Bubur Ayam Pelangi: Aroma Hangat di Pagi Hari Warga Wua-Wua Kendari

Gede Suyana Sriski, telisik indonesia
Selasa, 09 Desember 2025
0 dilihat
Bubur Ayam Pelangi: Aroma Hangat di Pagi Hari Warga Wua-Wua Kendari
Bubur Ayam Pelangi milik Majid, tempat sarapan bubur ayam favorit di Wua-Wua, Kota Kendari. Foto: Gede Suyana Sriski/Telisik

" Pagi di kawasan Wua-Wua, Kota Kendari, terasa kian hidup saat aroma bubur ayam dari salah satu lapak kaki lima menyapa indera pencium "

KENDARI, TELISIK.ID - Pagi di kawasan Wua-Wua, Kota Kendari, terasa kian hidup saat aroma bubur ayam dari salah satu lapak kaki lima menyapa indera pencium.

Sejak pukul 06.00 Wita, asap dari panci kuah gurih bergulung pelan, mengepul ke udara sambil menanti pelanggan pertama. Itulah rutinitas harian Majid, penjual Bubur Ayam Pelangi, yang setiap hari membuka lapaknya hingga pukul 10.00 Wita.

Majid mengaku, ide membuka usaha bubur ayam muncul dari kegemarannya sendiri. Ia pun bersyukur usahanya bisa bertahan.

“Berawal dari kegemaran saya makan bubur ayam setiap pagi, sampai akhirnya saya kepikiran untuk mencoba membuka usaha sendiri dan meracik resep sendiri di rumah,” tuturnya, Selasa (9/12/2025).

Baca Juga: 10 Daftar Menu Penghangat Tubuh di Musim Hujan

Dengan tekad itu, sejak 2023, ia mulai menjual bubur dengan resep khas yang dikembangkannya sendiri, kuah gurih, tekstur bubur lembut, dan topping yang pas.

Resep inilah yang membuat Bubur Ayam Pelangi berbeda dari bubur biasa. Setiap mangkuk terasa sederhana tapi hangat, bersahaja tapi istimewa. Setiap suapan seakan membawa kehangatan pagi dan rasa nyaman seperti pulang ke rumah.

Harga bubur di lapaknya tergolong bersahabat, mulai Rp 10.000 untuk porsi biasa. Bila ditambah telur atau sate, dibanderol Rp 12.000–Rp 15.000.

Untuk sate terpisah (ayam, sate telur puyuh, hati, atau usus), harganya Rp 2.000 per tusuk. Harga sederhana, namun di balik itu ada kerja keras dan dedikasi.

Setiap hari, kebutuhan beras bubur bisa mencapai 6–10 liter, tergantung jumlah pembeli. Di akhir pekan, ia bisa menghabiskan sekitar 7 liter beras per pagi.

Banyak warga yang menjadikan Bubur Ayam Pelangi sebagai pilihan utama untuk sarapan. Majid pun yakin kepercayaan pelanggan datang dari konsistensi rasa dan kualitas, bukan gimmick.

Bagi pelanggan seperti Sunar dan Supardi, Bubur Ayam Pelangi lebih dari sekadar sarapan murah.

“Rasanya itu berbeda dari yang lain, kuahnya juga enak, harganya juga murah. Saya biasa beli bubur dengan satenya,” ujar Sunar.

Baca Juga: Martabak Mas Oentung Kendari, Racikan Tegal dan Bertahan Puluhan Tahun

“Buburnya mantap, rekomendasi buat sarapan pagi. Tempat kaki lima, tapi rasanya layak dapat bintang lima, harganya juga sangat murah. Biasanya jam 10 sudah habis,” tambah Supardi.

Bagi Majid, lapak Bubur Ayam Pelangi bukan sekadar cari nafkah, tapi wujud konsistensi, kerja keras, dan harapan.

Ia berharap suatu hari bisa membuka cabang baru, menjangkau pangkalan pelanggan lebih luas. Meskipun demikian, bagi pelanggan dan warga sekitar, lapak kecil di Wua-Wua itu sudah menjadi bagian dari pagi mereka.

Dengan setiap porsi bubur, terajut pula rasa komunitas, yakni keakraban sesama warga, kebiasaan sarapan bersama keluarga, dan kenangan pagi sederhana namun penuh makna. (A)

Penulis: Gede Suyana Sriski

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel Terkait
Baca Juga