Fenomena Langka di Gurun Sahara: Dari Tandus Menjadi Hijau

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Minggu, 15 September 2024
0 dilihat
Fenomena Langka di Gurun Sahara: Dari Tandus Menjadi Hijau
Kawasan geografis Gurun Sahara yang mencakup bagian dari beberapa negara di Afrika Utara, kini mulai menghijau. Foto: Repro Pixabay

" Gurun Sahara, yang dikenal sebagai salah satu kawasan paling tandus di dunia, kini menunjukkan perubahan dramatis. Fenomena unik ini mengungkapkan bahwa area yang sebelumnya sangat kering kini mulai mengalami penghijauan, sebuah perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya "

JAKARTA, TELISIK.ID – Gurun Sahara, yang dikenal sebagai salah satu kawasan paling tandus di dunia, kini menunjukkan perubahan dramatis. Fenomena unik ini mengungkapkan bahwa area yang sebelumnya sangat kering kini mulai mengalami penghijauan, sebuah perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Menurut citra satelit terbaru yang dirilis oleh NASA, analisis menunjukkan bahwa zona hijau di Afrika, yang biasanya terpusat di sekitar kawasan ekuator, kini mulai meluas ke utara, memasuki bagian selatan Gurun Sahara.

Foto satelit dari September 2023 dan September 2024 memperlihatkan peningkatan signifikan dalam vegetasi di wilayah tersebut, khususnya dekat dengan ekuator.

Selama ini, Gurun Sahara dikenal sebagai salah satu daerah paling kering di bumi. Namun, hasil pantauan terbaru menunjukkan adanya perubahan besar. Peneliti kini tengah menyelidiki penyebab fenomena ini, yang dianggap sangat jarang dan memicu perhatian global.

Penyebab Fenomena

Mengutip CNBC Indonesia, Minggu (15/9/2024), salah satu faktor utama yang diperkirakan menyebabkan fenomena ini adalah badai besar yang menerjang kawasan Sahara, yang mengakibatkan banjir besar yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga: Lima Negara di ASEAN Paling Miskin Ekstrem 2024, Indonesia Masih Tertinggal dengan PDB Terendah

Badai tersebut membawa curah hujan yang dua hingga enam kali lipat lebih tinggi dari biasanya, membuat Gurun Sahara menjadi lebih basah.

Badan Pusat Prediksi Iklim NOAA mencatat pergeseran Zona Konvergensi Intertropis (ITCZ) yang bergerak lebih jauh ke utara sejak pertengahan Juli. ITCZ adalah batas antara massa udara kering dari gurun dan udara lembab dari ekuator.

Pergeseran ini menyebabkan peningkatan curah hujan di kawasan Sahara, menciptakan kondisi yang lebih basah daripada sebelumnya.

Dampak Perubahan Iklim

Para ilmuwan percaya bahwa perubahan ini berhubungan erat dengan pemanasan global, yang disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan.

Pemanasan global memicu perubahan iklim di berbagai belahan dunia, termasuk pergeseran pola curah hujan yang tidak biasa di kawasan gurun.

Karsten Haustein, peneliti iklim dari Universitas Leipzig, menjelaskan bahwa pergeseran curah hujan ke utara disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, transisi dari El Niño ke La Niña yang memengaruhi pergerakan ITCZ. Kedua, pemanasan global yang menyebabkan suhu global meningkat, memicu perubahan pola hujan.

Dampak Regional

Fenomena penghijauan Gurun Sahara juga memengaruhi pola cuaca di wilayah sekitarnya. Pergeseran badai dan curah hujan ke utara berdampak pada musim badai di Atlantik, serta menyebabkan sejumlah negara di Afrika menghadapi kekurangan air.

Baca Juga: Tsunami Raksasa 200 Meter di Greenland Bikin Bumi Bergetar Sembilan Hari

Negara-negara seperti Nigeria dan Kamerun, yang biasanya menerima curah hujan deras, justru mengalami kekeringan.

Laporan dari Climate Prediction Centre (CPC) menyebutkan bahwa Nigeria dan Kamerun hanya menerima 50 hingga 80 persen dari curah hujan tahunan mereka antara Juli hingga September.

Sebaliknya, wilayah yang biasanya kering, termasuk sebagian Nigeria, Chad, Sudan, Libya, dan Mesir selatan, mengalami peningkatan curah hujan lebih dari 400 persen sejak pertengahan Juli.

Banjir Bandang

Salah satu dampak nyata dari fenomena ini adalah banjir bandang yang melanda Nigeria, yang menyebabkan lebih dari 220 orang tewas dan ratusan ribu lainnya terpaksa mengungsi. Banjir terutama melanda wilayah utara Nigeria yang biasanya kering, tetapi kini mengalami curah hujan yang jauh di atas rata-rata.

Fenomena ini menunjukkan betapa kompleksnya dampak perubahan iklim dan bagaimana perubahan iklim global dapat menyebabkan efek yang tak terduga di berbagai belahan dunia. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel Terkait
Baca Juga