Dilema Generasi Muda Harapan Bangsa

Rima Septiani, telisik indonesia
Sabtu, 11 November 2023
0 dilihat
Dilema Generasi Muda Harapan Bangsa
Rima Septiani, S.Pd, Pemerhati Sosial. Foto: Ist.

" Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS), pada Maret 2022 sebanyak 68,82 juta jiwa penduduk Indonesia masuk kategori pemuda. Angka tersebut porsinya mencapai 24 ?ri total penduduk. Hampir seperempat penduduk Indonesia adalah pemuda pada tahun 2022 "

Oleh: Rima Septiani, S.Pd

Pemerhati Sosial

“BERI aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kugoncangkan dunia,” sebuah kutipan pidato Bung Karno yang sangat terkenal.

Berbicara pemuda, mereka identik dengan kata perubahan. Mereka adalah harapan bangsa. Apalagi bagi negeri ini yang mayoritas muslim, keberadaan pemuda muslim sangatlah berharga, yang kelak menjadi estafet perjuangan Islam yang agung. Di pundak mereka banyak warisan amanah untuk melanjutkan puncak kemajuan. Dan pemuda juga memiliki peran untuk menentukan arah masa depan bangsa.

Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS), pada Maret 2022 sebanyak 68,82 juta jiwa penduduk Indonesia masuk kategori pemuda. Angka tersebut porsinya mencapai 24 ?ri total penduduk. Hampir seperempat penduduk Indonesia adalah pemuda pada tahun 2022.

Jumlah tersebut diprediksi akan terus meningkat hingga 2030 mendatang. Hal tersebut menunjukan bahwa pemuda turut memberikan pengaruh yang kuat bagi sebuah peradaban.

Baca Juga: Brimob, Camkan Jangan Pernah Khianati Orang Tua

Keberadaan pemuda bagaikan dua sisi mata uang.

Di satu sisi, generasi muda memiliki banyak energi perubahan untuk mendorong kemajuan pembangunan. Di sisi lain, pemuda juga bisa menjadi beban negara dan masyarakat apabila potensinya tidak teraktualisasi dan tidak dimanfaatkan dengan baik.

Potret Generasi Muda Hari Ini

Sayangnya, saat ini kita tidak berada di zaman kejayaan Islam. Banyak kerusakan yang mendera kaum muda, yang pada akhirnya membuat mereka lupa hakikat penciptaan di dunia ini. Banyak generasi muda yang ‘tersihir’ dengan kata sukses yang dinilai dengan capaian prestasi dunia semata.  

Standar manusia zaman now kerap menghubungkan prestasi gemilang dengan materi. Ini terjadi, akibat serangan pemikiran yang bukan berasal dari Islam. Contohnya saja, paham sekularisme, liberalisme, hedonisme, pluralisme dan isme yang lainnya.  

Lihat saja apa yang terjadi di generasi kita saat ini, mereka berbangga diri jika di waktu muda sudah memiliki rumah megah, mobil mewah, naik pesawat kelas eksekutif, liburan lintas negara, makan-makan ke tempat yang mahal, dan bertemu dengan orang-orang populer. Dan semua itu, dipamerkan di beranda sosial media.  

Tim peneliti dari Royal Society for Public Health and Young Health Movement melakukan riset terhadap media sosial dan menemukan bila dunia medsos, terutama Instagram merupakan platform media sosial yang paling buruk untuk kesehatan mental dibandingkan platform media sosial lain.

Hal ini sejalan dengan apa yang dilaporkan oleh Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), survei kesehatan mental nasional pertama yang mengukur angka kejadian gangguan mental pada remaja 10-17 tahun di Indonesia, menunjukan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.

Angka ini setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja. Remaja dalam kelompok ini adalah remaja yang terdiagnosis dengan gangguan  mental  sesuai dengan panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders  Edisi Kelima (DSM-5) yang menjadi panduan penegakan diagnosis gangguan mental di Indonesia. (ugm.ac.id/24/10/2022).

Kondisi generasi muda saat ini benar-benar jauh dari Islam. Kerusakan demi kerusakan terus mengintai mereka. Kasus narkoba, perundungan, L687, pelecehan seksual, pergaulan bebas, tren bunuh diri terus saja melanda generasi muda.

Makanya, tidak sedikit yang berpendapat bahwa krisis jati diri melanda para pemuda. Jika sudah seperti ini kondisinya, bagaimana bangsa ini bisa berharap kepada para pemuda bangkit membangun bangsa?

Harus Bagaimana?

Dalam sejarah peradaban Islam, generasi muda adalah aset yang mahal dan tak ternilai harganya. Mereka digelari sebagai agent of change yaitu menjadi tokoh utama dalam melakukan suatu perubahan. Kaum muda memiliki potensi yang bisa diharapkan.

Mereka memiliki semangat yang sulit dipadamkan. Terlebih pemuda adalah peletak bangkitnya peradaban gemilang yaitu peradaban Islam. Maka kokohnya sebuah peradaban berawal dari kuatnya pemikiran, ilmu dan ketakwaan para pemudanya.

Sebut saja Mush’ab bin Umair, yang kecintaannya terhadap Islam membuatnya rela menanggalkan segala popularitas dan kemewahan dunia yang ia miliki semata untuk memperjuangkan Islam.

Untuk para generasi muda, renungkanlah ayat-ayat Al-Qur’an sebagai detoksifikasi atas serangan pemikiran yang melanda sendi-sendi kehidupan kita saat ini. Perhatikan ayat berikut ini, lalu renungkanlah. Allah SWT berfirman: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.

Baca Juga: Memperkuat Nilai Luhur IDI dalam Menghadapi Lingkungan yang Berubah

Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (TQS. Ali Imran: 185). Ayat di atas menjelaskan sejumlah pelajaran:

1. Setiap manusia akan mati. Ketika mati maka semua kenikmatan kehidupannya akan terputus.

2. Balasan pahala yang sempurna adalah di hari kiamat, bukan di dunia, jadi dunia bukanlah tempat balasan dan juga bukan ukuran prestasi hakiki.

3. Orang-orang yang beruntung adalah yang diselamatkan dari siksa neraka dan mendapatkan tempat di jannah.

4. Kehidupan dunia adalah kesenangan yang menipu/ memperdaya, dan ini Allah simpan di bagian belakang ayat utuk menguatkan fakta bahwa kualitas dan kuantitas kehidupan dunia tidak selevel dengan kenikmatan akhirat.  

Oleh karena itu, sudah saatnya kita selamatkan generasi bangsa dari kerusakan yang melanda. Mengembalikan potensi mereka dengan penanaman dan pengajaran Islam yang sempurna. Berkepribadian Islam dan memiliki pemikiran mendalam tantang Islam dan syariat-Nya. (*)

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel Terkait
Baca Juga