Dilanda Resesi Seks, Pemerintah Jepang Berusaha Jodohkan Warga
Adinda Septia Putri, telisik indonesia
Rabu, 22 Februari 2023
0 dilihat
Jepang menjadi salah satu negara yang terancam resesi seks karena tingkat kelahiran yang terus menurun. Pemerintah Jepang pun melakukan berbagai cara agar masyarakatnya mau menikah dan punya anak. Foto: Imigrasi.go.id
" Bayang-bayang resesi seks terus menghantui Jepang sebagai negara yang jumlah penduduknya semakin berkurang, karena masyarakatnya yang enggan berhubungan seks, menikah, apalagi punya anak "
TOKYO, TELISIK.ID - Bayang-bayang resesi seks terus menghantui Jepang sebagai negara yang jumlah penduduknya semakin berkurang, karena masyarakatnya yang enggan berhubungan seks, menikah, apalagi punya anak.
Dilansir dari Detik.com, Pemerintah Jepang semakin khawatir dengan angka kelahiran yang terus menurun lantaran warga tak mau menjalin hubungan dengan pasangan. Kondisi ini membuat pemerintah turun tangan menjodohkan warganya.
"Jepang berada di ambang apakah kita dapat terus berfungsi sebagai masyarakat," kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida kepada anggota parlemen, belum lama ini.
Baca Juga: Alami Resesi Seks, Sekolah di Jepang Banyak Tutup
Kini ada banyak upaya yang dilakukan Pemerintah Jepang. Salah satunya di perfektur Miyagi, pemerintah menyediakan layanan kecerdasan buatan di mana warga bisa menemukan pasangan.
Pemerintah Ehime menawarkan sistem perjodohan berbasis big data. Kemudian di Miyazaki menggunakan cara lebih tradisional, yakni pemerintah memberikan fasilitas perjodohan di mana pasangan saling mengirimkan surat terlebih dahulu.
Masih banyak jenis usaha lain agar warga mau mencari pasangan hidup. Di Tokyo bahkan ada pelatihan kencan dasar, misalnya bagaimana mereka berinteraksi dengan lawan jenis.
Semangat Jepang dalam menjodohkan warganya ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. Ini dilakukan sebab pertaruhannya pada masa depan dan kelangsungan negara.
Baca Juga: 4 Negara Alami Resesi Seks, Warganya Malas Berhubungan Badan
Survei dari National Institute of Population dan Social Security Research menemukan bahwa hampir seperlima pria Jepang dan 15% wanita tidak tertarik menikah. Angka itu tertinggi sejak tahun 1982.
Sementara, hampir sepertiga pria dan seperlima wanita Jepang di usia 50-an tak pernah menikah. Dikutip dari Riausky.com, menurut pakar, usaha yang efektif misalnya adalah menyeimbangkan antara waktu kerja dan keluarga.
"Negara pasca industri seperti Swedia menunjukkan adalah mungkin menyeimbangkan antara kerja dan keluarga sehingga tidak ada penurunan besar kelahiran," kata pakar dari Harvard, Mary Brinton. (C)
Penulis: Adinda Septia Putri
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS