Ciri Khas Benteng Keraton Buton Bakal Ditonjolkan Dispar Sulawesi Tenggara dalam Event Wisata Unggulan
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Selasa, 05 Agustus 2025
0 dilihat
Benteng Keraton Buton dibangun melingkar mengikuti kontur bukit dan pemukiman warga sekitar. Foto: Repro Antara
" Benteng Keraton Buton yang berdiri megah di puncak kota Baubau akan menjadi sorotan utama dalam promosi wisata unggulan Sulawesi Tenggara "
BAUBAU, TELISIK.ID - Benteng Keraton Buton yang berdiri megah di puncak kota Baubau akan menjadi sorotan utama dalam promosi wisata unggulan Sulawesi Tenggara.
Dinas Pariwisata Sultra menyiapkan berbagai program untuk mengangkat keunikan benteng ini sebagai ikon budaya dan sejarah yang tak tergantikan.
Benteng Keraton Buton merupakan warisan sejarah Kesultanan Buton yang dibangun sejak abad ke-15. Fondasi awalnya diletakkan oleh Sultan Buton ke-III La Sangaji dan rampung pada masa Sultan Buton ke-VI La Buke, tepatnya pada tahun 1645.
Benteng ini bukan hanya simbol pertahanan, tetapi juga pusat pemerintahan dan pemukiman masyarakat saat itu.
Berbeda dengan benteng kolonial di berbagai daerah Indonesia, Benteng Keraton Buton dibangun oleh masyarakat lokal menggunakan batuan karst yang direkatkan dengan campuran putih telur, kapur, dan pasir.
Ciri khas Benteng Keraton Buton akan ditonjolkan dalam event wisata unggulan Sulawesi Tenggara mendatang. Foto: Repro Kemenparekraf
Susunan ini menciptakan struktur yang kuat dan tahan lama hingga ratusan tahun.
Struktur Benteng Keraton Buton memiliki tinggi dan ketebalan tembok yang bervariasi, tergantung pada kontur tanah dan ketinggian bukit. Tingginya berkisar antara 1 hingga 8 meter, dengan ketebalan antara 0,5 hingga 2 meter.
Benteng ini terletak di ketinggian 100 meter di atas permukaan laut, memberikan pemandangan yang luas ke arah Kota Baubau, Selat Buton, dan Pulau Muna.
Pada tahun 2006, Benteng Keraton Buton berhasil menorehkan prestasi sebagai benteng terluas di dunia. Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) bersama Guinness Book of World Records mengukuhkannya dengan total luas mencapai 23,375 hektare dan panjang keliling temboknya mencapai 2.740 meter.
Sebagai upaya memperkenalkan kembali kekayaan budaya ini kepada generasi muda, Dinas Pariwisata Sultra menggelar program “Influencer in Destination”. Kepala Dinas Pariwisata Sultra, Belli Tombili, menyatakan bahwa kegiatan ini menjadi bentuk fasilitasi generasi Z dalam menyalurkan minat dan bakat mereka di bidang seni dan musik.
"Program promosi digital bertajuk Influencer in Destination ini akan mengajak para influencer untuk mengeksplorasi destinasi wisata di Sultra. Mereka akan melakukan berbagai aktivitas wisata dan mendokumentasikan pengalaman mereka dalam bentuk konten visual," ujar Belli Tombili.
Para influencer terpilih akan mengunjungi destinasi wisata unggulan dan merekam aktivitas mereka dengan kamera profesional dan drone. Konten-konten tersebut kemudian akan diunggah melalui akun media sosial pribadi influencer dan kanal resmi pariwisata Sultra.
"Nantinya, video dan foto mereka akan tayang di akun media sosial pribadi influencer maupun kanal resmi pariwisata Sultra. Ini adalah bentuk promosi digital yang efektif mengingat follower mereka bisa mencapai ratusan ribu orang," kata Belli.
Dalam tahap awal, terdapat tujuh destinasi prioritas yang menjadi fokus promosi. Tujuh lokasi tersebut dinilai memiliki daya tarik kuat baik dari sisi alam, budaya, maupun sejarah. Adapun tujuh destinasi itu meliputi:
1. Teluk Kendari – Toronipa – Labengki
2. Benteng Keraton Wolio – Hutan Lambusango (Baubau dan Buton)
3. Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (Konawe Selatan)
4. Kawasan Karst Liangkabori (Muna)
5. Hutan Mangrove Terluas di Asia Tenggara (Konawe)
6. Pulau Muna
7. Wakatobi
Selain Benteng Keraton Buton, daerah seperti Labengki, Liangkabori, dan Wakatobi juga memiliki potensi besar dalam mendongkrak kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara.
Namun, keberadaan benteng sebagai ikon sejarah yang telah diakui dunia tetap menjadi prioritas utama dalam penyampaian narasi pariwisata Sultra.