Hujan Es Bakal Terjadi di Tanah Air hingga Awal Oktober

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Sabtu, 28 September 2024
0 dilihat
Hujan Es Bakal Terjadi di Tanah Air hingga Awal Oktober
BMKG memberikan peringatan, cuaca ekstrem yang disebabkan awan cumulonimbus di Indonesia. Foto: Repro Istockphoto

" Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan potensi terjadinya hujan es di berbagai wilayah Indonesia hingga awal Oktober 2024 "

KENDARI, TELISIK.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan potensi terjadinya hujan es di berbagai wilayah Indonesia hingga awal Oktober 2024.

Fenomena cuaca ini disebabkan oleh pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus, yang biasanya terjadi ketika kondisi atmosfer menjadi labil atau tidak stabil.

Dalam Prospek Cuaca Mingguan yang berlaku dari tanggal 27 September hingga 3 Oktober 2024, BMKG menegaskan bahwa masyarakat harus siap menghadapi potensi cuaca ekstrem, termasuk hujan lebat, angin kencang, serta kilat atau petir.

BMKG menjelaskan bahwa awan Cumulonimbus berperan penting dalam potensi terjadinya hujan es. "Awan Cumulonimbus inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es," jelas BMKG, dalam pernyataan yang dikutip dari CNBC Indonesia, Sabtu (28/9/2024).

Dengan kondisi atmosfer yang tidak stabil, pembentukan awan ini akan semakin meningkat, sehingga masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan.

Selain hujan es, BMKG juga memprediksi cuaca ekstrem lainnya, seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang sering kali disertai angin kencang dan kilat.

Baca Juga: Prediksi Cuaca BMKG Juni 2024 Berpotensi Gelombang Laut hingga 2 Meter

"Dalam sepekan ke depan, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem," tambah BMKG.

Cuaca ekstrem ini diprediksi akan mempengaruhi beberapa wilayah Indonesia yang sedang memasuki masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.

Peralihan musim ini, yang dikenal dengan istilah pancaroba, ditandai oleh pola hujan yang terjadi pada sore hingga menjelang malam hari. BMKG menjelaskan bahwa hujan yang turun pada masa peralihan cenderung tidak merata dan biasanya memiliki intensitas sedang hingga lebat.

"Salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari," jelas BMKG.

Kondisi ini dipengaruhi oleh labilitas atmosfer, di mana peningkatan pembentukan awan konvektif seperti Cumulonimbus berpotensi terjadi.

Dari hasil analisis dan pemantauan cuaca yang dilakukan BMKG dalam sepekan terakhir, terungkap bahwa curah hujan di beberapa wilayah Indonesia masih cukup tinggi.

Meskipun beberapa indeks iklim global seperti IOD, SOI, dan Nino 3.4 tidak menunjukkan dampak signifikan terhadap curah hujan, namun gangguan fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) diperkirakan akan aktif di wilayah Laut Banda dan Maluku Tenggara. Aktivitas MJO ini dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.

BMKG juga mengeluarkan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem yang berlaku dari tanggal 27 September hingga 3 Oktober 2024.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca BMKG Kendari Diguyur Hujan Ringan hingga Lebat

Beberapa wilayah yang diprediksi akan mengalami hujan sedang hingga lebat, disertai kilat, petir, dan angin kencang meliputi: Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Tengah, Papua, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.

BMKG juga memberikan peringatan khusus terkait potensi angin kencang yang berpotensi terjadi di wilayah DI Yogyakarta, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua Selatan.

Masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah tersebut diminta untuk tetap waspada terhadap dampak dari angin kencang ini, terutama di daerah yang rawan terhadap bencana hidrometeorologi. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga