Digitalisasi Bisnis Kuliner di Kota Kendari

Irwan Samad, telisik indonesia
Minggu, 01 Oktober 2023
0 dilihat
Digitalisasi Bisnis Kuliner di Kota Kendari
Irwan Samad, ASN Kemenag Kota Kendari. Foto: Ist.

" Pemanfaatan internet dan teknologi digital memicu akselerasi dan transformasi di semua sektor kehidupan, termasuk di dalamnya dunia bisnis "

Oleh: Irwan Samad

ASN Kemenag Kota Kendari  

TEKNOLOGI digital memiliki peranan signifikan dalam peradaban manusia. Akses internet tanpa batas telah mengubah cara orang bekerja, bermain dan berbelanja.

Pemanfaatan internet dan teknologi digital memicu akselerasi dan transformasi di semua sektor kehidupan, termasuk di dalamnya dunia bisnis.

Nugraha dan Nuraeni (2021) mengemukakan penggunaan internet dalam bisnis berubah dari fungsi sebagai alat untuk pertukaran informasi secara elektronik menjadi alat untuk aplikasi strategi bisnis, seperti: pemasaran, penjualan, dan pelayanan pelanggan.

Pemasaran di internet cenderung menembus berbagai rintangan, batas bangsa, dan tanpa aturan-aturan yang baku. Kesuksesan beberapa perusahaan start-up di tanah air menjadi penggerak utama popularitas bisnis start-up lainnya di Indonesia (Sudirman, dkk: 2023).  

Tingginya pengguna internet menjadi salah satu variabel pemantik maraknya Usaha Kecil dan Mikro (UKM) yang menerapkan bisnis digital. Badan Pusat Statistik mencatat pada tahun 2019 persentase penduduk berumur 5 tahun ke atas yang mengakses internet, Kota Kendari menempati urutan tertinggi dari Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar Kendari 72,08 (https://sultra.bps.go.id)

Data Dinas Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil dan Mikro (UKM) Kota Kendari menunjukkan jumlah UMKM tahun 2019 yang terdapat di Kota Kendari tercatat sebanyak 18.000, mengalami kenaikan menjadi 22.000 pada masa pandemi COVID-19.

Tercatat peningkatan pada pelaku UMKM menjadi sebanyak 41.939. Jumlah UMKM tersebut baik yang didata Dinas Perdagangan maupun melalui Online Data Sistem (sultra.antaranews.com).

Salah satu pelaku usaha di Kota Kendari yang memanfaatkan platform digital dalam layanan bisnisnya adalah Pizza Umi. Dengan layanan berbasis digital yang terintegrasi aplikasi Gojek dan Grab serta mengoptimalkan media sosial (instagram, faceebok, marketplace), pelaku usaha lokal yang mengusung kuliner Italia ini telah mengalami perkembangan bisnis yang sangat signifikan dengan jumlah rerata pendapatan 40 sampai 50 juta dalam sepekan.

Selain itu, pembayaran non tunai melalui kanal pembayaran QRIS dan mobile payment lainnya menjadi salah satu bagian dari implementasi budaya digital yang diterapkan oleh bisnis ini.

Konsep Digitalisasi

Digitalisasi adalah proses pemberian atau pemakaian sistem digital (https://kbbi.kemdikbud.go.id). Secara sederhana digitalisasi dapat dimaknai sebagai proses perubahan yang terjadi pada teknologi bersifat analog ke teknologi bersifat digital (verihubs.com).

Baca Juga: Transportasi Nyaman dan Aman, Bagaimana Mewujudkannya?

Pemanfaatan teknologi informasi melalui transformasi digital hampir di segala aspek kehidupan, mulai dari kegiatan dalam rumah tangga, kantor-kantor, perdagangan, transportasi pusat keramaian, dan sebagainya.

Digitalisasi dilakukan dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja setiap bagian dari industri, sehingga waktu dan seluruh sumber daya yang dimiliki dapat diolah seoptimal mungkin untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.

Hendarsyah (2022) mengemukakan pertumbuhan jumlah pengguna internet mendorong perkembangan Internet of Things (IoT). Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 78,19 persen pada 2023 atau menembus 215.626.156 jiwa dari total populasi yang sebesar 275.773.901 jiwa (https://apjii.or.id).

Strategi Bisnis Kuliner

Chandler (1962) sebagaimana dikutip Mardiyana (2017) mendefinisikan strategi sebagai tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut.

Konsep strategi sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Sedarmayanti (2014) mengemukakan konsep tersebut adalah: 1. Distinctive competence, yaitu tindakan perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.

Menurut Day dan Wensley (1998) identifikasi distinctive competence dalam organisasi meliputi: a). Keahlian tenaga kerja. b). Kemampuan sumber daya. Kedua faktor tersebut menyebabkan perusahaan dapat unggul dibandingkan dengan pesaingnya. 2. Competitive advantage, yaitu keunggulan bersaing disebabkan pilihan strategi yang dilakukan perusahaan untuk merebut peluang pasar.

Jika perusahaan ingin meningkatkan usahanya dalam persaingan yang semakin ketat, perusahaan harus memiliki strategi. Porter (2011) menyatakan terdapat tiga strategi generik, yaitu: a). Strategi diferensiasi, yaitu strategi dengan tujuan membuat produk yang menyediakan jasa yang dianggap unik di seluruh industri dan ditujukan kepada konsumen yang tidak terlalu peduli dengan perubahan harga. b). Strategi keunggulan biaya rendah.

Keunggulan biaya menekankan pada pembuatan produk standar dengan biaya per unit sangat rendah untuk konsumen yang peka terhadap perubahan harga. c). Strategi fokus. Fokus berarti membuat produk dan menyediakan jasa yang memenuhi keperluan sejumlah kelompok kecil konsumen.

Sementara itu, bisnis merupakan usaha komersial dalam dunia perdagangan (https://kbbi.kemdikbud.go.id). Menurut Griffin & Ebert (2013) sebagaimana yang dikutip oleh Sancoko (2015) menguraikan pengertian luas dari bisnis adalah semua aktivitas memproduksi barang dan jasa dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan pengertian sempit dari bisnis adalah organisasi yang menyediakan barang dan jasa yang bertujuan mendapat keuntungan.  

Kuliner dapat diartikan sebagai suatu proses pembuatan makanan. Istilah ini bukan dari bahasa Indonesia melainkan bahasa Inggris, yaitu culinary, yang berarti teknik memasak, mempersiapkan, dan menyajikan makanan.

Dalam hal ini, kata kuliner tidak hanya digunakan untuk menyebutkan suatu olahan atau sajian makanan, tetapi bisa meliputi berbagai bidang lainnya. Seperti seni kuliner, industri kuliner, bisnis kuliner, kuliner tradisional, dan kuliner internasional (https://www.merdeka.com).  

Benghozi dkk. (2013) sebagaimana dikutip Anggraeni dkk. (2023) menguraikan ekosistem bisnis secara umum adalah hubungan antar berbagai komponen lingkungan bisnis dalam menjalankan kegiatannya.

Ekosistem bisnis kulinera dalah suatu sistem bisnis yang bergerak di bidang kuliner dan memiliki hubungan timbal balik antar komponen yang ada di dalamnya. Komponen yang berada dalam sistem bisnis kuliner dibagi menjadi dua macam yaitu komponen internal dan eksternal.

Komponen internal yang ada dalam sistem bisnis kuliner antara lain owner, manager, karyawan, sistem produksi dan lain lain. Sedangkan komponen eksternal adalah komponen yang berada di luar dari perusahaan kuliner tersebut seperti supplier, customer, pemerintah, regulasi, dan masih banyak lagi.

Strategi Digitalisasi Layanan Bisnis

Pizza Umi merupakan salah satu contoh entitas bisnis kuliner yang sukses menerapkan e-commerce dengan baik. Berlokasi di Wuawua Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Ownernya adalah Musni Husain. Pria berusia 43 tahun, dan istrinya, Lis Mayasari, 36 tahun.

Mereka memasarkan pizza secara online. Melihat respons pasar cukup baik ditunjang dengan tingginya pengguna internet di Kota Kendari menjadi peluang emas untuk memasarkan produk bisnisnya melalui media sosial.

Teknik pemasaran Pizza Umi sesuai apa yang dikemukakan oleh Dharmawati dan Tamburaka (2020) bahwa maraknya bisnis online menjadikan hampir semua jenis bisnis harus menyesuaikan diri agar mampu bertahan. Salah satu perubahan tren yang terjadi pada bisnis kuliner adalah layanan antar.

Laudon seperti yang dikutip dalam Ayu dan Lahmi, (2020) menguraikan bahwa penggunaan jaringan digital dalam bisnis atau disebut bisnis digital (e-business) banyak diminati oleh pengusaha melalui pemanfaatan teknologi digital dengan jaringan internet karena dapat meningkatkan efisiensi terhadap biaya-biaya operasional, seperti biaya pengiriman dan sebagainya.

Mengusung konsep "dapur terbuka" semua gerainya membuat pelanggan dapat melihat proses pembuatan adonan pizza hingga pemanggangan di oven. Konsep sederhana ini cocok untuk bisnis online dengan ukuran tempat yang sempit. Mereka pun dapat berhemat dengan tidak harus menyewa tempat fisik yang mahal seperti toko kuliner atau restoran konvensional.

Pemanfaatan e-commerce bagi perusahaan kecil dapat memberikan fleksibilitas dalam produksi, memungkinkan pengiriman ke pelanggan secara lebih cepat untuk produk perangkat lunak, mengirimkan dan menerima penawaran secara cepat dan hemat, serta mendukung transaksi cepat tanpa kertas.

Dari sisi demand, teknologi digital mengubah kebiasaan konsumen dengan menggeser pembelian online melalui penggunaan perangkat yang mendukung internet dan memberikan konsumen akses langsung ke pasar online.

Ekonomi digital terbentuk oleh para pelaku usaha yang menggunakan informasi digital dan internet untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, memperbesar jangkauan pasar, dan mengurangi biaya operasional (Nuraeni, 2021).

Musni menceritakan pada awalnya, omzet penjualan Pizza Umi sekitar 30-40 paket per hari, tetapi saat pandemi COVID-19 melanda pada tahun 2020, permintaan melonjak tajam karena orang-orang beralih ke layanan pengiriman makanan.

Kondisi tersebut mengharuskannya menambah peralatan seperti mesin pengaduk dan oven serta membuka tiga gerai cabang baru, yaitu di Baruga, Anduonohu dan Puuwatu.

Dalam prosesnya, jumlah pekerja yang mulanya hanya mereka berdua kini bertambah hingga mencapai 15 orang. Bahkan bisnis Pizza Umi berhasil berekpansi dengan membuka tiga cabang baru di Kota Makassar.

Penjualan mereka dari empat gerai di Kota Kendari saat ini mencapai rata-rata 200 paket pizza per hari, dengan omzet per pekan mencapai Rp40 juta hingga Rp50 juta.

Selain fokus pada kualitas produk, Musni juga merespons masukan dari pelanggan untuk terus melakukan perbaikan dan inovasi antara lain: varian menu produk yang lebih banyak, harga yang terjangkau, waktu pengerjaan serta kualitas pelayanan yang ramah.

Hal ini sesuai yang ditegaskan Febriatmoko dan Raharjo (2015) bahwa pelaku bisnis harus selalu menggunakan strategi bersaing yang relevan dengan perkembangan kondisi lingkungan bisnisnya agar dapat mempertahankan keunggulan bersaing yang berkesinambungan terhadap perusahaan sejenis serta tetap eksis dalam lingkungan bisnisnya.

Baca Juga: Mewujudkan Merdeka Belajar Melalui Komunitas Belajar

Salah satu faktor kesuksesan Pizza Umi adalah mengoptimalkan media sosial seperti instagram, facebook, marketplace. Selain itu, juga bermitra dengan platform digital Gojek dan Grab. Mereka menjadi Mitra Usaha Gojek dan mengandalkan fitur GoFood untuk memasarkan bisnisnya.

Melalui aplikasi GoBiz, Musni dapat mengelola dan menerima pesanan dari pengguna Gojek. Keberhasilan ini memberikan Pizza Umi predikat "Super Partner" dari Gojek.

Meskipun menggunakan platform digital seperti Gojek memberikan biaya bagi hasil sebesar 20 persen kepada pihak Gojek, Musni merasa bahwa hal ini sebanding dengan manfaat yang mereka dapatkan, termasuk promosi gratis dan kemudahan dalam mengelola bisnis.

Ia optimis bahwa penggunaan platform digital akan terus berkembang, Pizza Umi adalah contoh sukses dari bisnis kuliner dapat berkembang dengan memanfaatkan platform digital dan ekosistem Gojek.

Melalui penggunaan teknologi dan kerjasama yang efisien, mereka telah berhasil menciptakan bisnis yang menguntungkan dan terus berkembang di era digital.

Tantangan Bisnis Era Digital

Salah satu tantangan yang dihadapi adalah maraknya kompetitor yang mengusung tema kuliner sejenis. Namun keunikan Pizza Umi yang menghadirkan nuansa berbeda dari kompetitor lainnya yaitu konsistensi, varian menu serta harga yang terjangkau namun tetap dengan kualitas yang baik.  

Hal tersebut sesuai dengan konsep yang dikemukan oleh Sedarmayanti (2014) tentang strategi bisnis melalui distinctive competence dan competitive advantage dimana tindakan perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya dan keunggulan bersaing disebabkan pilihan strategi yang dilakukan perusahaan untuk merebut peluang pasar.

Kreativitas dan terus berinovasi dalam menjalankan bisnis memegang peranan penting. Kapabilitas perusahaan menciptakan kreativitas dan inovasi dimulai dari adanya individu yang kreatif. Tetapi itu saja tidak cukup, dibutuhkan juga tim/kelompok yang kreatif, sehingga pada akhirnya akan tercipta organisasi yang kreatif. (Hamka dalam Andriopoulos, 2011).

Karenanya, Cook (1998) sebagaimana dikutip Hamka dkk. (2021) menegaskan bahwa kesuksesan sebuah inovasi produk dan layanan tergantung kepada kreativitas sebagai input kunci. Tanpa adanya supply ide secara kontinyu, sebagian besar organisasi akan sulit untuk exist, sebab persaingan saat ini tidak hanya dari pasar lokal melainkan sudah mencakup pasar global (Malik, 2020).

Promosi produk Pizza Umi melalui konten instagram dan sosial media lainnya konsisten dilakukan setiap hari menjadi keunikan tersendiri. Kehadiran media sosial menjadi salah satu sarana yang dapat menghubungkan dengan konsumen memudahkan bagi perusahaan dan konsumen untuk bertukar informasi melalui teks, gambar, maupun video. Peran media sosial dapat meningkatkan kinerja usaha secara optimal (Firman dkk., 2020). 

Untuk lebih memaksimalkan pengembangan e-commerce penulis merekomendasikan Pizza Umi untuk membuat situs web dan aplikasi mobile sendiri agar memudahkan customer melakukan pemesanan secara online dan memungkinkan mereka untuk melihat menu lengkap, harga, dan promosi.

Menambah gerai/outlet di kawasan padat penduduk seperti di Kecamatan Kendari dan Kendari Barat bahkan dapat dipertimbangkan untuk membuka cabang baru di kabupaten/kota lain di Sulawesi Tenggara. (*)

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga