Bocah SD di Muna Alami Bullying Tiga Tahun hingga Dilarikan ke Rumah Sakit
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Minggu, 27 Juli 2025
0 dilihat
MA tengah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Foto: Ist.
" Seorang siswa sekolah dasar (SD) di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, mengalami perundungan atau bullying berulang kali dalam tiga tahun hingga harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit "

MUNA, TELISIK.ID - Seorang siswa sekolah dasar (SD) di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, mengalami perundungan atau bullying berulang kali dalam tiga tahun hingga harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
Kasus ini terjadi di SDN 3 Batalaiworu, Desa Wawesa, Kecamatan Batalaiworu, Kabupaten Muna.
Korbannya adalah MA, bocah kelas 3 berusia 8 tahun, yang disebut telah mengalami tindakan perundungan berulang kali sejak duduk di kelas 1. Korban warga Desa Wakorambu, Kecamatan Batalaiworu.
Menurut keterangan ibu MA, Ratna Dewi Piya, yang dikonfirmasi via telepon karena masih berada di Malaysia, perundungan terhadap anaknya sudah terjadi empat kali. Ia mengatakan bahwa anaknya merupakan pribadi yang pendiam dan tidak mudah terbuka.
Baca Juga: Fachrizal Resmi Jabat Kajari Konawe, Segini Total Laporan Kekayaan dan Aset Berharga Dimiliki
Karena itu, peristiwa-peristiwa sebelumnya baru terungkap setelah kondisi fisik MA mulai menunjukkan gejala sakit atau trauma akibat perlakuan teman sekelasnya.
“Pertama kali anak saya dibully saat kelas 1. Ia diajak sengel (berduel) oleh teman sekelasnya. Saya sempat menghubungi kepala sekolah melalui pesan dan telepon, karena saat itu saya berada di luar negeri (Malaysia),” katanya kepada telisik.i, Minggu (27/7/2025).
Kejadian kedua membuat MA mengalami demam tinggi dan salah urat. Ketika ditanya oleh keluarga apakah ia terjatuh di sekolah, MA akhirnya mengaku menjadi korban perundungan.
Keluarga pun mencoba menyelesaikan secara kekeluargaan dengan menemui orang tua rekan sekelas MA. Namun, menurut Ratna, tidak ada respons positif maupun efek jera dari pihak keluarga pelaku.
“Waktu kejadian kedua, anak saya sempat sakit dan demam. Kami tanya pelan-pelan, baru ia mengaku dibully lagi. Tapi saat keluarga bertemu orang tua pelaku, tidak ada respons,” lanjut Ratna.
Peristiwa ketiga juga serupa. MA kembali mengalami sakit fisik hingga kehilangan nafsu makan. Setelah didesak secara halus oleh keluarganya, ia kembali mengakui dibully.
Kali itu, paman MA turut mendatangi sekolah dan pihak pelaku dengan meminta dilakukan tindakan tegas agar kejadian serupa tak terulang.
Namun ironis, perundungan keempat kembali terjadi pada Kamis, 24 Juli 2025. Saat waktu istirahat di sekolah, MA mengaku diajak bertengkar oleh pelaku yang merupakan komplotan yang pernah merundungnya.
Karena tidak merespons, ia kemudian ditendang di bagian kaki dan dipukul pada bahu belakangnya. MA sempat membalas karena refleks, tetapi pelaku membalas lebih keras dengan menendang bagian perut MA.
“Pelaku menendang perut anak saya, tepat di bawah tulang rusuk. Anakku langsung menangis,” jelas Ratna.
Keesokan harinya, MA mengeluhkan sakit dan meminta izin pada neneknya untuk tidak masuk sekolah. Kondisinya memburuk pada Jumat (25/7/2025) sore dengan muntah-muntah dan pembengkakan di perut.
Pada Sabtu pagi, demam tinggi dan muntah terus berlanjut hingga keluarga membawa MA ke tempat urut tradisional, oleh masyarakat Muna menyebutnya dengan istilah difurui.
Setelah kembali dari pengobatan tradisional, MA bertemu tetangga yang berkunjung ke rumah. Saat ditanya tentang kondisinya, ia menunjuk perutnya dan langsung menceritakan kronologi kejadian perundungan terbaru yang menimpanya.
Baca Juga: Gempa Tektonik Magnitudo 5,2 Guncang Laut Banda Wakatobi
“Dari situlah kami tahu anak saya dibully lagi. Sabtu siang pukul 14.00 (Wita), dia langsung kami bawa ke rumah sakit dan dirawat sampai sekarang,” ujar Ratna.
Ratna mengaku tidak bisa menerima perlakuan yang menimpa anaknya. Ia menyatakan akan segera pulang ke Indonesia dan mengambil langkah hukum terhadap pihak sekolah dan orang tua pelaku.
“Saya sebagai ibu korban tidak terima anakku diperlakukan demikian. Saya akan kembali ke Tanah Air untuk menuntut pihak sekolah dan orang tua murid agar mempertanggungjawabkan perbuatan mereka terhadap anak saya,” tegasnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak SDN 3 Batalaiworu mengenai tindak lanjut kasus tersebut. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Mustaqim
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS