Ini 6 Tanda Diterimanya Taubat

Haerani Hambali, telisik indonesia
Minggu, 02 Juni 2024
0 dilihat
Ini 6 Tanda Diterimanya Taubat
Kita harusnya selalu memperbarui taubat kita kepada Allah SWT. Semakin sering kita taubat, semakin besar pula kesempatan untuk mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Foto: Repro langit7.id

" Sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun dan Maha Pengasih bagi setiap hambanya yang senantiasa bertaubat "

KENDARI, TELISIK.ID - Taubat mudah diucapkan, namun berat dilaksanakan. Secara bahasa, tobat atau taubat berasal dari kata at-Taubah yang artinya kembali. Yang dimaksud kembali di sini adalah kembali ke jalan yang benar.

Dikutip dari Liputan6.com, secara umum, taubat dapat diartikan mengakui kesalahan seraya memohon ampun kepada Allah, dan bertekad untuk meninggalkan dosa dan kembali ke jalan yang benar, sesuai syariat.

Kita harusnya selalu memperbarui taubat kita kepada Allah SWT. Semakin sering kita taubat, semakin besar pula kesempatan untuk mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

Dengan bertaubat, kita menyadari kesalahan yang sudah kita lakukan. Sebanyak dan sebesar apapun dosa yang kita lakukan, jika kita bertaubat dengan sungguh-sungguh dan tidak mengulanginya lagi, niscaya Allah akan memberikan ampunan-Nya.

Sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun dan Maha Pengasih bagi setiap hambanya yang senantiasa bertaubat. Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS An Nisa 110).

Mengutip NU Online, seorang ahli hikmah, Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Hajar al-‘Asqalani dalam kitabnya al-Munabbihat ‘ala al-Isti‘dad li Yaumil Mi‘ad, mengatakan tidak ada yang bisa memastikan apakah taubat seorang hamba diterima atau tidak. Namun setidaknya ada enam hal yang menandakan taubat seseorang diterima oleh Allah SWT. (Syekh Nawawi, Nasha’ih al-‘Ibad, hal. 49).

Baca Juga: Begini Cara Mengusir Jin dari Rumah Sesuai Syariat Islam

1. Di dalam hati seorang yang bertaubat lahir kesadaran bahwa dirinya tidak terpelihara dari dosa. Ini berarti, kapan pun dirinya bisa terjerumus lagi ke dalam perbuatan dosa, baik dosa yang telah ditaubati maupun dosa yang berbeda.

Atas dasar itu, dia selalu berhati-hati menghadapi hal-hal yang sekiranya bisa mengantarkan dirinya jatuh lagi pada kubangan yang sama dan kembali berbuat nista.

2. Mendapati hatinya sedikit gembira, dan banyak bersedih. Hatinya senantiasa menyiapkan dan memikirkan masa depan akhiratnya yang belum mendapat jaminan apa-apa.  Apakah hidupnya berakhir dengan membawa iman? Itulah yang selalu direnungkan seorang yang bertaubat, sehingga tak berani meluapkan kegembiraannya secara berlebihan, sebagaimana dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: 

Artinya, “Siapa saja yang banyak mengingat kematian akan sedikit gembiranya dan sedikit rasa hasudnya,” (HR. Ibnu al-Mubarak).    

3. Lebih dekat dengan orang-orang yang saleh, serta jauh dari orang-orang yang jahat dan buruk perangainya. Di saat yang sama, dia menyadari bahwa dekat dengan orang-orang baik dapat mempertahankan kebaikan dirinya dan bisa diingatkan manakala berbuat kesalahan.    

Sebaliknya, bergaul dengan orang-orang jahat membuka kesempatan bagi dirinya tergerus oleh keburukan mereka, walaupun dia berusaha tidak melakukannya. Benar apa yang disampaikan Rasulullah SAW.:

Artinya, “Teman yang baik dan teman yang buruk diibaratkan seperti pembawa minyak wangi dan peniup selongsong api. Pembawa minyak wangi akan menghembuskan aroma wangi kepadamu. Sehingga engkau membeli minyak wanginya atau mencium aromanya.

Sedangkan peniup selongsong api akan membakar pakaianmu atau engkau mencium bau asap darinya,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).    

4. Melihat perkara dunia yang sedikit sebagai sesuatu yang banyak di hadapan dirinya. Sebaliknya, melihat perkara akhirat yang banyak sebagai sesuatu yang sedikit. Sang hamba yang bertaubat ingat bahwa sesedikit apapun kekayaan dunia, halalnya akan dihisab dan dipertanggungjawabkan, sedangkan yang haram akan disiksa. 

Baca Juga: Ini Penjelasan Al-Quran Mengenai Pentingnya Doa Seorang Ayah untuk Anaknya

5. Diri dan hatinya sibuk dengan perkara-perkara yang dibebankan Allah kepada dirinya, sedangkan terhadap perkara-perkara yang telah dijamin oleh Allah, tak sedikit pun meresahkannya. Di antara perkara yang dibebankan Allah adalah tuntutan syariat-Nya (taklif), baik tuntutan untuk dilaksanakan maupun tuntutan untuk ditinggalkan, baik yang bersifat wajib maupun yang bersifat sunnah. Sedangkan perkara yang telah dijamin di antaranya rezeki, umur, jodoh, kematian, dan sebagainya. 

6. Selalu menjaga lisan. Hal ini lahir dari kesadaran bahwa banyak membicarakan perkara yang tidak berguna, sama dengan mengantarkan dirinya kepada pintu kemaksiatan, sebagaimana yang diingatkan Rasulullah: 

Artinya, “Sesungguhnya, manusia yang paling banyak dosanya pada hari Kiamat adalah manusia yang paling banyak bicaranya dalam kemaksiatan kepada Allah,” (HR. Ibnu Abi Syaibah).    

Karenanya, tak mengherankan bila menjaga lisan termasuk amal yang paling dicintai Allah, sebagaimana dalam hadis, “Amal yang paling dicintai Allah adalah menjaga lisan,” (HR. Al-Baihaqi).  (C)

Penulis: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga