Gempa Myanmar-Thailand Renggut Nyawa 1.600 Lebih, Megathrust 13 Titik di Tanah Air Tinggal Tunggu Waktu

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Minggu, 30 Maret 2025
0 dilihat
Gempa Myanmar-Thailand Renggut Nyawa 1.600 Lebih, Megathrust 13 Titik di Tanah Air Tinggal Tunggu Waktu
Warga setempat berkumpul di depan reruntuhan gedung yang ambruk akibat gempa bumi di Mandalay, Myanmar, pada Sabtu (29/3/2025). Foto: Repro AP.

" Gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter mengguncang Myanmar dan Thailand, menyebabkan kerusakan parah di berbagai wilayah "

JAKARTA, TELISIK.ID - Gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter mengguncang Myanmar dan Thailand, menyebabkan kerusakan parah di berbagai wilayah. Jumlah korban tewas mencapai lebih dari 1.600 orang, sementara ribuan lainnya mengalami luka-luka.

Tim penyelamat masih berusaha menemukan korban yang tertimbun reruntuhan bangunan. Infrastruktur yang rusak memperlambat proses evakuasi dan penyaluran bantuan kemanusiaan.

Situasi darurat ini juga meningkatkan kekhawatiran terhadap potensi gempa besar di wilayah lain, termasuk Indonesia.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa gempa megathrust bukanlah fenomena baru bagi Indonesia. Wilayah Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yang membuatnya rawan terhadap aktivitas seismik.

Berdasarkan data BMKG, dalam beberapa bulan terakhir telah terjadi peningkatan jumlah gempa di berbagai daerah. Sejak gempa M7,1 mengguncang Megathrust Nankai, Jepang Selatan, pada 8 Agustus 2024, tercatat tujuh kali gempa melanda Indonesia.

Jumlah korban akibat gempa Myanmar-Thailand terus bertambah seiring dengan pencarian yang dilakukan tim penyelamat.

Melansir Sindonews, Minggu (30/3/2025), Pemerintah militer Myanmar mengumumkan bahwa sedikitnya 1.644 orang tewas dan lebih dari 3.400 orang mengalami luka-luka.

Sebanyak 139 orang masih dinyatakan hilang, sementara bangunan yang hancur menyebabkan banyak warga kehilangan tempat tinggal. Mandalay menjadi salah satu kota yang terdampak paling parah karena lokasinya yang dekat dengan episentrum gempa.

Kondisi di Myanmar semakin sulit karena adanya gempa susulan dan infrastruktur yang rusak. Jalan-jalan utama mengalami retakan, sementara jembatan dan bangunan roboh akibat guncangan hebat.

Baca Juga: Gempa Bumi M3,4 Guncang Timur Laut Wawonii di Kedalaman 10 Km

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyebut bahwa operasi kemanusiaan terhambat oleh kondisi jalan yang tidak bisa dilewati. Beberapa wilayah masih terisolasi karena akses bantuan yang terbatas.

Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar, yang merupakan oposisi dari pemerintahan militer, mengumumkan gencatan senjata sementara di daerah terdampak gempa. Langkah ini diambil untuk memastikan kelancaran distribusi bantuan dan penyelamatan korban.

Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) juga menyatakan kesiapannya untuk bekerja sama dengan organisasi internasional dalam menangani dampak bencana ini.

Di Thailand, setidaknya 10 korban tewas dilaporkan akibat gempa, sementara ribuan orang mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Gempa besar ini menjadi pengingat bagi Indonesia yang juga memiliki 13 segmen megathrust yang berpotensi memicu gempa besar.

Melansir CNBC Indonesia, berikut daftar segmen megathrust yang berpotensi mengguncang Indonesia.

1. Megathrust Mentawai-Pagai dengan potensi gempa M8,9.

2. Megathrust Enggano dengan potensi gempa M8,4.

3. Megathrust Selat Sunda dengan potensi gempa M8,7.

4. Megathrust Jawa Barat-Jawa Tengah dengan potensi gempa M8,7.

5. Megathrust Jawa Timur dengan potensi gempa M8,7.

6. Megathrust Sumba dengan potensi gempa M8,5.

7. Megathrust Aceh-Andaman dengan potensi gempa M9,2.

8. Megathrust Nias-Simelue dengan potensi gempa M8,7.

9. Megathrust Batu dengan potensi gempa M7,8.

10. Megathrust Mentawai-Siberut dengan potensi gempa M8,9.

11. Megathrust Sulawesi Utara dengan potensi gempa M8,5.

12. Megathrust Filipina dengan potensi gempa M8,2.

13. Megathrust Papua dengan potensi gempa M8,7.

BMKG mencatat adanya tren peningkatan jumlah gempa bumi di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Menurut data BMKG, rata-rata jumlah gempa pada periode 1990-2008 adalah 2.254 kejadian per tahun.

Jumlah ini meningkat pada periode 2009-2017 menjadi 5.389 gempa per tahun. Pada 2018, jumlah gempa melonjak drastis mencapai 12.062 kejadian, sementara pada 2019 tercatat 11.731 gempa.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan bahwa gempa yang terjadi di Indonesia tidak selalu berkaitan dengan megathrust Jepang.

“Tidak ada sama sekali (hubungan rentetan gempa pasca-megathrust di Jepang). Gempa kita memang banyak,” kata Daryono.

BMKG terus memperkuat sistem pemantauan gempa dan tsunami untuk menghadapi peningkatan aktivitas tektonik di Indonesia.

Saat tsunami Aceh 2004, hanya ada sekitar 20 seismograf yang beroperasi. Sejak 2008, jumlah sensor pemantauan terus bertambah hingga kini mencapai 550 unit yang tersebar di seluruh Indonesia.

Baca Juga: Gempa Megathrust Diprediksi Bakal Terjadi di Indonesia, Ini Daftar Daerah Berpotensi Terdampak

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menekankan pentingnya mitigasi bencana dalam menghadapi potensi gempa besar.

“Aktivitas kegempaan yang termonitor BMKG mengalami lompatan,” kata Dwikorita dalam webinar “Resolusi 2025: Mitigasi Bencana Geologi”.

Ia juga menyebut bahwa mitigasi bencana tidak hanya difokuskan pada gempa bumi dan tsunami, tetapi juga bencana hidrometeorologi akibat perubahan iklim.

Peningkatan jumlah gempa dan daftar megathrust yang mengancam wilayah Indonesia menjadi peringatan bagi masyarakat untuk lebih siap menghadapi bencana.

Dengan sistem peringatan dini yang semakin canggih, diharapkan dampak gempa dapat diminimalisir, sehingga korban jiwa dan kerugian dapat ditekan seminimal mungkin. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

TAG:
Artikel Terkait
Baca Juga