Ibu Ini Banting Tulang demi Hidupi 9 Anak dan Suaminya
Ridho Syafarullah, telisik indonesia
Senin, 23 Mei 2022
0 dilihat
Tina dan kedua anaknya saat sedang melepas lelah di bawah pohon. Foto: Ridho Syafarullah/Telisik
" Suami Tina yang dulu bekerja sebagai tukang becak, kini sudah tidak lagi mengayuh becaknya sebab tidak dapat melihat dengan jelas akibat katarak yang dideritanya "
KENDARI, TELISIK.ID - Tuntutan ekonomi yang terus meningkat serta banyaknya jumlah tanggungan keluarga, membuat Tina mau tidak mau harus berjalan menyusuri tiap lorong untuk mendapatkan sampah yang bisa dijadikan rupiah.
Tina seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama keluarganya di sekitaran BTN Batu Marupa, Kelurahan Rahandouna, Kecamatan Poasia, Kota Kendari.
Tina memiliki 9 orang anak, 2 di antaranya telah menikah sehingga mereka tinggal berpisah dengan keluarga barunya. Kini Tina tinggal di rumah sederhana bersama suami dan 7 anaknya.
Suami Tina yang dulu bekerja sebagai tukang becak, kini sudah tidak lagi mengayuh becaknya sebab tidak dapat melihat dengan jelas akibat katarak yang dideritanya.
Pilihan menjadi pemulung terpaksa diambil Tina karena ia memiliki keterbatasan pendidikan, tidak dapat membaca dan agak sulit berhitung. Hal inilah yang membuat Tina susah mencari pekerjaan lain.
Sehari-hari sejak pagi Tina berjalan dari tempat tinggalnya menuju lorong-lorong kecil di pemukiman warga hingga menuju jalan besar demi mendapat plastik dan kardus bekas yang sudah tidak digunakan/dibuang.
Terkadang apabila anaknya sedang libur mereka juga ikut sang ibunda memulung. Walaupun Tina selalu melarang namun mereka tetap ikut.
Baca Juga: Suami Sudah Renta, Ibu Ini Rela Jadi Pemulung di Rantau Demi Sekolah Anak
Gerobak sederhana menjadi sahabat setia mereka berjalan menyusuri kota. Saat memulung, Tina hanya membawa sebotol air yang dikaitkan di gerobaknya dan disimpan ke dalam kantong kresek hitam agar botol minumannya tidak bersentuan langsung dengan sampah yang dipungutnya.
Sesekali Tina pergi mencari pohon yang rindang untuk berteduh dan melepas lelah. Hasil memulung Tina selama sebulan tidak menentu, tergantung dari banyaknya jumlah sampah yang dipungutnya.
"Tidak menentu, karena kalau saya tidak keluar sehari berarti kurang lagi pendapatanku," ujarnya, Senin (23/5/2022).
Baca Juga: Kenaikan Harga Minyak Goreng Buat Ibu Ini Beralih jadi Pemulung
Ketegaran Tina menjadi salah satu contoh bahwa dalam kehidupan jangan pernah ada kata lelah untuk berjuang dan jangan pernah menyerah. (A)
Penulis: Ridho Syafarullah
Editor: Haerani Hambali