Gerakan 4B Menular Hingga AS

Siombiwishin, telisik indonesia
Sabtu, 25 Januari 2025
0 dilihat
Gerakan 4B Menular Hingga AS
Siombiwishin, Aktivis Perempuan. Foto: Ist.

" Istilah 4B tersebut berasal dari empat frasa Korea Selatan yakni: Bi Yeon ae (tidak berpacaran), Bi Sex (tidak berhubungan seks), Bi Hon (tidak menikah) dan Bi Chul-san (tidak melahirkan anak), awalan Bi berarti tidak dalam bahasa Korea Selatan "

Oleh: Siombiwishin

Aktivis Perempuan

PADA Januari 2024 lalu, Amerika Serikat (AS) menduduki peringkat pertama dalam kasus pembunuhan terhadap perempuan, jumlah kasus yang dilaporkan sebanyak 101 kasus. Kekerasan terhadap pasangan intim menjadi bentuk kekerasan berbasis gender yang paling umum yang menimpa perempuan berusia 18 hingga 91 tahun. (Document Woman, 19-02-2024)

Dilansir dari ANTARA-sekitar 85.000 wanita dan anak perempuan di seluruh dunia dibunuh dengan sengaja pada 2023, dengan 60% pembunuhan dilakukan oleh pasangan intim atau anggota keluarga lainnya. Artinya satu wanita dibunuh setiap 10 menit oleh orang terdekatnya, dan Amerika Serikat menjadi salah satu negara dengan kasus terbanyak pula. (26-11-24)

Di tahun 2021, Biro Investigasi Federal AS (FBI) memperkirakan terdapat 4.970 korban perempuan yang dibunuh, dan sepertiga dari kasus tersebut didokumentasikan telah dibunuh oleh pasangan intimnya. (Nastional Institutes of Health, 28-02-2024)

Kasus pembunuhan terhadap perempuan yang terus berulang dari tahun ke tahun menumbuhkan kekhawatiran bagi para perempuan, khususnya kaum feminis di Amerika Serikat. Hal ini semakin mencuat ke permukaan ketika kemenangan Donald Trump dideklarasikan sebagai Presiden Amerika Serikat, diketahui berdasarkan pemilihan umum AS, ada 7 dari 10 negara bagian memberikan suara mendukung aborsi, sedangkan 3 lainnya menolak. Akibatnya, perempuan di AS khususnya para feminis semakin gencar melakukan gerakan 4B, lantas apakah gerakan 4B itu?

Mengapa Gerakan 4B Mulai Eksis?

Gerakan 4B adalah sebuah gerakan yang diprakarsai oleh aktivis feminis Korea Selatan yang memilih hidup tanpa pria sebagai respon misogini yang mereka yakini ada di masyarakat. Istilah 4B tersebut berasal dari empat frasa Korea Selatan yakni: Bi Yeon ae (tidak berpacaran), Bi Sex (tidak berhubungan seks), Bi Hon (tidak menikah) dan Bi Chul-san (tidak melahirkan anak), awalan Bi berarti tidak dalam bahasa Korea Selatan. Gerakan ini dicetuskan sekitar tahun 2016 oleh kelompok feminis radikal. (BBC, 19-01-2025)

Baca Juga: Kapitalisme Gagal Menjamin Kesehatan Mental

Seperti halnya yang terjadi di Amerika Serikat, gerakan ini muncul akibat maraknya peristiwa-peristiwa tragis yang menimpa perempuan-perempuan Korea Selatan saat itu. Mereka merasa tidak adil, karena pelaku sering kali menerima hukuman yang ringan. Karena itu para pemeluk gerakan 4B meyakini bahwa gerakan ini merupakan cara untuk melindungi diri, baik secara fisik maupun mental dari kekerasan yang sering dialami oleh perempuan dalam menjalani suatu hubungan. Miris, bahkan ada perempuan muda yang rela menjalani prosedur medis untuk mengangkat indung telurnya sebagai inspirasi untuk menjalani gaya hidup 4B.

Jika ditelisik lebih jauh, berkembangnya dukungan terhadap gerakan 4B dilatarbelakangi oleh paham feminisme yang semakin menjamur di berbagai belahan dunia. Paham yang disebabkan oleh kapitalisme melalui budaya seksisme ini, membuat perempuan terpengaruh, kemudian memiliki pandangan yang menyatakan mereka bebas menjadi apa saja dan melakukan apa saja sebagai wujud pengembangan diri.

Imajinasi mereka terbatas pada keyakinan bahwasannya wanita sukses adalah perempuan yang memiliki kedudukan, uang dan gaya hidup, dimana semua hal ini berorientasi pada materialistis. Standar kebahagiaan disempitkan pada materi, wanita karir menjadi sebuah titel yang sangat dibanggakan, parahnya kemandirian yang salah kaprah ini menyebabkan para perempuan seolah tidak membutuhkan laki-laki.

Paham feminisme yang katanya bertujuan membela hak kebebasan perempuan, terbukti sampai sekarang belum mampu untuk menyelamatkan perempuan. Paham ini juga tidak mampu menjadikan perempuan lebih mulia kedudukannya, bahkan fakta yang terjadi menunjukkan bahwa ide feminisme adalah wadah semu yang justru merusak eksistensi dan fitrah perempuan.

Kesetaraan yang digaungkan menuntut para perempuan untuk bersaing dengan kaum laki-laki dengan standar bahwa semua hal yang bisa di lakukan oleh laki-laki, bisa juga dilakukan oleh perempuan. Tanpa mereka sadari bahwa sistem ini adalah bentuk penjajahan secara halus dengan modus baru terhadap wanita, ciri khas kapitalisme.

Perempuan dalam Pandangan Islam

Berbeda dengan feminisme, Islam tidak pernah mempermasalahkan tentang relasi antara laki-laki dan perempuan, sebab datangnya Islam adalah untuk mengangkat derajat wanita yang direndahkan oleh sistem kehidupan yang ada sebelum Islam serta memuliakan wanita sesuai dengan fitrahnya.

Islam memandang bahwa laki-laki dan perempuan itu berbeda secara fitrahnya, tidak ada yang lebih baik dan tidak ada yang lebih buruk, serta menempatkan mereka sesuai dalam track yang berbeda dalam memenuhi hak dan kewajibannya. Laki-laki dan perempuan dapat berbagi tugas, dan berkolaborasi dalam perbedaan untuk menjalankan ketaatan kepada Allah terhadap apa yang diperintahkan sesuai dengan fitrahnya masing-masing.

Baca Juga: Kekayaan Alam Dikeruk, Rakyat Kian Terpuruk

Allah berfirman “Janganlah kamu berangan-angan (iri hati) terhadap apa yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan.

Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. An-Nisa: 32)

Kemudian “”Orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) makruf dan mencegah (berbuat) mungkar, menegakkan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana”. (QS. At-Taubah: 71)

Memilih untuk tidak menikah dan tidak melahirkan merupakan hal yang fatal dan krusial dalam Islam, sebab Islam memandang perempuan sebagai tonggak peradaban dunia. Rahim wanita menjadi tempat lahirnya generasi-generasi penerus peradaban, juga didikan seorang perempuan dalam hal ini seorang ibu pula lah para generasi tersebut mengarahkan kemana peradaban dunia akan dibawa, menjadi seorang ibu adalah tugas mulia bagi seorang perempuan.

Aturan Islam mewajibkan laki-laki untuk bisa menjadi qawwam bagi perempuan, menjaga, mendidik dan mencari nafkah yang toyyib bagi keluarga, sehingga perempuan bisa fokus untuk mendidik anak-anaknya. Selain itu, dalam aturan Islam wanita adalah pihak yang patut dijaga dengan paripurna.

Para perempuan tidak perlu susah-susah bekerja diluar rumah, jika berstatus sebagai seorang anak maka ia dibiayai oleh ayahnya, jika sebagai seorang isteri maka ia dibiayai oleh suaminya, jika tidak memiliki orang tua dan suami, makan akan dibiayai oleh paman-pamannya, dan jika ia sebatang kara maka negara akan hadir dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Standar kebahagiaan dalam Islam pun adalah dengan digapai ridho Allah SWT bukan materi semata.  

Selain itu laki-laki dan perempuan dipandang sama sebagai makhluk Allah dengan tujuan penciptaan yang sama pula yaitu untuk menyembah Allah dengan sebaik-baiknya ibadah. Oleh karena itu, bukannya mengembangkan gerakan 4B tapi mengembalikan perempuan ke fitrahnya dan menerapkan aturan Islam secara keseluruhanlah yang dapat melindungi para perempuan dari segala tindak pelecehan dan kriminalitas. (*)

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

TAG:
Artikel Terkait
Baca Juga