Ini Fakta Thailand yang Jarang Diketahui, Pria Bisa Berubah Jadi Wanita

Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Rabu, 29 Desember 2021
0 dilihat
Ini Fakta Thailand yang Jarang Diketahui, Pria Bisa Berubah Jadi Wanita
Ladyboy di Thailand yang dianggap paling cantik. Foto: Repro wowmenariknya.com

" Cara membedakan wanita asli dengan ladyboy di Thailand bisa diliat dari cara mereka memilih toilet "

BANGKOK, TELISIK.ID - Indonesia akan mengahadapi Thailand di Final Piala AFF 2020.

Indonesia melaju ke babak final setelah mangandaskan tuan rumah Singapura lewat pertandingan dramatis.

Sementara Thailand berhasil malaju ke Final setelah menghacurkan Vietnam di babal semifinal. Alhasil, kedua negara tersebut, Indonesia dan Thailand, akan bertemu di partai final Piala AFF. Keduanya memang merupakan salah-satu tim terkuat di Asia Tenggara.

Berikut fakta unik negara Thailand yang jarang diketahui, khususnya bagi warga Indonesia, dilansir dari Jurnalsoreang.

1. Ladyboy (para pria berubah jadi wanita)

Di Indonesia sebenarnya ada tapi di Thailand sangat ekstrem. Hal tersebut bisa diliat dari penampilannya yang benar-benar sangat cantik.

Bahkan saking cantiknya para ladyboy tersebut pernah membuat para wanita asli di Thailand mengaku iri.

Sangat susah membedakan wanita asli dengan ladyboy di Thailand. Karena dalam segala hal, wanita dengan ladyboy di Thailand nampak terlihat sama, bukan hanya fisik tapi juga gestur tubuhnya.

Perlu diketahui jika Anda berkunjung ke Thailand, cara membedakan wanita asli dengan ladyboy bisa diliat dari cara mereka memilih toilet.

Sebab, meskipun nampak seperti wanita, ladyboy tetap saja memilih toilet pria.

2. Kerajaan yang sensitif

Setiap negara memiliki aturan yang berbeda-beda tentang kebebasan berbicara di negaranya masing-masing.

Jika di Indonesia kita bisa berkata apapun termasuk mengkritik pemerintah, sebab Indonesia merupakan negara demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Namun berbeda di Thailand. Aturan berbicara di Thailand sangat ketat. Salah satunya adalah larangan membicarakan keluarga raja.

Bagi siapapun yang melakukan hal ini tentu akan dihukum berat. Bahkan untuk like status yang bersifat menghina kerajaan pun akan dihukum berat.

3. Topi anti nyontek

Mencontek nampaknya menjadi wabah mendunia termasuk di Thailand. Tapi kebiasaan buruk ini nampaknya berangsur-angsur berkurang di Thailand.

Sebab pemerintah Thailand memberlakukan regulasi baru, yaitu setiap siswa yang ujian harus menggunakan topi anti nyontek.

Baca Juga: Ternyata Ada Sekolah yang Ajarkan Siswa Jadi Pekerja Sex Profesional

4. Dilarang memegang kepala, termasuk kepala anak kecil

Dilansir dari idntimes.com, penduduk Thailand tak ramah, namun sangat menghormati orang lain. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peraturan dilarang memegang kepala orang lain termasuk kepala anak kecil.

Bagi orang Thailand, kepala dianggap salah satu bagian terpenting pada tubuh. Selain itu, orang Thailand juga menundukkan kepala jika bertemu dengan orang yang tua atau yang posisinya lebih tinggi dari mereka.

5. Tempat kelahiran minuman Red Bull

Siapa yang tidak mengenal Red Bull? Salah satu merk minuman berenergi ternama dunia dari Austria ini, ternyata awalnya berasal dari minuman Kratingdaeng dari Thailand. Red Bull berasal dari Kratingdaeng, minuman manis dan tidak berkarbonasi yang dijual oleh pengusaha Thailand bernama Chaleo Yoovidhy pada tahun 1976 di seluruh kawasan Asia. 

Namun pada suatu hari, seorang pengusaha dari Austria bernama Dietrich Mateschitz berkunjung ke Thailand dan mengalami jet lag. Untuk mengatasi jet lag, Dietrich Mateschitz mengonsumsi Kratingdaeng, dan sembuh setelah mengonsumsi minuman berenergi tersebut.

Baca Juga: Pesta Ini Digelar untuk Hilangkan Keperawanan Wanita

Pengusaha Austria ini pun tertarik untuk mengadopsi ide dari Kratingdaeng dan memodifikasi bahan-bahannya agar sesuai dengan selera orang Barat.

Untuk mencegah tuduhan penjiplakan, Dietrich Mateschitz mengajak pendiri Kratingdaeng yaitu Chaleo Yoovidhy untuk bekerja sama mendirikan Red Bull GmbH di Chakkapong, Thailand, pada tahun 1987. (C)

Reporter: Ibnu Sina Ali Hakim

Editor: Haerani Hambali 

Artikel Terkait
Baca Juga