Distanak Sultra Dorong Pencegahan Stunting dengan Konsumsi Beras Biofortifikasi
Siti Nabila, telisik indonesia
Jumat, 06 Desember 2024
0 dilihat
Kepala Distanak Sultra, La Ode Muhammad Rusdin Jaya. Foto: ist
" Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) turut berupaya mencegah stunting dengan mengembangkan dan mendistribusikan beras biofortifikasi, yang mengandung nutrisi tinggi untuk meningkatkan gizi masyarakat "
KENDARI, TELISIK.ID – Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) turut berupaya mencegah stunting dengan mengembangkan dan mendistribusikan beras biofortifikasi, yang mengandung nutrisi tinggi untuk meningkatkan gizi masyarakat.
Kepala Distanak Sultra, La Ode Muhammad Rusdin Jaya, menjelaskan bahwa pihaknya telah bergabung dalam tim penanganan stunting melalui kelompok intervensi sensitif. Tim ini bertugas untuk menyediakan beras biofortifikasi sebagai salah satu solusi untuk memperbaiki asupan gizi masyarakat.
“Dalam kelompok intervensi sensitif, tugas kami adalah mendistribusikan beras biofortifikasi, yaitu beras yang kaya nutrisi, dengan varietas padi yang mengandung unsur nutri zinc,” kata Rusdin, Jumat (6/12/2024).
Beras biofortifikasi memiliki keunggulan signifikan dibandingkan beras biasa, sementara beras biasa umumnya kaya akan karbohidrat. Beras biofortifikasi dilengkapi dengan kandungan tambahan, seperti zinc, yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
Zinc diketahui memiliki peran penting dalam meningkatkan kekebalan tubuh dan mendukung perkembangan otak.
Distanak Sultra telah mengambil langkah nyata dengan mendistribusikan benih padi biofortifikasi untuk ditanam di berbagai wilayah. Sebanyak 25 ton benih padi biofortifikasi telah disebarkan ke lahan seluas 1.000 hektare yang tersebar di enam kabupaten dan kota di Sultra.
“Untuk Kabupaten Kolaka, kami alokasikan 100 hektare, di Buton 100 hektare, Bombana 183 hektare, Konawe Selatan 100 hektare, Kolaka Timur 200 hektare, dan Kota Kendari 317 hektare,” jelas Rusdin.
Konsumsi beras biofortifikasi sangat penting bagi kelompok masyarakat rentan, seperti ibu hamil dan balita. Beras biofortifikasi diyakini memiliki manfaat besar dalam mencegah stunting.
Kandungan zinc dalam beras tersebut dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh, mempercepat proses regenerasi sel, serta mendukung perkembangan otak.
“Ibu hamil yang mengonsumsi beras ini diharapkan dapat memberikan pengaruh positif pada janin yang dikandung. Begitu pula pada balita, yang sedang dalam masa pertumbuhan, beras ini dapat memenuhi kebutuhan gizinya secara optimal,” ujar Rusdin.
Tidak hanya bermanfaat bagi ibu hamil dan balita, beras biofortifikasi juga diharapkan dapat meningkatkan kesehatan seluruh masyarakat Sultra. Dengan kualitas gizi yang lebih baik daripada beras biasa, beras biofortifikasi dipercaya dapat mendukung pola hidup sehat secara keseluruhan.
“Dengan kualitas gizi yang lebih baik dari beras biasa, kami percaya beras biofortifikasi dapat menjadi salah satu cara efektif untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh,” kata Rusdin.
Rusdin menegaskan bahwa keberhasilan program ini sangat bergantung pada kolaborasi lintas sektor. Dukungan dari pemerintah daerah, petani, dan masyarakat sangat diperlukan untuk memastikan kesuksesan program pencegahan stunting.
“Kami mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama menyukseskan program ini. Mulai dari petani yang menanam benih biofortifikasi hingga masyarakat yang mengonsumsinya, semua memiliki peran penting untuk menciptakan generasi masa depan yang sehat dan bebas dari stunting,” imbuh Rusdin.
Beras biofortifikasi merupakan pilihan strategis yang diharapkan memberikan dampak positif jangka panjang bagi masyarakat Sultra. (C-Adv)