Jokowi Pakai Baju Adat Dolomani di HUT ke-77 RI, Ini 5 Fakta Menarik Buton

Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Rabu, 17 Agustus 2022
0 dilihat
Jokowi Pakai Baju Adat Dolomani di HUT ke-77 RI, Ini 5 Fakta Menarik Buton
Presiden Jokowi menggunakan pakaian adat Dolomani Kesultanan Buton, Sulawesi Tenggara saat peringatan Hari Kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia. Foto: Repro detik.com

" Suku Buton memiliki budaya kental yang diturunkan dari satu generasi ke generasi, keberadaan mereka menjadi salah satu daya tarik utama bagi para turis lokal dan internasional "

KENDARI, TELISIK.ID - Tepat hari ini Indonesia merayakan ulang tahun kemerdekaannya yang ke-77 . Upacara detik-detik proklamasi dilangsungkan di Istana Negara secara terbuka.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali memakai baju adat di upacara peringatan HUT ke-77 RI di Istana Merdeka, Jakarta Pusat. Kali ini Jokowi mengenakan baju adat Dolomani dari Buton, Sulawesi Tenggara.

"Ini baju dari Buton, Sulawesi Tenggara. Ini baju Dolomani dari Buton," kata Jokowi kepada wartawan menjelang upacara HUT RI di Istana, dilansir dari Detik.com.

Suku Buton memang memiliki budaya kental yang diturunkan dari satu generasi ke generasi, keberadaan mereka menjadi salah satu daya tarik utama bagi para turis lokal dan internasional.

Berikut 5 fakta menarik Pulau Buton yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara dilansir dari berbagai sumber.

1. Tradisi Kande-Kandea

Melansir Sonora.id, tradisi ini merupakan sebuah kegiatan makan bersama untuk memperingati kemenangan perang yang dibawa oleh pasukan Kesultanan Buton.

Baca Juga: Dua Baju Adat Sulawesi Tenggara Dipilih Jokowi pada HUT ke-77 RI, Bukti Kekayaan Budaya

Dengan saling berhadap-hadapan, para gadis Buton akan menyuapi makanan yang tersedia ke mulut para lelaki.

Karena kedekatan yang dihasilkan dari aktivitas ini, tradisi Kande-Kandea sering dijadikan ajang melirik calon pasangan mereka.

Sampai saat ini, tradisi ini masih sering dilakukan oleh 3 etnis suku Buton, antara lain, Wolio, Muna dan Cia-Cia dengan nama yang berbeda-beda.

2. Rumah bagi tarsius, mamalia kecil bermata Besar

Karena hampir tidak adanya aktivitas memburu dan rendahnya volume penebangan hutan, mamalia dengan panjang 10 cm ini diobservasi berkembang sangat pesat di Pulau Buton.

Hewan ini tinggal dengan bebas di kawasan hutan liar serta di daerah hutan konservasi.

Menurut PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa serta Undang-Undang 5/1990 tentang Konservasi dan Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, tarsius masuk dalam daftar fauna langka yang dilindungi. Sifat monogaminya pada satu pasangan hingga mati, membuat populasi hewan ini semakin langka.

3. Aspal Buton

Pulau Buton adalah salah satu dari dua lokasi sumber aspal Buton di dunia.

Aspal alami yang hanya bisa ditemukan di Buton dan Trinidad, Amerika Serikat, merupakan potensi sumber daya alam yang sampai saat ini masih belum dieksplorasi dengan maksimal.

Dilansir dari CNN Indonesia, target produksi tahun 2021 asbuton yang diumumkan oleh Gubernur Sulawesi Tenggara Al Mazi hanya mencapai 705,3 ribu ton dari 1,99 juta ton atau hanya sepertiga total kapasitas.

Kurangnya kemampuan produksi aspal ini tentu saja menjadi salah satu faktor dominasi impor aspal di Indonesia.

4. Mata biru 

Melansir Idntimes.com, secara fisik karakteristik suku Buton mirip seperti orang-orang kaukasoid, khususnya pada bagian mata. Warna mata yang secara turun-temurun diwariskan dalam suku tersebut pernah diduga hasil perkawinan silang orang lokal dengan bangsa Portugis. Akan tetapi, warna kulit dan rambut yang masih menunjukkan ciri khas yang dimiliki orang Indonesia, membuat dugaan ini diragukan.

Baca Juga: Sidang Tahunan MPR Hari Ini, Jokowi Pakai Baju Adat Bangka Belitung

Dilansir dari Wisma Bahasa, hal ini juga tidak sepenuhnya salah. Sejumlah kaum bangsawan dari suku tersebut memiliki darah campuran. Beberapa orang dari bangsawan mereka dulunya menikah dengan orang-orang Portugis yang datang dan tinggal di Indonesia.

Salah satunya adalah Raja Siompu II, yang menikahkan putrinya, Wa Ode Kambaraguna, dengan orang Portugis. Akan tetapi, cirik khas fisik mereka memiliki campuran kaukasoid, seperti postur tubuh yang tinggi dan warna kulit lebih cerah.

5. Suku Buton mengenal sistem kasta

Sistem kasta pada Suku Buton diterapkan pada sistem pemerintahan dan ritual keagamaan yang terdiri dari Kasta Kaomu (kasta ningrat atau keturunan raja) yang memimpin kerajaan dan ada Kasta Walaka (kaum elit atau penguasa) yang menduduki jabatan penting seperti menteri atau dewan. (C)

Penulis: Ibnu Sina Ali Hakim

Editor: Haerani Hambali

Baca Juga