Indah Luwu Utara: Kepala Daerah Perempuan Pertama di Sulsel
Haidir Muhari, telisik indonesia
Rabu, 22 Juli 2020
0 dilihat
Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani. Foto: tekape.co
" Maafkan saya jika ada yang belum terjangkau. Tolong hubungi saya karena saya ingin memastikan semua dapat tertolong. "
LUWU UTARA, TELISIK.ID - Indah Putri Indriani, perempuan pertama di Sulawesi Selatan (Sulsel) yang berhasil menjadi Kepala Daerah. Wajahnya ayu nan bersahaja memancarkan aura optimisme. Cerdas, tangguh, cekatan dan cantik.
Wanita tangguh itu dilahirkan di Enrekang, pada 7 Februari 1977. Saat ini sedang menjabat sebagai Bupati Luwu Utara (Lutra), Sulsel periode 2016-202. Sebelumnya ia adalah Wakil Bupati pada periode lalu.
Sebelum terjun ke dunia politik, Ibu dua anak ini pernah tercatat sebagai dosen di kampus tersohor di negeri ini yaitu Universitas Indonesia. Selain itu, ia juga menjadi staf pengajar di Universitas Bung Karno dan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Penampilannya sederhana, jauh dari kesan glamor. Pernah menghadiri acara pelantikan, rapat kerja dan penataran pimpinan yang digelar oleh Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Luwu Utara dengan tanpa mengenakan tanda jabatan. Hanya jilbab merah dengan campuran biru muda bercorak bunga-bunga yang dia urai hingga melewati dada, dieratkan dengan bros berwarna merah.
Baju yang dikenakannnya bukan baju safari ala pejabat. Hanya baju biru muda berlengan panjang. Wajahnya pun juga tak nampak Make Up yang berlebihan. Khas cita rasa kesederhanaan, tak banyak perjabat yang mau melakukan.
Ia seolah ingin berpesan kepada generasi hari ini dan masa depan, pakaian yang sesungguhnya adalah kecerdasan dan akhlak mulia. Kepada para pejabat seolah ia hendak berpesan, pakaian yang dinantikan oleh rakyat adalah kinerja, hadir menjadi suluh di tengah-tengah masyarakat untuk mendengar keluh kesah dan rintihan mereka.
Dilansir dari tekape.co, pada akhir tahun 2017 ia merayakan pergantian tahun di Dusun Sulaseba. Dusun Saluseba adalah sebuah dusun terpencil karena menghubungkan jalan menuju ke Rampi.
Baca juga: Pilkades Gumanano: Cermin Berdemokrasi dari Aras Lokal
Memang beda. Di saat banyak kepala daerah di malam pergantian tahun berpesta foya dengan melecutkan kembang api ke angkasa. Seusai kilatan cahaya berwarna-warna berhamburan di katup malam, hanya potongan ingatan yang tersisa tentang itu. Sementara itu, kelaparan tetap mencengkeram perut si miskin, pengayuh becak, pemulung, serta mustadh’afin (kaum marginal) lainnya.
Tak hanya di malam tahun baru saja, ia menyambangi warga di desa-desa terpencil. Lebih mengejutkan lagi, istri dari Muhammad Fauzi ini tidak pernah menurunkan tim survei sebelum ia bermalam di desa-desa terpencil itu.
“Alhamdulillah, sudah berjalan 44 desa, saya tidak turunkan tim khusus untuk survei, justru kita pengin tahu apa sih masalah mereka. Bagi saya yang paling penting ialah merasakan apa yang mereka rasakan secara langsung,” ungkapnya seperti dilansir dari beritabeta.com.
Bupati cantik nan tangguh itu pun turut membiayai pembangunan Gereja Jemaat Ebenhaezer Masamba dan meletakkan batu pertama pembangunan gereja tersebut.
Luwu Utara memang heterogen, begitu bhinneka. Penduduk muslim berjumlah 320 ribu orang, sedangkan penduduk Kristen Protestan berjumlah 60 ribu, Katolik 8 ribu, dan penganut Hindu terdapat 12 ribu orang.
"Pada akhir tahun lalu di Kecamatan Rampi saya malah pernah meletakkan bantuan tiga Gereja sekaligus dalam satu desa. Jadi wajar saja," tutur Indah dikutip dari detik.com.
Sikap itu menunjukkan, sebagai kepala daerah tidak sekadar menjadi pemimpin untuk golongan tertentu. Melainkan untuk semua warga, tanpa memandang agama, suku dan embel ragawi lainnya atau afiliasi politik. Semua itu tertenun indah dalam eka, yaitu kemanusiaan.
Baca juga: Bupati Nganjuk, Satu dari Seribu
Indah juga pernah memborong lima ton beras justru dari pemilik pabrik penggilingan padi Gapoktan Karya Tani, Suswantopo pada 18 April 2020. Pembelian beras itu untuk menjamin ketersediaan pangan di tengah pandemi COVID-19. Hal yang juga sangat langka.
Saat ini, Lutra dilanda banjir bandang dan longsor yang korbannya terus bertambah. Banjir yang disebabkan oleh meluapnya tiga sungai yaitu Sungai Rongkong di Kecamatan Sabbang, Sungai Meli di Kecamatan Baebunta dan Sungai Masamba di Kecamatan Masamba, telah mengakibatkan korban jiwa yang tak sedikit. Indah pun tak berpangku tangan menyaksikan kondisi tersebut.
Ia kerap mengunjungi posko pengungsian. Berbincang dari hati ke hati dengan pengungsi. Bercengkrama ria dengan anak-anak. Sebut saja pada Minggu, 19 Juli 2020 bupati cantik itu melakukan kunjungan ke Desa Lero Maimpi sekaligus mengantarkan bantuan.
Selain itu melalui akun instagramnya mengungkapkan, permohonan maaf kepada warganya, jika masih ada warganya yang tidak terjangkau bantuan.
"Maafkan saya jika ada yang belum terjangkau. Tolong hubungi saya karena saya ingin memastikan semua dapat tertolong," tulisnya dalam akun instagram indahnylutra.
Di banyak kesempatan, ia berpesan, proses tidak akan pernah mengkhianati hasil yang berujung pada datangnya apresiasi dari berbagai pihak.
“Tak ada lelah yang sia-sia,” ungkapnya seperti dilansir dari portal.luwuutarakab.go.id.
Sosok seperti Indah Putri Indriani, Bupati Luwu Utara patut menjadi teladan. Masihkah perempuan kita harus kungkung dalam kurung prasangka? Tidakkah dengan Indah menjadi bukti bahwa perempuan adalah manusia yang sama seperti leaki-laki yang juga berhak memimpin?
Reporter: Haidir Muhari
Editor: Kardin