Hampir 50 Biksu Positif COVID-19, Festival Kematian Dibatalkan
Haerani Hambali, telisik indonesia
Sabtu, 25 September 2021
0 dilihat
Seorang perempuan memberikan makanan dan sedekah pada seorang biksu seraya berdoa saat merayakan Festival Pchum Ben atau festival kematian di Kamboja. Foto: Repro Kompas.com
" Festival Pchum Ben merupakan perayaan bagi penganut Buddha untuk menghormati kerabat mereka yang telah meninggal dunia. "
PHNOM PENH, TELISIK.ID - Komunitas biksu di Phnom Penh, Kamboja, terpaksa membatalkan “Festival Orang Mati” atau festival Pchum Ben.
Festival ini merupakan acara tahunan di mana para penganut ajaran Buddha memberikan penghormatan kepada anggota keluarga mereka yang sudah wafat.
Pada festival ini, jemaat dari berbagai daerah mengunjungi pagoda-pagoda selama dua pekan masa festival Pchum Ben untuk berdoa dan memberikan sesajen makanan bagi arwah leluhur mereka.
Festival Pchum Ben merupakan perayaan bagi penganut Buddha untuk menghormati kerabat mereka yang telah meninggal dunia.
Tahun ini, perayaan mulai digelar hari Selasa (21/9/2021), tetapi harus dihentikan akhir pekan ini setelah hampir 50 biksu dinyatakan positif COVID-19 dan pihak berwenang menutup kuil di ibu kota Kamboja.
Baca Juga: Indonesia Awas Ada Perang Nuklir, Korea Utara Beri Warning
Baca Juga: Orang-Orang Tertua Dunia Ada di Rusia: Usianya hingga Ratusan Tahun
Dilansir dari Hidayatullah.com, Perdana Menteri Hun Sen, Kamis (23/9/2022) mengatakan, pembatalan festival tersebut harus dilakukan guna meredam penyebaran COVID-19 di saat Kamboja membuka kembali sekolah-sekolah dan dalam waktu dekat akan membuka kembali negara itu.
Dilansir dari Kompas.com, tahun lalu Kamboja berhasil menghindari melonjaknya penyebararan COVID-19. Namun, baru-baru ini, kasus penularan kembali melonjak menjadi lebih dari 105.000 kasus dengan hampir 2.200 kematian.
Menurut Kementerian Kesehatan Kamboja, 98 persen orang dewasa di negara itu telah divaksin, setidaknya satu dosis vaksin COVID-19.
Dan pekan lalu, sejumah sekolah yang berada di wilayah yang berisiko rendah kembali dibuka. (C)
Reporter: Haerani Hambali
Editor: Haerani Hambali