Ini Tipe Anak Muda yang Dicintai Allah Ta'ala

Haerani Hambali, telisik indonesia
Kamis, 06 Januari 2022
0 dilihat
Ini Tipe Anak Muda yang Dicintai Allah Ta'ala
Masa muda merupakan nikmat dari Allah Ta’ala yang seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-sebaiknya untuk beramal shaleh. Foto: Repro okezone.com

" Allah Ta’ala mencintai pemuda yang hatinya tumbuh dalam ketaatan kepada Allah "

KENDARI, TELISIK.ID - Masa muda merupakan nikmat besar dari Allah Ta’ala yang seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-sebaiknya untuk beramal shaleh guna meraih ridha Allah Ta’ala.

Pemuda adalah orang-orang yang memiliki jiwa yang kuat, semangat tinggi, dan harapan besar.

Sebagimana nikmat-nikmat lainnya, usia muda pun nantinya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Ta’ala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak akan bergesar kaki seorang manusia dari sisi Allah, pada hari kiamat (nanti), sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang lima (perkara): tentang umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya digunakan untuk apa, hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan, serta bagaimana di mengamalkan ilmunya” (HR at-Tirmidzi no. 2416 dan lain-lain, dinyatakan hasan oleh syaikh al-Albani).

Melansir muslim.or.id, masa muda penuh dengan godaan untuk memperturutkan hawa nafsu. Dalam kondisi seperti ini, tentu peluang untuk terjerumus ke dalam keburukan dan kesesatan yang dibisikkan oleh setan sangat besar, apalagi Iblis telah bersumpah di hadapan Allah akan menyesatkan manusia dari jalan-Nya dengan segala cara.

Allah Ta’ala berfirman,

“Iblis berkata: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalangi-halangi) manusia dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)” (QS al-A’raaf: 16-17).

Di sinilah terlihat peran besar agama Islam sebagai petunjuk yang diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada umat manusia untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup mereka di dunia dan akhirat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya: …Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah …” (HSR al-Bukhari (no. 1357) dan Muslim (no. 1031).

Hadis yang agung ini menunjukkan betapa besarnya perhatian Islam terhadap hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi seorang pemuda Muslim sekaligus menjelaskan keutamaan besar bagi seorang pemuda yang memiliki sifat yang disebutkan dalam hadis ini.

Baca Juga: Jangan Lupa Berwudhu Sebelum Tidur, Manfaatnya Luar Biasa

Syaikh Salim al-Hilali berkata: “(Hadis ini menunjukkan) keutamaan pemuda yang tumbuh dalam dalam ketaatan kepada Allah, sehingga dia selalu menjauhi perbuatan maksiat dan keburukan.

Imam Abul ‘Ula al-Mubarakfuri berkata: “(Dalam hadis ini) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengkhususkan (penyebutan) “seorang pemuda” karena (usia) muda adalah (masa yang) berpotensi besar untuk didominasi oleh nafsu syahwat, disebabkan kuatnya pendorong untuk mengikuti hawa nafsu pada diri seorang pemuda, maka dalam kondisi seperti ini untuk berkomitmen dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah (tentu) lebih sulit dan ini menunjukkan kuatnya (nilai) ketakwaan (dalam diri orang tersebut)”. (Kitab “Tuhfatul ahwadzi” (7/57).

Dalam hadis lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki shabwah”. (HR Ahmad (2/263), ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul kabir” (17/309) dan lain-lain, dinyatakan shahih dengan berbagai jalurnya oleh syaikh al-Albani dalam “ash-Shahiihah” (no. 2843).

Ketika Allah Ta’ala menyukai seorang pemuda dengan karakter tidak memiliki shabwah, yaitu pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan, tentu secara otomatis Nabi Muhammad pun mencintai pemuda yang demikian. Nabi Muhammad mencintai pemuda yang tidak mudah meninggalkan amalan-amalan syariat.

Inilah sosok pemuda Muslim yang dicintai oleh Allah Ta’ala, yaitu pandai mensyukuri nikmat yang Allah Ta’ala anugrahkan kepadanya, serta mampu berjuang menundukkan hawa nafsunya pada saat-saat tarikan nafsu sedang menjeratnya. Ini tentu merupakan hal yang sangat sulit dan berat, maka wajar jika Allah Ta’ala memberikan balasan pahala dan keutamaan besar baginya.

Syaikh Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin dalam Kitab “Min musykilaatisy syabaab”menjelaskan hal-hal yang harus ditempuh untuk memperbaiki ahklak para pemuda berdasarkan petunjuk agama Islam, dilansir dari muslim.or id.

1. Manfaatkan waktu luang

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Ada dua nikmat (dari Allah Ta’ala) yang kurang diperhatikan oleh banyak manusia (yaitu) kesehatan dan waktu luang” (HR al-Bukhari no. 6049).

Waktu yang lapang harus dimanfaatkan untuk beramal shaleh, bukan malah sebaliknya.

2. Memilih teman yang baik

Teman sangat mempengaruhi akal, pikiran dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Baca Juga: Memiliki Manfaat Luar Biasa, 7 Buah Ini Disebut Dalam Al-Quran

“Seorang manusia akan mengikuti agama teman dekatnya, maka hendaknya salah seorang darimu melihat siapa yang dijadikan teman dekatnya” (HR Abu Dawud (no. 4833), at-Tirmidzi (no. 2378) dan al-Hakim (4/189).

Dalam hadis lain, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan teman duduk (bergaul) yang baik dan teman duduk (bergaul) yang buruk (adalah) seperti pembawa (penjual) minyak wangi dan peniup al-kiir (tempat menempa besi), maka penjual minyak wangi bisa jadi dia memberimu minyak wangi, atau kamu membeli (minyak wangi) darinya, atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang harum darinya. Sedangkan peniup al-kiir (tempat menempa besi) bisa jadi (apinya) akan membakar pakaianmu atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang tidak sedap darinya” (HSR al-Bukhari (no. 5214) dan Muslim (no. 2628).

Hadis yang mulia ini menunjukkan keutamaan duduk dan bergaul dengan orang-orang yang baik akhlak dan tingkah lakunya, dan larangan bergaul dengan orang-orang yang buruk akhlaknya dan pelaku maksiat.

Oleh karena itu, seorang pemuda hendaknya berusaha mencari teman bergaul orang-orang yang baik dan shaleh serta berakal, agar dia bisa mengambil manfaat dari kebaikan, keshalehan dan akalnya.

3. Membaca yang baik dan bermanfaat

Mengkonsumsi bacaan yang merusak, baik berupa artikel, surat kabar, majalah dan lain-lain, akan menyebabkan pendangkalan akidah dan agama seseorang, serta menjerumuskannya ke dalam jurang kebinasaan, kekafiran dan keburukan akhlak. Khususnya jika pemuda tersebut tidak memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat dan pola pikir yang benar untuk dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, serta yang bermanfaat dan membinasakan.

Sumber bacaan bermanfaat yang paling penting adalah Al-Qur’an dan kitab-kitab tafsir yang berisi riwayat-riwayat tafsir yang shahih dan penafsiran akal yang benar. Demikian juga hadis-hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama ahlus sunnah berdasarkan dua sumber hukum Islam ini.

Melansir akurat.co, pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, banyak pemuda yang kebetulan menjadi sahabat Nabi dan ikut dalam peperangan, seperti Ali ibn Abi thalib dan Syaibah Ibn Rabi’ah.

Di dalam Al-Qur’an, kehebatan sosok pemuda digambarkan oleh Ashabul Kahfi, yaitu 7 pemuda yang teguh dalam mempertahankan imannya sampai-sampai tidur di gua selama 309 tahun. Mereka teguh mempertahankan keimanan dari ancaman Raja Decyaus.

Pemuda juga menjadi bagian yang mewarnai kejayaan Islam pada zamannya. Ibnu Rusyd, Ibn Sina, dan Al-Khawarizmi, adalah sederet pemuda yang telah menorehkan kejayaan pada masa keemasan Islam. (C)

Reporter: Haerani Hambali

Artikel Terkait
Baca Juga