Eksistensi Heandu Titi-Titi, Alat Pijit Tradisional Asal Wakatobi

Boy Candra Ferniawan, telisik indonesia
Kamis, 17 Februari 2022
0 dilihat
Eksistensi Heandu Titi-Titi, Alat Pijit Tradisional Asal Wakatobi
Heandu Titi-Titi, alat pijat tradisional asal Wakatobi Foto: Boy Telisik/Telisik

" Heandu Titi-Titi, sebuah alat pijat tradisional masyarakat Wakatobi yang dulu amat populer "

WAKATOBI, TELISIK.ID - Dahulu sebelum mesin-mesin menguasai pelosok Kabupaten Wakatobi. Di setiap rumah-rumah masyarakat di daerah pesisir ini memiliki alat pijat tradisional.

Namanya Heandu Titi-Titi, sebuah alat pijat  tradisional masyarakat Wakatobi yang dulu amat populer.

Di setiap gode-gode atau sekedar rumah panggung, alat pijat ini akan membantu Wa Ina dan Wa Ama (Bahasa Wakatobi untuk panggilan orangtua perempuan dan laki-laki) mengobati rasa sakit pinggang sehabis bekerja seharian di kebun miliknya.

Dilansir dari Lekasura.com Heandu titi-titi dalam bahasa daerah masyarakat Wakatobi, Titi-Titi berarti payudara sedangkan Heandu bermakna alat pijat.

Alat pijat ini biasanya berbahan dasar kayu yang ukurannya kurang lebih satu sampai dua jengkal orang dewasa. Bentuknya menyerupai gundukan payudara wanita  dengan jarak antar gundukan kurang lebih 3-4  jari.

Rupanya ada alasan khusus mengapa bentuk alat pijat ini berbentuk payudara wanita yaitu dahulu masyarakat percaya bentuk payudara dapat memberikan titik fokus pada titik saraf yang pegal atau nyeri.

Secara teknis, penggunaan alat ini cukup sederhana hanya dengan berbaring dan meletakannya di bawah anggota tubuh yang pegal kemudian ditekan beberapa menit. Agar lebih efektif baiknya dilakukan berulang-ulang.

Mencoba menelisik lebih dalam alat pijat tradisional ini dicoba untuk diangkat kembali oleh komunitas yang ada di Pulau Tomia bernama Katutura yang membuat toko atau pajangan kerajinan ramah lingkungan bernama Hengge Galery.

Dilestarikan kembali melalui sovenir khas yang ditawarkan kepada wisatawan atau pun masyarakat agar tidak tergerus jaman.

"Heandu titi bagi kami merupakan identitas masyarakat sosial orang Wakatobi. Ibarat tenun khas atau bahasa daerah, alat pijat tradisional pun memiliki elemen sombolik masyarakat Wakatobi dimana pun mereka berada," ungkap Muh Sukriman, selaku pemilik Hengge Galery, Kamis (17/2/2022).

Baca Juga: Pemda Konawe Peringkat Pertama Realisasi Investasi di Sultra

Untuk menghidupkan memori akan alat pijat ini, Heandu Titi-Titi dalam Hengge Galery mendesain dengan menambahkan ornamen berupa ukiran lukis bakar atau pyroggraf.

Sama halnya dengan cerita Junaidi, salah satu penjual Heandu Titi-Titi yang bergelut sejak 2007 mengungkapkan, Heandu Titi-Titi yang dijualnya sampai saat ini masih sering dibeli.

Baca Juga: Akun FB Hery Heri Manggarai Hebohkan Warga Net, Bupati Nabit: Kami Tidak Pernah Tugaskan Siapa pun

"Terkadang orang kantoran datang membeli, saya jual dari harga Rp 30.000 untuk ukuran besar serta sedang dari kisaran Rp 20.000-Rp 15.000. Walaupun sedikit namun ada saja peminatnya," ungkap Junaidi.

Dirinya menuturkan, alat pijat ini multifungsi sebagai penghilang rasa nyeri. selain itu mudah dibawa kemana-mana. (B)

Reporter: Boy Candra Ferniawan

Editor: Kardin

Baca Juga