pencapaian penurunan stunting,” katanya.

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo dalam pembukaan webinar Desa Bebas Stunting (De'Best). Foto: Dok. BKKBN Sulawesi Tenggara

 

“Oleh karena itu, saya mengapresiasi kegiatan ini karena kegiatan ini betul-betul menjadi suatu proses yang harus diukur sebelum kita mendapatkan output atau bahkan outcome dalam bentuk penurunan stunting dan kemudian kualitas SDM yang tercipta unggul dan berkualitas," tambah Hasto saat memberikan sambutan dan membuka kegiatan De'Best Seri-2.

Lebih lanjut, Hasto menyampaikan empat strategi yang dapat dilakukan oleh kepala daerah desa/kelurahan terkait dengan sumber anggaran dalam percepatan penurunan stunting.

Strategi tersebut diantaranya adalah kepala daerah harus teliti dalam memastikan anggaran program keluarga harapan (PKH), penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BNPT), serta Bantuan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) harus dipastikan tepat sasaran, dan terakhir adalah optimalisasi Dana Desa atau APBD kabupaten/kota untuk kelurahan.

"Jadi menurut saya empat jurus ini mohon menjadi catatan serius, karena ini kalau yang mengerjakan kepala desa mudah karena wilayahnya tidak luas, penduduknya tidak terlalu banyak sekali ya, nanti kalau semua kepala desa melakukan seperti ini maka saya yakin sukses menurunkan stunting," ujar Hasto.

Pada kesempatan yang sama, empat kepala desa atau lurah menyampaikan inovasi dan kebijakan di masing-masing desa/kelurahan sebagai best practice dalam penanganan stunting diantaranya adalah, Desa Sungai Tabuk, Desa Rantau Puri, Desa Talumelito, dan Kelurahan Pondok Labu.

Lurah Pondok Labu Nachnoer Bernier Atom menyampaikan dalam penanganan stunting, Kelurahan Pondok Labu, Jakarta Selatan menggalakan program Umma Berakzi Penting dan membentuk Kelompok Peduli Gizi (KPG) dan Kompas (Kelompok Peduli Atasi Stunting).

Hal ini untuk mempercepat penanganan stunting agar balita segera diberikan kebutuhan yang sesuai dan mengejar tubuh kembang serta status gizi normal pada balita.

Selain itu, percepatan penurunan stunting dilakukan melalui program Bapak Asuh Anak Stunting Go Tuntas Jakarta Selatan dan Gerakan 3P (Pencegahan, Penjaringan, dan Pemulihan), dalam hal ini juga bekerja sama dengan RS Mayapada dan Klinik Anakku IIDI.

Kepala Desa Rantau Puri, Muhamad Havis mengatakan, inovasi Desa Rantau Puri berfokus pada pencegahan anemia pada ibu hamil dengan memberikan kartu Pantarmil (pantau tablet darah ibu hamil) dengan memantau dan memastikan ibu hamil mengkonsumsi tablet tambah darah.

Selain itu, penyelenggaran bina keluarga balita (BKB) secara holistik dan terintegrasi dengan Posyandu rutin serta optimalisasi pemberian PMT kepada setiap sasaran.

Havis mengungkapkan saat ini Desa Rantau Puri berhasil menurunkan prevalensi stunting 5% selama 6 bulan sejak bulan Agustus tahun 2022.

Selanjutnya Desa Sungai Tabuk, Provinsi Kalimantan Tengah juga turut terlibat dalam praktik baik desa bebas stunting.

Kepala Desa Sungai Tabuk Misranudin mengatakan, inovasi yang dicanangkan untuk Percepatan Penurunan Stunting diantaranya adalah Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin) dan Pondok Sayang Ibu yang bertujuan untuk memberikan pendampingan bagi ibu hamil yang sedang menunggu waktu persalinan dan memastikan ibu hamil yang akan melahirkan melakukan persalinan dengan tenaga kesehatan.

Selain itu, pihaknya bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dan mitra kerja untuk pengadaan bibit ayam dan pakan ternak dalam upaya ketahanan pangan.

Terakhir, Desa Talumelito Provinsi Gorontalo juga berkesempatan untuk memaparkan inovasi praktik baik penanganan stunting.

Kepala Desa Talumelito, Wilson Harun Yanti menekankan kepada peningkatan kunjungan anak terhadap posyandu yang dilakukan dengan mengadakan hadiah pada balita yang aktif posyandu, menyediakan taman bermain dan tamban baca serta menyediakan alat permainan anak dan tak kalah pentingnya adalah menerapkan kebijakan status imunisasi lengkap sebagai syarat pendaftaran sekolah PAUD.

Dimana hal ini dinilai efektif karena mampu membuat kunjungan anak balita terhadap posyandu di Desa Talumelito mencapai 80%.

Selain itu Pemerintah Gorontalo juga dalam pelaksanaan tugasnya mengimplementasikan Gerakan 4SI (Kolaborasi, Inovasi, Regulasi, dah Evaluasi).

Baca Juga: BKKBN: Cegah Stunting dengan Konsumsi Protein Hewani

Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Sulawesi Tenggara, Asmar menekankan, perlunya pengasuhan yang baik pada 1000 HPK. Di mana kata dia, periode usia 1-2 tahun merupakan periode emas untuk perkembangan anak.

Menurutnya, 1.000 HPK merupakan golden age di mana menjadi kesempatan orang tua untuk memantau dan mengasuh perkembangan anak dengan baik.

Indikator keberhasilan pekembangan anak tidak hanya dilihat dari perkembangan fisik anak tetapi juga dilihat dari perkembangan mental dan emosional anak.

"Untuk itu, peran orang tua sangatlah dibutuhkan dalam mewujudkan SDM yang bebas dari stunting," kata Asmar kepada Telisik.id, belum lama ini. (B-Adv)

Penulis: Fitrah Nugraha

Editor: Kardin 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga