Jalan Panjang Hilirisasi Industri Pertambangan, Pahit di Awal Manis di Akhir

Sumarlin, telisik indonesia
Minggu, 27 Agustus 2023
0 dilihat
Jalan Panjang Hilirisasi Industri Pertambangan, Pahit di Awal Manis di Akhir
Feronickel Factory PT Antam (Persero) Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara dari udara. Foto: Fb PT Antam Pomalaa

" Penerapan hilirisasi industri bahan tambang mineral telah diatur dalam UU Nokor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral "

KENDARI, TELISIK.ID - Momen peringatan Hari Ulang Tahun ke 78 Kemerdekaan Republik Indonesia, dimanfaatkan Presiden RI Joko Widodo untuk menegaskan, terus melanjutkan kebijakan hilirisasi pertambangan mineral dan non mineral, meskipun di tengah kritik dan perdebatan hangat mengenai kebijakan hilirisasi mineral yang akhir-akhir ini mengemuka.

“Ini memang pahit bagi para pengekspor bahan mentah, ini juga mungkin pahit bagi pendapatan negara dalam jangka pendek. Tapi jika ekosistem besarnya sudah terbentuk, jika pabrik pengolahannya sudah beroperasi, saya pastikan ini akan berbuah manis pada akhirnya, terutama bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia,” ungkap presiden dalam pidato kenegaraan dalam rangka peringatan HUT ke-78 RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Rabu (16/8/2023), yang disambut tepuk tangan hadirin.

Hilirisasi yang dimaksudkan presiden adalah hilirisasi yang melakukan transfer teknologi dengan memanfaatkan sumber energi baru dan terbarukan, serta meminimalisir dampak lingkungan. Dimana saat ini pemerintah telah mewajibkan perusahaan tambang untuk membangun pusat pembibitan pusat persemaian untuk menghutankan kembali lahan pasca tambang.

Presiden mengatakan, berkah kekayaan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Indonesia saja tidak cukup sebagai modal membangun perekonomian nasional yang bernilai tambah, sebab jadi pemilik saja tidak cukup, karena itu akan membuat kita menjadi bangsa pemalas yang hanya menjual bahan mentah kekayaannya, tanpa ada nilai tambah, tanpa ada  keberlanjutan.

Ia mencontohkan, setelah pemerintah menghentikan ekspor nikel ore pada tahun 2020, investasi hilirisasi nikel tumbuh pesat, hingga kini terdapat 43 industri pengolahan nikel. Sementara, jika pemerintah melanjutkan hilirisasi untuk nikel, tembaga, bauksit, CPO, dan rumput laut, dalam 10 tahun ke depan, pendapatan per kapita Indonesia diperkirakan akan naik dari Rp 71 juta pada tahun 2022 menjadi Rp 153 juta, kemudian dalam 15 tahun, pendapatan per kapita akan mencapai Rp 217 juta, dan dalam 22 tahun mencapai Rp 331 juta.

"Artinya, dalam 10 tahun, lompatannya bisa dua kali lipat lebih, dimana fondasi untuk menggapai itu semua sudah kita mulai dengan pembangunan infrastruktur dan konektivitas yang pada akhirnya menaikkan daya saing kita,” lanjutnya.

Ke depan, untuk memastikan hilirisasi memiliki dampak berganda (multiplier) yang besar bagi masyarakat, hilirisasi akan diarahkan pada komoditas yang mengoptimalkan kandungan lokal serta bermitra dengan usaha mikro kecil menengah (UMKM) petani dan nelayan, agar manfaatnya bisa terasa langsung bagi rakyat kecil.

Indonesia, dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, memiliki potensi besar untuk mengoptimalkan ekonomi melalui strategi hilirisasi industri pertambangan. Dalam upaya mendorong pertumbuhan berkelanjutan, pemerintah dan para pemangku kepentingan perlu menjadikan hilirisasi sebagai langkah strategis dalam mengubah bahan mentah menjadi produk bernilai tinggi. Hal ini tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah, tetapi juga akan menciptakan dampak positif pada penciptaan lapangan kerja, pengembangan teknologi, dan kesejahteraan masyarakat.

Penerapan hilirisasi industri bahan tambang mineral telah diatur dalam UU 4/2009 tentang Pertambangan Mineral. Salah satu anggota MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk. (Antam), telah melakukan sejumlah proyek hilirisasi berupa pembangunan smelter feronikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara, sejak tahun 1976 hingga saat ini. Selain itu, Antam juga telah melaksanakan proyek Smelter Feni Haltim dengan membangun smelter feronikel di Tanjung Buli, Halmahera Timur, Maluku Utara.

“Proyek ini berkapasitas 13,5 KTPA dan mulai beroperasi di kuartal II-2023. Rencana penggantian elemen brick di smelter feni membutuhkan 2-3 bulan, sehingga comissioning dimulai pada Mei 2023. Jika keduanya sudah beroperasi, maka kapasitas produksi feronikel Antam bisa meningkat 40.500 ton per tahun,” kata Sekretaris Perusahaan MIND ID Heri Yusuf, dikutip dari ruangenergi.com (11/8/2023).

Baca Juga: Pj Wali Kota Kendari Non Aktifkan Dua Camat dan 34 Lurah

Bukan itu saja, Antam juga menggarap proyek strategis yang berkaitan dengan transisi energi. Saat ini, fokus downstream Antam, ada pada pengembangan ekosistem kendaraan listrik, terutama dari sisi pengembangan baterai untuk kendaraan listrik.

Dalam hal pengembangan kendaraan listrik yang terintegrasi, pemerintah melalui Kementerian BUMN, menugaskan Antam bersama MIND ID, PLN, dan Pertamina membentuk PT Industri Baterai Indonesia (IBC). IBC dan Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd (CBL) telah menandatangani framework agreement yang mencakup kegiatan pertambangan bijih nikel hingga industri daur ulang baterai pada 14 April 2022.  

Sebagai pengelola ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik, maka sejak dibentuk IBC juga akan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga yang menguasai teknologi dan pasar global. Ini dilakukan untuk membentuk entitas patungan di sepanjang rantai nilai industri EV battery, mulai dari pengolahan nikel, material precursor dan katoda, hingga battery cell, pack, energy storage system (ESS), dan recycling. Tidak hanya IBC tapi MIND ID bersama Antam di dalam konsorsium IBC juga tetap memiliki perannya sendiri.

IBC mengantongi komitmen investasi senilai US$15 miliar atau setara Rp 214,5 triliun (kurs Rp 14.300) dari dua kemitraan yang dijalin untuk mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik di Tanah Air.

IBC telah melaksanakan proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (EV battery) di Tanjung Buli, Halmahera Timur. Proyek ini berkapasitas 34 juta ton per tahun dan ditargetkan dapat diproduksi atau commercial operation date (COD) tahap awal di 2024.

Sebelumnya, anggota BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk., (Antam) memulai tahap awal pengoperasian pabrik feronikel Haltim, di Maluku Utara, pada Jumat, 7 Juli 2023. Tahap awal pengoperasian Pabrik Feronikel Haltim tersebut ditandai dengan burner-on alias proses pemanasan tungku pembakaran (furnace) sebelum dialiri arus listrik.

Setelah proses furnace rampung dilakukan, pabrik Feronikel Haltim pun akan melakukan switch on furnace dimana pabrik peleburan nikel bersama dengan logam kromium tersebut akan resmi beroperasi.  

Sekretaris Perusahaan MIND ID, Heri Yusuf mengatakan, tahap awal pengoperasian Pabrik Feronikel PT Antam tersebut merupakan bagian dari komitmen MIND ID dalam mendukung hilirisasi komoditas pertambangan. Program hilirisasi tersebut, kata dia, bertujuan memberikan nilai jual hingga berkali-kali lipat dari komoditas pertambangan.  

"MIND ID terus berkomitmen menjalankan mandat pemerintah untuk menjadi perusahaan kelas dunia melalui penguasaan dan pemanfaatan cadangan minerba yang dimiliki Indonesia," ucap Heri Yusuf, Selasa (11/7/2023), dikutip dari situs resmi mind.id.  

Heri Yusuf mengatakan, sebagai perusahaan induk pertambangan di Tanah Air, MIND ID terus berkomitmen dalam menjalankan program hilirisasi melalui peningkatan jumlah smelter pengolahan komoditas bahan mentah menjadi bahan setengah jadi ataupun produk jadi.  

"Harapannya dengan adanya hilirisasi ini mampu meningkatkan pendapatan negara melalui penambahan nilai dari pengolahan barang tambang, salah satunya melalui pengoperasian Pabrik Feronikel Haltim milik anggota grup MIND ID, PT Antam," ungkapnya.  

Sementara itu, Direktur Pengembangan Usaha PT Antam, I Dewa Wirantaya mengatakan, pengoperasian Pabrik Feronikel Haltim tersebut merupakan bagian dari komitmen anggota grup MIND ID PT Antam untuk berfokus pada penyelesaian proyek strategis perusahaan pada 2023.  

"Saat ini Pabrik Feronikel Haltim memasuki tahap awal dari rangkaian commissioning yang ditandai dengan burner-on. Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) merupakan salah satu perwujudan hilirisasi mineral yang dilakukan Antam dalam rangka mendukung penguatan industri mineral di Indonesia," kata I Dewa Wirantaya.  

I Dewa Wirantaya berharap seluruh rangkaian commissioning pabrik feronikel tersebut bisa berjalan lancar, sehingga akan segera memberikan manfaat bagi perusahaan, bangsa, dan negara.  

Pabrik Feronikel Haltim berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara. Pabrik pembuatan baja tersebut memiliki kapasitas 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi). Ke depan, kata dia, Pabrik Feronikel Haltim tersebut akan menjadi pendukung produksi feronikel dari Pabrik Feronikel Kolaka di Sulawesi Tenggara dengan kapasitas mencapai 27.000 TNi. Dengan gabungan kapasitas dua pabrik peleburan nikel tersebut, Grup MIND ID, Antam Tbk., akan memiliki portofolio kapasitas produksi feronikel terpasang sebesar 40.500 TNi.

Sekretaris perusahaan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Syarif Faisal Alkadrie mengatakan, sebagai bagian dari implementasi mewujudkan inisiatif pengembangan industri baterai kendaraan listrik berbasis nikel, pada 23 Agustus 2022, Perusahaan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).

Rapat dilakukan untuk meminta persetujuan kepada para pemegang saham atas rencana spin-off sebagian segmen usaha pertambangan nikel yang berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara kepada entitas Anak Usaha terkendali Perseroan yaitu PT Nusa Karya Arindo (NKA) dan PT Sumberdaya Arindo (SDA).

“Sebagai tindak lanjut keputusan RUPSLB, pada 30 September 2022, perseroan telah menyelesaikan proses spin-off sebagian segmen usaha pertambangan nikel di wilayah Halmahera Timur melalui pendatanganan akta spin-off aktiva dan pasiva sebagian segmen usaha nikel ke dalam PT NKA dan PT SDA,” kata Syarif.

Sejalan dengan komitmen perseroan mendukung pengembangan proyek pengembangan ekosistem EV Battery di Indonesia, pada Januari 2023, Antam dan Hong Kong CBL Limited (HKCBL), anak perusahaan yang dikendalikan oleh Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL), telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat (Conditional Share Purchase Agreement (CSPA)) atas sebagian kepemilikan saham ANTAM dalam PT Sumberdaya Arindo.

“Penandatanganan CSPA ini langkah awal dari realisasi pelaksanaan Proyek Pengembangan Ekosistem EV Battery di Indonesia, sejalan dengan komitmen Antam dalam mendukung pengembangan proyek,” kata Syarif, dikutip dari infotambang.id (27/3/2023)

Penandatanganan CSPA diikuti dengan penandatanganan Perjanjian Pemegang Saham Bersyarat. Nantinya pada tahap penyelesaian transaksi, perseroan akan tetap mempertahankan status pemegang saham pengendali di PT SDA sesuai dengan ketentuan PSAK 65, sehingga tidak mengubah status PT SDA sebagai anak usaha yang terkonsolidasi ke dalam laporan keuangan Antam.

Sejalan dengan upaya Antam untuk meningkatkan nilai tambah produk bijih nikel laterit menjadi bahan baku EV Battery, pada November 2022, Antam menandatangani Framework Agreement dengan CNGR Hong Kong Material Science & Technology Co., Ltd. (CNGR), terkait pembangunan dan pengembangan kawasan industri hilirisasi bijih nikel menjadi bahan baku baterai.

Dalam Framework Agreement tersebut, perseroan melalui anak usahanya PT Kawasan Industri Antam Timur (PT KIAT) akan membangun dan mengelola kawasan industri di area Izin Usaha Pertambangan Antam di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.

CNGR melalui anak usahanya PT Pomalaa New Energy Material (PT PNEM) akan mengembangkan fasilitas pengolahan bijih nikel laterit menjadi nickel matte, yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik dengan menggunakan teknologi OESBF (oxygen-enriched side-blown furnace) yang dimiliki oleh CNGR dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 80 ribu ton nikel dalam produk nikel matte.

MIND ID Jalankan Mandat Hilirisasi

Holding BUMN tambang MIND ID tengah gencar menggarap proyek strategis yang memberikan nilai tambah bagi perekonomian melalui hilirisasi industri di berbagai anak usahanya. MIND ID sejak tahun 2017 menjadi induk dari PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Freeport Indonesia, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Timah Tbk (TINS)  telah resmi bernama PT Mineral Industri Indonesia (Persero) dan menjadi entitas sendiri lepas dari Inalum.

Hadirnya MIND ID yang kini telah berbadan hukum sendiri yaitu PT Mineral Industri Indonesia (Persero) sebagai Strategic Holding Industri Pertambangan, diharapkan dapat meningkatkan sinergi dan kolaborasi antar anggota Perusahaan BUMN Tambang di Indonesia. Selain itu, juga diharapkan dapat menciptakan sinergi dan efisien yang lebih optimal dalam penyusunan strategi pelaksanaan yang tidak tercampur dengan kegiatan operasional.

Di bawah naungan MIND ID, setiap anggotanya sedang menjalankan berbagai proyek hilirisasi dengan progress yang cepat. Misalnya di sektor tambang batu bara, saat ini PTBA sedang mengerjakan proyek hilirisasi mulai dari pembangkit listrik hingga proyek proyek energi baru terbarukan (EBT).

Untuk pembangkit listrik, PTBA sedang menjalankan pembangunan di kawasan Sumsel 8 berkapasitas 2X660 megawatt dengan progress konstruksi mencapai 97,2 persen per akhir Desember 2022.   Sementara itu di sektor EBT, PTBA juga menggarap pembangkit listrik tenaga surya dan angin. Saat ini beberapa panel surya PTBA yang sudah beroperasi antara lain di Bandara Soekarno Hatta International Airport (SHIA) dan di Tol Bali Mandara dengan total mencapai 641 kwp.

“Beberapa proyek strategis berupa renewable energy yang tengah digarap oleh PTBA dan masih dalam tahap pengembangan kebanyakan merupakan bentuk sinergi dengan BUMN lain dalam penerapan panel surya. Tidak hanya panel surya, PTBA juga tengah mengembangkan yakni pembangkit listrik tenaga angin dengan kapasitas hingga 2 GW,” ungkap Sekretaris Perusahaan MIND ID Heri Yusuf dikutip dari mind.id (5/4/2023).

Berikutnya adalah INALUM, anggota MIND ID yang fokus ke produksi aluminium. Upaya hilirisasi dilakukan dengan pembentukan anak usaha Indonesia Aluminium Alloy (IAA), dalam rangka peningkatan kapasitas produksi smelter Kuala Tanjung. IAA akan memproduksi billet aluminium sekunder dengan kapasitas cetak sebesar 50.000 ton per tahun secara bertahap dan ke depannya akan memproduksi berbagai produk aluminium ekstrusi sebagai produk turunannya.

Di sektor logam dan mineral timah, TINS juga tak ketinggalan melakukan hilirisasi untuk mengembangkan timah nasional. Salah satu proyek strategis TINS adalah Top Submerged Lance (TSL) Ausmelt Furnace dengan biaya investasi mencapai USD 80 juta.

Proyek ini bertujuan untuk menjawab tantangan yang berkaitan dengan rendahnya recovery dari proses peleburan dan berkurangnya bijih timah kadar tinggi (kadar 70 persen). Melalui teknologi ini, dipastikan TINS kini bisa memproses Timah dengan kadar rendah hingga 40 persen. Proyek TSL Ausmelt garapan kini sudah mulai beroperasi dengan optimal.

Sementara itu, Freeport Indonesia sedang dalam tahapan membangun mega smelter di Kawasan Java Integrated Industrial Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, dengan luas total sekitar 100 hektare. Proyek yang dinamakan Smelter Manyar ini memiliki kapasitas pengolahan konsentrat tembaga sebesar 2 juta ton per tahun dan  menjadikan smelter single line itu sebagai tempat pengolahan tembaga terbesar di dunia.

Baca Juga: Kampanye Bangga Buatan Indonesia Transaksi UMKM di Sulawesi Tenggara Capai Rp 136 miliar

Hasil pengolahan Smelter Manyar akan ditambahkan dengan kapasitas pengolahan smelter yang telah beroperasi, PT Smelting. Smelter ini memiliki kapasitas pengolahan 1 juta ton konsentrat tembaga setiap tahun. Dengan demikian, setelah Smelter Manyar beroperasi, Freeport mampu mengolah 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun.

Terakhir adalah proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah, Kalimantan Barat. Proyek dari ANTM dan INALUM melalui PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) ini memproses pengolahan bauksit menjadi aluminium dengan kapasitas 1 juta ton.

Pemerintah Indonesia resmi melarang ekspor bijih mineral nikel sejak Januari 2020 dan fokus pada hilirisasi. Kebijakan hilirisasi berdampak positif terhadap nilai ekspor turunan nikel selama tiga tahun terakhir. Foto: BPS

 

Hilirisasi menjadi salah satu fokus Pemerintah guna memajukan Perekonomian melalui penambahan nilai jual dari produk mentah menjadi setengah jadi ataupun produk jadi. Hilirisasi yang dilakukan Kementerian ESDM untuk komoditas mineral dan batu bara antara lain untuk nikel, bauksit, dan timah. Larangan ekspor nikel, misalnya, telah dilakukan sejak 1 Januari 2020, sebagai penerapan Undang-Undang Minerba.

“Kalau kita tidak manfaatkan dengan mendorong hilirisasinya, kita akan menjadi importir produk bahan jadi. Kalau kita lihat dari bijih nikel menjadi feronikel saja itu nilai tambahnya 4 kali lipat. Makanya sekarang kita lihat nilai devisa yang kita dapatkan dari ekspor produk jadi yang diproses berlipat demikian banyak dibandingkan sebelumnya,” jelas Menteri ESDM Arifin Tasrif beberapa waktu lalu.

Pernyataan Arifin Tasrif tersebut sejalan dengan data Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang memperlihatkan ekspor komoditas menjadi berlipat berkat hilirisasi. Data menunjukkan ekspor bijih nikel pada sebelum hilirisasi diberlakukan yaitu pada 2019, ekspor feronikel tercatat US$2,59 miliar.  

Setelah larangan ekspor diberlakukan ekspor feronikel melesat jadi US$4,74 miliar pada 2020, US$7,09 miliar pada 2021 dan menembus US$13,62 miliar pada 2022.  Sementara itu, ekspor produk turunan nikel lainnya sebelum hilirisasi tercatat US$813,16 juta pada 2019. Dalam kurun waktu tiga tahun, ekspornya melesat 7 kali lipat menjadi US$5,98 miliar.

Riset McKinsey & Company, perusahaan konsultan manajemen bisnis global menyebut Indonesia berada di peringkat 1 sebagai produsen nikel terbesar di dunia, peringkat 2 produsen timah di dunia, peringkat 3 produsen batu bara global, ranking 4 produsen bauxite, peringkat 10 produsen emas dan peringkat 12 konsentrat tembaga.

Saat ini, seluruh perusahaan tambang yang beroperasi dan menghasilkan produk yang disebutkan tadi berada di bawah naungan MIND ID. Dengan segala kekayaan alam yang dimiliki dan dipadukan dengan komitmen MIND ID untuk melakukan hilirisasi maka posisi Indonesia di rantai pasok global akan semakin solid sekaligus menjadi motor pertumbuhan ekonomi ke depan. 

MIND ID juga terus berkomitmen untuk menerapkan prinsip Good Mining Practice dalam menjalankan operasi Penambangan guna mewujudkan tambang berkelanjutan. MIND ID menjalankan tugas dan mandat pemerintah untuk bersinergi mengolah hasil sumber daya alam mineral untuk peradaban, kemakmuran, dan masa depan yang lebih cerah.  

Secara keseluruhan, hilirisasi industri pertambangan adalah langkah penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia. Dengan mengubah bahan mentah menjadi produk bernilai tinggi, Indonesia dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kapasitas produksi, dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.

Dalam upaya ini, kerjasama antara pemerintah, perusahaan, dan mitra internasional akan menjadi pendorong utama kesuksesan. Dengan berfokus pada keberlanjutan lingkungan dan inklusi sosial, hilirisasi industri pertambangan akan memberikan manfaat jangka panjang bagi negara dan masyarakat. (C)

Penulis: Sumarlin

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga