Dua Tarekat Ini Rayakan Idul Adha 1445 Hijriah Lebih Cepat dari NU dan Muhammadiyah, Simak Perjalanan Mahzabnya
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Sabtu, 15 Juni 2024
0 dilihat
Jemaah Tarekat Naqsabandiyah, saat merayakan Hari Raya Idul Adha. Foto: Repro Inews.com
" Jemaah Tarekat Naqsabandiyah di Padang dan Syattariyah di Aceh, merayakan Hari Raya Idul Adha lebih awal, Sabtu (15/6/2024). Tanggal ini berbeda dengan mayoritas umat Islam di Indonesia yang akan merayakan Idul Adha pada 17 Juni "
PADANG, TELISIK.ID - Jemaah Tarekat Naqsabandiyah di Padang dan Syattariyah di Aceh, merayakan Hari Raya Idul Adha lebih awal, Sabtu (15/6/2024). Tanggal ini berbeda dengan mayoritas umat Islam di Indonesia yang akan merayakan Idul Adha pada 17 Juni.
Di Kabupaten Nagan Raya, Aceh, ribuan warga yang mengikuti Tarekat Syattariyah telah melaksanakan ibadah Shalat Id yang dipusatkan di Masjid Peuleukung, Desa Peuleukung, Kecamatan Seunagan Timur.
Dilansir dari antaranews.com, Kepala Dinas Syariat Islam Kabupaten Nagan Raya, Wahidin, menyatakan bahwa ribuan masyarakat pengikut Tarekat Syattariyah Abu Habib Muda Seunagan sudah merayakan Idul Adha mulai hari ini.
Perbedaan Hari Raya Idul Adha di Kabupaten Nagan Raya sudah menjadi hal yang lumrah dan berlangsung secara turun-temurun.
Baca Juga: Warga Baubau Keluhkan Pemuda yang Konsumsi Miras di Gang Kecil
Meskipun perayaan Idul Adha 1445 Hijriah berbeda dengan ketetapan pemerintah, masyarakat di Kabupaten Nagan Raya tetap menghormati perbedaan ini. Kehidupan masyarakat di daerah tersebut tetap berjalan rukun, saling menghormati, aman, dan damai.
Wahidin menekankan bahwa perbedaan perayaan ini hanya merupakan soal keyakinan dan pemerintah Kabupaten Nagan Raya mengimbau agar masyarakat dapat hidup dengan rukun serta tetap menghormati perbedaan pelaksanaan Hari Raya Idul Adha.
Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) resmi menetapkan Hari Raya Iduladha atau 10 Zulhijah 1445 Hijriah jatuh pada Senin, 17 Juni 2024.
Keputusan ini diumumkan oleh Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki usai Sidang Isbat penentuan 1 Zulhijah 1445 H di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, pada Jumat (7/6/2024).
Berdasarkan hisab posisi hilal wilayah Indonesia yang sudah masuk kriteria, disepakati bahwa 1 Zulhijah 1445 Hijriah jatuh pada Sabtu 8 Juni, dan Hari Raya Iduladha jatuh pada Senin 17 Juni.
Sementara melansir tirto.id, Komunitas Tarekat Naqsabandiyah mengikuti perhitungan mereka sendiri yang berbeda dari kebanyakan umat Muslim di Indonesia. Penentuan tanggal Idul Adha ini telah dilakukan sejak bulan Ramadhan lalu, berdasarkan metode hisab, rukyat, dalil, ijmak, dan qiyas.
Salah satu lokasi perayaan Idul Adha bagi jemaah Tarekat Naqsabandiyah adalah Surau Baru yang terletak di Kelurahan Cupak Tangah, Kecamatan Pauh, Kota Padang. Surau ini merupakan basis Tarekat Naqsabandiyah di Padang yang didirikan oleh Syekh Muhammad Thaib pada tahun 1910 dan menjadi surau tertua milik Naqsabandiyah di kota tersebut.
Meskipun perayaannya berbeda, kedua komunitas tetap melaksanakan ibadah Idul Adha dengan semangat yang sama untuk berbagi dengan sesama.
Tarekat Naqsabandiyah merupakan salah satu dari dua tarekat besar yang berkembang di Sumatera Barat, bersama dengan Tarekat Syattariyah. Tarekat ini dibawa masuk ke Minangkabau melalui dua titik utama: Kabupaten Pasaman oleh Syekh Ibrahim Kumpulan dan Kabupaten Lima Puluh Kota oleh Syekh Muhammad Taher (Syekh Barulak) serta Syekh Abdurrahman.
Penyebaran Tarekat Naqsabandiyah di Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki keunikan tersendiri. Dua ulama yang menyebarkannya, yaitu Syekh Muhammad Taher dan Syekh Abdurrahman, berguru kepada Syekh Ismail Al-Minangkabauwi (Syekh Ismail Simaburi) di Desa Simabur.
Meskipun Syekh Ismail Simaburi tidak pernah kembali ke Minangkabau, perannya sangat penting dalam menghubungkan para ulama Minangkabau dengan pusat peradaban Naqsabandiyah di Jabal Abi Qubais, Timur Tengah.
Baca Juga: Cegah Pencurian Selama Ibadah Haji, Rumah Calon Jemaah Haji di Baubau Diawasi Ketat
Menurut sejarawan Chairullah, M.A.Hum, Syekh Kumpulan dan Syekh Simaburi belajar ilmu tarekat pada waktu yang sama, namun keduanya memilih jalan yang berbeda. Syekh Kumpulan kembali ke Minangkabau untuk menyebarkan tarekat, sedangkan Syekh Simaburi menetap di Timur Tengah.
Tarekat Naqsabandiyah menganut paham Asy'ariyah dan tergolong ke dalam ikhtiqlab Ahlu Sunnah bermazhab Syafi'i. Paham Asy'ariyah dan Maturidiyah diyakini sebagai golongan yang berada di sisi Allah.
Dari 72 golongan Islam yang terbagi berdasarkan ikhtiqlabnya masing-masing, Ahlul Sunnah Waljamaah yang identik dengan Asy'ariyah dan Maturidiyah adalah golongan yang di sisi Tuhan.
Hingga saat ini, ajaran Tarekat Naqsabandiyah telah tersebar di berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Barat, seperti Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, Lima Puluh Kota, Tanah Datar, Kota Padang, Kota dan Kabupaten Solok, serta Kabupaten Solok Selatan. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Fitrah Nugraha
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS