Google Taara Diklaim 100 Kali Lebih Cepat dari Starlink, Begini Caranya Bekerja

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Senin, 04 Agustus 2025
0 dilihat
Google Taara Diklaim 100 Kali Lebih Cepat dari Starlink, Begini Caranya Bekerja
Google Taara tawarkan internet laser super cepat, menantang dominasi Starlink global. Foto: Repro Starse.

" Kemunculan Google Taara membawa angin segar dalam dunia teknologi konektivitas internet "

JAKARTA, TELISIK.ID - Kemunculan Google Taara membawa angin segar dalam dunia teknologi konektivitas internet, terutama untuk wilayah yang sulit dijangkau infrastruktur konvensional.

Dengan pendekatan berbeda dari Starlink milik SpaceX, Taara mengandalkan teknologi laser berbasis darat yang diklaim mampu menghadirkan kecepatan internet hingga 100 kali lebih cepat.

Teknologi yang digunakan oleh Taara sebenarnya bukan hal yang benar-benar baru. Internet berbasis laser telah dikenal sebelumnya, namun implementasinya belum luas karena berbagai kendala, terutama terkait gangguan visual dan kondisi cuaca.

Taara mencoba menjawab tantangan itu dengan menyematkan terminal pintar berbasis AI yang mampu menyesuaikan posisi secara otomatis untuk menjaga kestabilan sinyal.

Melansir dari Tempo, Senin (4/8/2025), dalam uji coba di India dan Afrika, performa Taara dinilai sangat menjanjikan. Perangkatnya berhasil menjembatani konektivitas antar bangunan di lokasi terpencil dan bahkan menghubungkan dua ibu kota negara yang terpisah Sungai Kongo, yaitu Kinshasa dan Brazzaville.

Hal ini dilakukan tanpa memerlukan infrastruktur bawah air yang mahal dan sulit dibangun.

Baca Juga: Amerika Ngotot Ingin Kuasai Mineral Langka Ukraina, Ancam Tutup Akses Starlink

Sistem kerja Taara sangat bergantung pada garis pandang langsung antar terminal. Dengan memanfaatkan sinar laser yang difokuskan, sistem ini mengirimkan data antar titik secara cepat dan efisien.

Sensor serta algoritma cerdasnya mampu melakukan pelacakan dan penyesuaian posisi terminal secara real-time, memastikan koneksi tetap stabil meski cuaca tidak ideal.

Namun begitu, pendekatan ini tidak lepas dari keterbatasan. Taara sangat bergantung pada cuaca dan kondisi visual antara titik koneksi. Kabut tebal, hujan deras, atau hambatan fisik lain bisa mempengaruhi transmisi data.

Forbes mencatat bahwa kendala ini menjadi tantangan utama bagi teknologi laser seperti yang diusung oleh Taara.

Perbedaan pendekatan antara Taara dan Starlink juga menarik perhatian para pengamat. Jika Starlink memilih pendekatan satelit dan spektrum radio untuk menjangkau daerah terpencil, Taara memilih jalur darat dan laser yang lebih cocok untuk kebutuhan lokal tanpa perlu peluncuran satelit.

Lanskap teknologi internet global kini mulai berubah dengan kehadiran pemain-pemain baru. Taara yang dulunya merupakan proyek internal Google X, kini berdiri sebagai perusahaan independen di bawah Alphabet. Hal ini menunjukkan keseriusan Google dalam mengembangkan solusi konektivitas alternatif.

Di sisi lain, kehadiran Taara juga menjadi tantangan bagi dominasi Starlink. Apalagi ketika Taara mulai diperhitungkan sebagai alternatif di wilayah yang selama ini hanya mengandalkan konektivitas satelit.

Kondisi ini mendorong terjadinya kompetisi yang lebih sehat dan beragam dalam industri internet global.

Persaingan di sektor ini juga melibatkan pemain lain seperti Eutelsat OneWeb, yang mulai memperkuat kehadirannya di Eropa dan Ukraina. OneWeb muncul sebagai penantang Starlink, khususnya dalam konteks geopolitik dan keamanan layanan di tengah konflik dan ketegangan yang terjadi di beberapa kawasan.

Baca Juga: Rambah Jaringan 6G, Segini Harga Paket Starlink Termahal Tembus Rp 86 Juta Per Bulan

Jika dibandingkan dari sisi infrastruktur, Taara menawarkan biaya yang lebih murah dibandingkan peluncuran satelit. Hal ini menjadi nilai tambah bagi negara-negara berkembang yang memiliki keterbatasan dana untuk membangun jaringan komunikasi yang merata.

Dengan dukungan teknologi kecerdasan buatan dan sistem penyesuaian otomatis, Taara membuka peluang baru dalam menyediakan internet cepat tanpa perlu bergantung pada menara BTS atau kabel serat optik yang mahal dan sulit dipasang di wilayah terpencil.

Meski demikian, pengembangan dan adopsi Taara masih perlu waktu. Diperlukan integrasi dengan sistem jaringan yang sudah ada serta adaptasi terhadap kondisi geografis di tiap negara.

Namun langkah Google mengubah Taara menjadi entitas mandiri memperlihatkan adanya komitmen jangka panjang. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga