Heboh Nilai Matematika Siswa di TKA 2025 Jeblok, Begini Penjelasan Kemendikdasmen
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Minggu, 23 November 2025
0 dilihat
Rendahnya nilai Matematika TKA 2025 memicu penjelasan Kemendikdasmen mengenai penyebab utama. Foto: Repro Jawapos.
" Rendahnya nilai Matematika siswa pada TKA 2025 memicu perhatian publik dan mendorong Kemendikdasmen memberikan penjelasan mengenai faktor yang memengaruhi capaian peserta didik tersebut "

JAKARTA, TELISIK.ID - Rendahnya nilai Matematika siswa pada TKA 2025 memicu perhatian publik dan mendorong Kemendikdasmen memberikan penjelasan mengenai faktor yang memengaruhi capaian peserta didik tersebut.
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), memberikan penjelasan setelah hasil Tes Kemampuan Akademik (TKA) 2025 menunjukkan nilai Matematika siswa SMA sederajat mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Hasil ini langsung menjadi perhatian karena dianggap menggambarkan kondisi pembelajaran Matematika di sekolah yang masih menghadapi banyak tantangan.
Pemerintah menilai bahwa persoalan ini tidak boleh semata-mata dibebankan kepada kemampuan siswa, tetapi perlu dilihat dari keseluruhan sistem yang membentuk proses belajar mereka.
Dalam pernyataannya, Mendikdasmen Abdul Mu'ti menyampaikan bahwa rendahnya nilai Matematika bukan disebabkan karena ketidakmampuan siswa dalam memahami materi.
Ia menegaskan bahwa faktor penyebabnya lebih kompleks, mencakup cara guru mengajar hingga kualitas buku yang digunakan siswa dalam belajar.
“Bukan karena muridnya goblok bukan, tapi mungkin cara kita mengajarkannya dan bukunya tidak mendorong mereka untuk belajar Matematika," ujarnya, seperti dilansir dari Kompas, Minggu (23/11/2025).
Mu'ti menilai bahwa stigma Matematika sebagai pelajaran sulit masih kuat melekat pada siswa, dan hal itu semakin menghambat minat mereka untuk memperdalam materi hitungan.
Baca Juga: Siswa SD hingga SMA Sederajat Libur Dua Minggu Desember 2025, Berikut Jadwal Lengkap di Semua Daerah
Pemerintah tengah menyiapkan pendekatan pembelajaran baru berbasis Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM) yang diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan siswa terhadap pelajaran tersebut.
Ia menjelaskan bahwa berbagai buku STEM akan dikembangkan dengan konsep mudah, murah, dan menyenangkan sehingga siswa dapat berinteraksi dengan materi tanpa merasa tertekan.
Menurut Mu'ti, upaya membenahi pembelajaran STEM penting karena berpengaruh langsung terhadap hasil Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia.
“Jadi STEM itu buku-buku Science yang Science, Technology, Engineering, and Math itu kita kembangkan dalam buku-buku sains yang mudah, murah dan menyenangkan," jelasnya.
Pemerintah berharap pengembangan buku tersebut dapat mendorong siswa memiliki pengalaman belajar yang lebih dekat dengan penerapan logika dasar dan pemecahan masalah.
Mu'ti juga menyinggung bahwa penurunan skor PISA Indonesia dalam beberapa tahun terakhir memperlihatkan perlunya peningkatan budaya numerasi sejak dini.
Ia menjelaskan bahwa Gerakan Numerasi Nasional telah digulirkan sebagai upaya memperkuat kemampuan berhitung dan berpikir kritis di semua jenjang pendidikan.
“Agar anak-anak Indonesia tidak hanya terampil berhitung, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, dan adaptif dalam kehidupan sehari-hari," katanya.
Upaya ini dimulai dari jenjang taman kanak-kanak dengan pendekatan bermain yang memperkenalkan konsep logika sederhana.
Di sisi lain, Mu'ti menekankan bahwa pemerataan akses pendidikan masih menjadi tantangan besar yang berpengaruh terhadap pencapaian siswa. Ia menyebut bahwa banyak wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) memiliki keterbatasan fasilitas dan tenaga pendidik sehingga kualitas pembelajaran tidak merata di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Pengumuman Hasil TKA SMA 2025, Berikut Jadwal dan Standar Nilainya
Situasi ini menyebabkan perbedaan signifikan dalam persiapan siswa menghadapi asesmen seperti TKA 2025.
Pemerintah juga menyoroti kualitas lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang dinilai perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja modern yang semakin menuntut kemampuan numerasi dan literasi teknologi.
Menurut Mu'ti, peningkatan kualitas SMK akan menjadi bagian dari perbaikan struktur pendidikan agar lulusan dapat beradaptasi dengan perkembangan industri.
Dengan berbagai penjelasan tersebut, pemerintah meminta masyarakat memahami bahwa penurunan nilai Matematika bukan persoalan yang berdiri sendiri. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS