BPS: Dua Tahun Terakhir, Angka Kemiskinan di Kolut Menurun
Muh. Risal H, telisik indonesia
Sabtu, 18 Januari 2020
0 dilihat
Bupati dan Wakil Bupati Kolut, Drs. H.Nur Rahman Umar, MH dan H. Abbas, SE. Foto: Muh. Risal/Telisik
" Dua tahun terakhir angka kemiskinan di Kolut memang cenderung menurun. Penurunannya sekitar 1%, dari 17,11 di tahun 2017 menjadi 14,30?n 13,19% di tahun 2018 dan 2019. Hal ini diakibatkan oleh dua faktor, pertama harga kebutuhan pokok yang cenderung stabil dan sumber pendapatan yang meningkat melalui hasil tanaman sela. "
KOLAKA UTARA, TELISIK.ID - Selama kurang lebih dua tahun memimpin Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), duet pasangat Drs. H. Nur Rahman Umar, MH dan H. Abbas, SE sebagai bupati dan wakil bupati yang dikenal dengan akronim An-Nur dianggap berhasil menurunkan angka kemiskinan dari 17,11% di tahun 2017 menurun 14,30% di tahun 2018 dan 13,19% untuk tahun 2019.
Baca Juga: Korban Tewas di Mall Mandonga, Sempat Minta Uang Sebelum Bunuh Diri
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kolut, Sablin, menurunnya angka kemiskinan dua tahun terakhir ini diakibatkan harga kebutuhan pokok yang cenderung stabil dan meningkatnya sumber pendapatan masyarakat melalau hasil tanaman sela dari program revitalisasi kakao.
"Dua tahun terakhir angka kemiskinan di Kolut memang cenderung menurun. Penurunannya sekitar 1%, dari 17,11 di tahun 2017 menjadi 14,30%, 13,19% di tahun 2018 dan 2019. Hal ini diakibatkan oleh dua faktor, pertama harga kebutuhan pokok yang cenderung stabil dan sumber pendapatan yang meningkat melalui hasil tanaman sela," kata Sablin, Jumat (17/1/2020).
Lebih lanjut Sablin menjelaskan bahwa data yang mereka peroleh bersumber dari hasil survei sosial ekonomi nasional yang dilakukan oleh BPS Kolut secara independen setiap bulan Maret tahun berjalan. Dengan menggunakan metode yang sudah teruji, Sablin yakin hasil survei BPS Kolut kredibel dan bisa dipertanggungjawabkan.
"Kalaupun dalam hasil survei kami ada margin errornya, itu masih bisa dipertanggungjawabkan," ucapnya.
Survei sosial ekonomi nasional ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Dalam survei ini, terdapat dua indikator yaitu indikator sosial antara lain kondisi kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Serta indikator ekonomi yang bertujuan mempublis persentase kemiskinan di setiap daerah. Dengan menggunakan pendekatan pengeluaran yang cenderung stabil dibanding pendekatan pendapatan yang variasinya tinggi, BPS Kolut mengingikan data yang dihasilkan betul-betul akurat.
"Pendekatan pengeluaran cenderung stabil karena pengeluaran setiap bulannya itu tidak jauh berbeda dengan pengeluaran bulan berikutnya. Kalaupun ada perbedaan, itu tidak signifikan. Sementara pendekatan pendapatan variasinya tinggi, hal ini disebabkan kondisi pendapatan masyarakat Kolut yang sifatnya musiman sehingga kalau musim panen tiba, pendapatan cenderung meningkat sementara jika musim panen berakhir, pendapatan menurun. Inilah yang menyebabkan kami lebih memilih menggunakan pendekatan pengeluaran," jelasnya.
Selain itu, dengan menggunakan 510 kepala keluarga sebagai sampel dalam survei tersebut, Sablin percaya bahwa sampel tersebut cukup untuk mewakili dan memberikan gambaran persentase kemiskinan di Kolut.
"Untuk mendapatkan gambaran utuh hanya bisa dilakukan melalui sensus dan kalau itu mau dilakukan, kapan selesainya. Anggarannya juga besar, jadi survei ini cukup dan kami percaya hasilnya bisa merepresentasikan angka kemiskinan di Kolut," terangnya.
Reporter: Muh. Risal
Editor: Rani