Ini Tingkatan Keimanan Seorang Muslim, di Mana Posisi kita?

Irawati, telisik indonesia
Minggu, 21 November 2021
0 dilihat
Ini Tingkatan Keimanan Seorang Muslim, di Mana Posisi kita?
Pada dasarnya, tiap Mukmin punya rasa yakin, tetapi yang membedakan hanya satu, yaitu kadar iman yang dimiliki. Foto: Repro eramuslim.com

" Iman merupakan kepercayaan (yang berkenaan dengan agama), keyakinan dan kepercayaan kepada Allah SWT, nabi, kitab, dan sebagainya "

KENDARI, TELISIK.ID -  Iman merupakan kepercayaan (yang berkenaan dengan agama), keyakinan dan kepercayaan kepada Allah SWT, nabi, kitab, dan sebagainya.

Iman diyakini dalam hati, yaitu dengan mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati adanya alam semesta dan segala isinya.

Mengutip dari kompas.com, dalam buku Ensiklopedi Iman (2016) karya Syaikh Abdul Majid Az-Zandani, definisi iman menurut istilah syara' adalah iman terkadang diartikan sebagai tashdiq (memercayai) seperti makna linguistiknya.

Dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surah Yusuf ayat 7:

Artinya: "Engkau tentu tidak akan percaya kepada Kami sekalipun Kami berkata benar."

Al-Qur'an menyebutkan tentang iman dengan menggunakan lafal yaqin (meyakini) yang didukung oleh bukti-bukti sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 4.

Artinya: "Dan mereka yakin dengan adanya hari akhirat."

Baca Juga: Tak Bisa Beribadah, Wanita Haid Tetap Meraih Pahala dengan Amalan Ini

Dalam firman Allah SWT surah lain, yakni Al-Quran Surah Al-An'am ayat 75.

Artinya: "Dan demikianlah Kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin."

Dilansir dari republika.co.id, menurut Habib Abdullah bin Alawi bin Muhammad Al-Haddad dalam  Risalah al-Mu’awanah wa al-Muzhaharah wa al-Muwazarah li al-Raghibin min al-Mu’minin fi Suluk Thariq al-Akhirah, menghadirkan urusan gaib yang berada di luar indra manusia menjadi nyata dan tampak kasat mata. Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan, seandainya satir penutup dibuka, niscaya keyakinan akan bertambah. 

Pada dasarnya, tiap Mukmin punya rasa yakin, tetapi yang membedakan hanya satu, yaitu kadar iman yang dimiliki. Semakin kuat iman yang dipelihara seorang hamba, dia laksana gunung yang berdiri tegak dan kokoh. 

Dalam salah satu kaidah usul fikih disebutkan al-Yaqinu La Yuzalu bi al-Syak (keyakinan yang kuat tidak akan berubah dengan sebuah keragu-raguan). 

Keyakinan tersebut tak akan sanggup dihempas dengan mudah oleh tiupan keragu-raguan atau pun oleh angin was-was yang disebarkan oleh setan. Karena setan tidak akan berhenti bermanuver guna menyesatkan anak Adam. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, setan akan menyesatkan manusia dan tidaklah seseorang mengambil jalan lain, kecuali setan juga akan menempuhnya.” 

Sehingga apabila dikelompokkan, tingkatan keimanan bisa dibagi ke dalam tiga lapisan.

Pertama, tingkatan dasar atau disebut iman. Kategori ini biasanya diisi kalangan awam yang kadar keimanannya masih sering naik turun dan berubah-ubah. 

Tingkatan kedua, tingkatan iman yang kokoh di hati dan tidak goyah sehingga pada level ini, hampir saja seseorang mampu melihat yang gaib. Tingkat keimanan ini disebut yakin. 

Level keimanan ketiga yang tertinggi dikenal dengan istilah kasyaf. Tingkatan ini setara dengan level para wali dan Nabi yang tidak lagi ada batas antara yang gaib dan alam kasat mata.

Selanjutnya, terdapat tiga cara yang bisa ditempuh untuk membangun benteng keimanan yang kuat. Pertama, mendengarkan, membaca, dan merenungkan ayat-ayat serta hadis-hadis yang menegaskan kebesaran dan kekuasaan Allah. 

Selain itu, juga teks-teks agama yang mengisyaratkan secara jelas perihal kebenaran dakwah yang disampaikan para Rasul dengan segala konsekuensi yang didapat, baik dari ketaatan maupun sanksi yang diperoleh akibat pelanggaran apabila mengingkari risalah ilahiah tersebut. Cara ini sesuai firman Allah: 

“Dan, apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka.” (QS. Al-Ankabut [29]: 51). 

Kedua, merenungkan keajaiban penciptaan alam semesta, hamparan langit nan luas, bumi tempat berpijak, serta pesona unsur-unsur yang menjadi pelengkap dan kebutuhan kelangsungan hidup.

Sebagaimana firman-Nya, “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri.” (QS. Fushilat [41]: 53).

Sedangkan cara ketiga, keyakinan yang telah didapat mesti diterapkan baik secara lahir maupun batin dan berupaya sebisa mungkin menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Karena dengan keteguhan iman dan keyakinanlah, Allah akan senantiasa membimbing dan mencurahkan kasih sayang-Nya kepada umat manusia.

Baca Juga: 3 Sebab Seseorang Tidak Mendapat Syafaat di Hari Kiamat

Allah berfirman, “Dan, orang-orang yang berjihad (mencari keridhaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al-Ankabut [29]: 69).

Dilansir dari Sindonews.com, Syekh Allamah Muhammab bin Umar an-Nawawi Al-Batani dalam Kitab Syarah Kasyifah as-Saja Fi Syarhi Safinah an-Naja menyebutkan bahwa terdapat lima tingkatan manusia, di antaranya yaitu:

1. Iman Taklid

Iman taklid merupakan keimanan yang didasarkan pada kepercayaan akan ucapan orang lain tanpa mengetahui dalilnya. Keimanan ini masih dianggap sah meskipun berdosa karena meninggalkan upaya mencari dalil ketika ia termasuk orang yang mampu mencari dalilnya.

2. Iman Ilmu atau Ilmul Yaqin

Tingkat keimanan kedua, yaitu iman ilmu atau ilmul yaqin. Pada tingkatan ini, keimanan seseorang didasarkan pada pemahaman aqidah-aqidah dan dalil-dalilnya.

"Orang dengan kategori keimanan pertama dan kedua terhijab dari zat Allah."

3. Iman Iyaan atau Ainul Yaqin

Keimanan berupa mengetahui Allah melalui pengawasan batin atau hati. Seseorang yang memiliki tingkat keimanan ini seolah-olah melihat Allah di tingkat maqam muraqabah atau derajat pengawasan hati. Sehingga, Allah tidak hilang dan tidak gaib sekejap pun dari mata batinnya.

4. Iman Haq atau Haqqul Yaqin

Pada tingkatan ini, keimanan seseorang yang melihat Allah melalui batinnya. Menurut para ulama, seseorang yang memiliki tingkatan iman ini yakni orang yang makrifat. Seseorang tersebut dapat melihat Allah dalam segala sesuatu. Tingkatan ini berada di maqam musyahadah.

"Orang dengan kategori keimanan ini terhijab dari makhluk Allah."

5. Iman Hakikat

Seseorang pada tingkatan iman ini, hanya melihat Allah bahkan dirinya pun tak terlihat. Dirinya bahkan merasa lenyap karena Allah dan dimabuk oleh cinta kepada-Nya. Layaknya tenggelam dalam lautan dan tidak melihat adanya pantai sama sekali. Keimanan ini berada pada tingkat maqam fana.

Keimanan pada tingkat pertama dan kedua bisa dicapai oleh seseorang melalui pencarian dalil dan mempelajari sifat-sifat Allah. Namun tingkatan keimanan ketiga, keempat, dan kelima merupakan keimanan yang dikhususkan oleh Allah untuk seseorang yang Dia kehendaki.

"Seseorang wajib berada di dua level pertama. Sedangkan tiga level setelah itu adalah ilmu rabbani (anugerah ilahi) yang Allah berikan secara khusus kepada sejumlah hamba-Nya yang dikehendaki."

Semua keimanan tersebut memiliki derajat yang berbeda di hadapan Allah. Sejatinya sebagai seorang hamba-Nya tidak pantas apabila kita menilai keimanan orang lain. Ada baiknya, apabila kita fokus untuk meningkatkan iman kita sendiri.

Tak hanya terdapat lima tingkatan iman tersebut, karena menurut Syekh Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam-nya terdapat 6 tingkatan keimanan yaitu penambahan iman di tingkat maqam baqa. Pada tingkatan keenam ini dianggap lebih sempurna karena selain menjaga hubungan dengan Allah, juga tetap menjaga hubungan antara alam, manusia, dan hewan. Seseorang juga memandang dua entitas yang berbeda yaitu Allah sebagai ujud hakiki dan makhluk-Nya sebagai ujud majazi. (C)

Reporter: Irawati

Editor: Haerani Hambali

Baca Juga